Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Harmoni Musik dari Pesisir yang Mengalun Asyik

Ulas-Film

Musik dan film menjadi karya seni estetis. Elemen pada musik bisa dianalogikan dengan unsur pembentuk film. “Musik dari Pesisir” merepresentasi kehadiran musik sebagai bunyi-bunyian bervariasi. Suara, nada, ritme, notasi, dan melodi berupaya membentuk harmoni. Ibarat pesan “Meski selalu ada halangan dalam menuruti kemauan. Kita masih punya semangat untuk menggapai impian


     Musik punya suara yang memiliki aspek dasar pada tala, durasi, intensitas, dan timbre. Begitu juga “Musik dari Pesisir” yang bercerita tentang Tejo sebagai anak nelayan dan penyandang disabilitas. Di tengah hidup serba kekurangan, Ia punya semangat dan kemauan karena yakin pasti ada jalan untuk raih impian. Tejo begitu gigih saat bersama keluarga dan sahabat.

    Nada dalam musik diatur menurut tangga nada dengan frekuensi tertentu. Sementara nada dalam film ini terlihat dari penokohan yang dihadirkan seimbang. Tejo tak sendiri, Ia memiliki sahabat bernama Samsul. Hanya saja persahabatan mereka diadu domba tokoh antagonis yang dipanggil Narno (anak juragan kapal). Latar belakang keluarga Tejo dibentuk dari kegiatan bapak dan ibunya yang pernah menjadi seniman. Dalam menghadapi masalahnya, Tejo bertemu kakek Darma yang pemusik dan pelukis. Kakek tinggal bersama seorang cucu perempuan yang suka bermain biola dan juga penyandang disabilitas karena kakinya diamputasi setelah musibah kebakaran.

      Alur film berjalan seolah ritme yang mengalun dengan aksentuasi. Awal cerita, Tejo dan ibunya ditinggal kabur oleh ayahnya yang pergi melaut dengan menyewa kapal juragan. Kepergian tanpa kabar membuat juragan murka dan keluarga Tejo dipaksa membayar uang sewa dari kapal yang telah dibawa. Di sekolah, alat musik angklung yang dimainkan Tejo dan kawan-kawan rusak karena pertengkaran antara Narno dan Tejo. Belum lagi persahabatan Tejo dan Samsul yang renggang akibat hasut Narno karena menuduh Tejo sebagai pencuri sama seperti apa yang dituduhkan kepada ayahnya. Sementara, kompetisi Festival Musik Antar Sekolah se-Kabupaten semakin dekat dan Tejo harus memutar otak. Hanya kegiatan itu yang bisa memberi Tejo penghasilan untuk membayar biaya sewa kapal dan membeli sepatu baru agar Ia lebih semangat melangkah ke sekolah.

      Ada hal yang penulis suka saat menonton film ini sama hal dengan melihat notasi pada tempo dan dinamika cerita yang bergulir. Masalah demi masalah yang dihadapi Tejo terselesaikan unik. Permusuhan dalam persahabatannya kembali damai atas peran Kakek Darma sebagai mediator. Dengan melukis, kakek Darma memberi tahu bahwa hanya ada warna hitam dan putih dalam setiap lukisannya. Ia menyematkan dialog “sebenarnya yang dapat melihat diri kita hanya orang lain. Teman yang baik tidak akan menginginkan yang terburuk baginya

       Notasi solusi konflik juga berhasil membentuk paranada. Berkat bantuan Kakek Darma, Tejo dan teman-teman bisa melanjutkan kompetisi dengan membuat alat-alat musik dari hasil daya kreasi. Walau tak menang dalam kompetisi, mereka berhak ikut konser keliling Indonesia setelah seorang juri kompetisi yang juga produser musik mampu melihat kreativitas dan inovasi lain yang diusung tim Tejo. 

     Melodi dalam film ini memikat. Rangkaian audio, artistik, busana, dan rias menggambarkan kehidupan yang dekat dengan pesisir. Ada hal-hal mistis yang sempat disinggung seperti rumah misterius yang dihuni Kakek Darma dan cucunya serta ritual tabur bunga di pesisir yang dilakukan Ibu Tejo. Semua berbunyi mengiringi adegan demi adegan dengan motif transisi perkembangan cerita.

Harmoni-Musik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar