Satu lagi buku
laris karangan Asma Nadia divisualisasikan menjadi sebuah film bertajuk Jilbab Traveler Love Sparks in Korea.
Jika di film sebelumnya, 'Pesantren Impian' bergenre thriller, 'Jilbab Traveler' memiliki genre yang mirip dengan
'Assalamualaikum Beijing', yaitu drama percintaan. Tentunya dalam setiap karya
Asma Nadia, pasti diberikan sentuhan religi. Jika di film-film sebelumnya
berhasil memikat hati penonton, lalu bagaimana dengan film ini?
Menurut aku, opening scene film ini keren karena didahului adegan masa kecil yang diiringi narasi dengan quote-quote hebat sang penulis cerita. Sesuai dengan
judulnya 'Jilbab Traveler Love Sparks in
Korea', nuansa Korea itu terasa kental dengan visual effect natural salju dan bunga sakura pada setiap adegan yang
mengambil lokasi syuting sebagian di Korea. Penceritaan film juga terasa
kompleks ala drama korea yang diminati berbagai kalangan remaja.
'Jadilah seorang muslim yang menjelajah dunia . .
menapaki bumi untuk mentafakuri ayat-ayat Allah SWT . . .'
Penokohan
sosok Jilbab Traveler yang diperankan
oleh seorang aktris, Bunga Citra Lestari sebagai Rania dengan mengenakan jilbab dan membawa ransel selayaknya seorang traveler juga
begitu pas. Apalagi didukung aktor pendatang baru seperti Giring dan Morgan
yang berperan begitu enak dengan ekspresi menarik membuat penonton begitu
nyaman menikmati film ini hingga akhir cerita. Walaupun mereka mengawali karier
di dunia entertainment sebagat
musisi, bermain layar lebar ternyata mereka bisa lakoni dengan pasti.
Performa
terbaik terasa pada akting seorang Giring Ganesha. Dia bisa memerankan dengan
baik tokoh yang diperankan. Padahal karakternya jauh berbeda dengan Giring yang
selama ini kita kenal. Penonton tidak akan melihat Giring sebagai penyanyi,
melainkan Giring yang menjelma menjadi Ilhan. Untuk Morgan Oey, masih terlihat
kurang konsisten dalam pembawaan karakternya sepanjang film. Pengucapan dialog masih terlihat dibuat-buat. Kalau mau
dibandingkan, performanya lebih greget saat film Assalamualaikum Beijing.
Sedangkan
Bunga Citra Lestari sebagai pemeran utama, dia berperan baik, walaupun ini
bukan performa terbaiknya. Poin yang kurang, chemistry antara Morgan dan BCL masih belum terbangun. Semua terasa
hambar tanpa ada rasa sayang yang ditunjukkan diantara mereka. Kehadiran aktor
Ringgo Agus Rahman juga cukup menghibur dalam memainkan perannya yang lucu. Ia sukses
membuat suasana tegang menjadi lebih mencair dengan tingkah kocak dan
ekspresinya yang khas. Performa akting standar mungkin bisa dilihat dari
seorang Indra Bekti, Adila, Dewi Yull, Ferry Maryadi dan pemeran-pemeran lain yang masih kurang natural
dalam berperan. Akting mereka tidak maksimal jika dibandingkan para aktor dan
aktris yang berperan sebagai orang Korea itu sendiri.
Setiap langit memilih bintangnya, hanya kamu bintangku dan aku jatuh cinta dan itu fakta !.
Cerita film
ini menarik. Ada sedikit hal yang menyentil sisi poligami dalam Islam. Ada sisi travellingnya
yang ditampilkan melalui adegan-adegan indah di beberapa lokasi wisata yang mempesona.
Ada konflik dari percintaan yang juga dimunculkan pada scene-scene tepat. Hingga beberapa dialog pun keluar dari mulut para
pemain tanpa basa-basi apalagi bertele-tele. Secara keseluruhan cerita, hal ini
menambah rasa penasaran penonton hingga cerita selesai. Ini perpaduan film yang
bagus.
Walaupun
demikian, secara umum film ini sebenarnya hanya berkutat masalah drama percintaan.
Sedangkan travelling dan jilbab, bisa
dibilang hanya sebatas pelengkap. Film ini serupa dengan kemasan film
'Assalamualaikum Beijing' secara tema, tapi ceritanya memiliki unsur berbeda.
Untuk alur penceritaan, perputaran waktu difilm ini begitu cepat. Mungkin ini
untuk menutupi plot hole yang banyak
ditemui dalam film ini.
Walaupun
penonton berusaha untuk memakluminya, film ini pun tetap memiliki logika yang
terus berkesinambungan. Tidak menghadirkan hal-hal serba kebetulan dan semuanya
terasa mudah. Hubungan sebab-akibat selalu berlaku, tapi film ini cukup
mengabaikannya.
Untuk
eksekusinya, film ini bisa menghadirkan dramatisasi yang baik. Dengan beberapa
adegan dan dialog yang mendukung, karena tidak semuanya kaku. Namun, ada adegan
dan dialog yang cukup aneh untuk dilihat dan didengar, terutama yang
menggunakan bahasa korea. Beberapa produk iklan juga terkesan 'promo' banget, namun
kemunculan produknya saat adegan berlangsung sangat terasa halus dikemas.
'Terjebak antara khayal dan fakta, ku ikuti kata hatiku, aku menjadi traveler'
Guntur
Soeharjanto memang sudah tahu bagaimana cara mengambil gambar yang baik di dalam dan luar
negeri. Ia mampu bekerja sama dengan tim artistik untuk menampilkan sisi Kawah Ijen dan Wisata Baluran, Jawa Timur dengan begitu apik. Pengalamannya menggarap film-film bersetting luar negeri, juga membuat Guntur tak terlihat kesulitan menghadirkan
visual yang menakjubkan melalui beautiful shot di film ini. Untuk shot dari drone meskipun kualitasnya jauh berbeda
dari shot still camera biasa, namun
tata kamera mampu menghasilkan visual yang maksimal. Meskipun, ada juga camera movement yang terasa shaking saat adegan Rania memotret.
Selain itu, unsur penyuntingan gambar juga menghasilkan transisi agak kasar. Cut to cut atau unsur sinematografi terkesan kurang dibeberapa part adegan. Misalnya, saat adegan Ilhan phobia ketika berada di pesawat.
Selain itu, unsur penyuntingan gambar juga menghasilkan transisi agak kasar. Cut to cut atau unsur sinematografi terkesan kurang dibeberapa part adegan. Misalnya, saat adegan Ilhan phobia ketika berada di pesawat.
Bagi aku, tata
musik juga jadi salah satu departemen yang terpuji di film ini. Musik
ilustrasinya cocok dalam segala suasana dan kondisi yang ada difilm. Hal ini tentu
menambah feel penonton dalam
meresapinya. Walaupun ada beberapa dubbing
dialog yang tidak tersikronisasi dengan baik. Secara umum musik nyaman
didengar. Apalagi, soundtrack yang
dinyanyikan BCL - Aku Bisa Apa, gubahan lagu Melly Goeslaw memang tak pernah
mengecewakan.
Kalau kamu
cari film tentang travelling maupun
religi, film ini bukan jawabannya. Alasannya, ending di film ini akan memperlihatkan makna cinta yang sesungguhnya dan ini sungguh luar biasa bagiku karena akhir cerita mampu mengikuti alur dramatis naik turun tanpa harus berlebihan. So, film ini ialah drama percintaan dengan background travelling dan religi, maka Jilbab Traveler itu menjadi film pilihan
yang tepat. Film bagus walaupun belum mencapai taraf istimewa. Setidaknya, inilah salah satu film Indonesia cita rasa Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar