Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

15 Film Indonesia Terbaik Bernafas Religi Islam

Kumpulan Film Indonesia terbaik dengan tema religi Islam

        Ramadan merupakan masa bagi umat muslim untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Berhubung Ramadan tahun ini semua umat muslim harus #DiRumahAja. Maka, tak ada salahnya jika kita kembali menonton film-film Indonesia terbaik yang mencerminkan bahwa Islam sebagai rahmatan lil alamin, anugerah untuk alam raya.

     Media film tak hanya bersifat hiburan saja, film juga dinilai ampuh mempertebal keimanan seseorang. Dalam sebuah film, ada nilai-nilai religi yang mengajak pada pesan damai. Hal ini dikarenakan sebuah film bertema religi harus mengutamakan nilai dakwah tanpa meninggalkan unsur-unsur yang membuat film tersebut juga memiliki nilai jual.


      Sejak Film Ayat-Ayat Cinta laris manis di pasaran. Tren film religi semakin berkembang dari tahun 2009-2015. Dalam era tersebut, cerita religi dikaitkan dengan cinta, ulama, dan proses pencarian jati diri seorang muslim. Pun film-film religi menemui penikmatnya sendiri seiring berjalan waktu. Belakangan ini publik dihadirkan film-film dengan genre religi, seperti film Ajari Aku Islam, Film 99 Nama Cinta, dan Film Mekah, I’m Coming.

     Tren film religi akan semakin berkembang ke depan. Apalagi didukung dengan kegiatan dan komunitas yang aktif dalam menyebarkan pesan moral atau hikmah yang bisa dipetik oleh penonton film Indonesia. Sebut saja, Madani Film Festival dan Komunitas Film Maker Muslim yang fokus pada media film sebagai sarana belajar agama untuk menambah keimanan dan ketakwaan kita terhadap Sang Pencipta.

      Untuk memudahkan para pencinta film Indonesia, Blogger Eksis akan memberi rekomendasi film-film terbaik bernafas religi. Film ini disusun berdasar abjad dan dikelompokkan sesuai dengan kualitasnya. Berikut 15 film Indonesia bertema religi Islam terbaik bagian 1 yang bisa dinikmati di masa pandemi ini:
1.   Film Al Kautsar (1977)
        Siapa yang tidak kenal dengan almarhum Chaerul Umam? Ia merupakan sineas perfilman Indonesia yang berjaya pada masanya dengan karya film-film religi. Di bawah naungan rumah produksi PT. Sippang Jaya Films, Film Al Kautsar raih penghargaan dari Festival Film Asia di Bangkok untuk kategori Film Budaya Sosial Terbaik dan Rekaman Suara Terbaik.
     Film Al Kautsar berkisah tentang sosok santri dari pesantren Pabelan bernama Saiful Bahri (diperankan almarhum WS.Rendra). Ia menjadi seorang santri yang tidak hanya pintar mengajinamun ahli dalam bidang pertanian. Suatu saat, Saiful diutus untuk mengajar di desa. Ternyata Saiful tidak hanya mengajar namun bergerak lebih jauh untuk menularkan keahliannya dalam bidang pertanian. Sepak terjang Saiful mengusik seorang juragan dan dianggap bisa merongrong pengaruh juragan tersebut di desa itu. Akhirnya, Saiful harus menghadapi tipu daya dan kelicikan sang juragan. 
       Hal yang menarik dari kisah film Al Kautsar yaitu karakter Saiful Bahri yang bersikap sebagai santri modern dan terbuka. Ia kritis terhadap pemimpin agama dan politik yang memanfaatkan situasi buat memperkaya diri. Sebagai santri yang gigih, Saiful tidak gentar sedikitpun. Dia hadapi sang juragan tersebut hingga menang. Kisah ini dipermanis dengan kisah kasih Saiful bersama calon istrinya yang merupakan bunga desa setempat.

2.  Film Nada dan Dakwah (1992)
         Film Nada dan Dakwah merupakan karya dari almarhum Chaerul Umam. Film ini sukses memikat para dewan juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1992 dan Festival Film Bandung (FFB) 1993. Dalam FFI 1992, Film Nada dan Dakwah menang untuk kategori Cerita Asli untuk Film (Asrul Sani) dan Penata Suara Terbaik (Eddy S. Pramono). Prestasi film ini semakin lengkap karena Asrul Sani juga menerima penghargaan FFB 1993 untuk Penulis Skenario Film Bioskop Terpuji. Ditambah penghargaan untuk kategori Pemeran Utama Pria Terpuji (Deddy Mizwar) dan kategori Sutradara Film Bioskop Terpuji (Chaerul Umam).
      Film Nada dan Dakwah bercerita tentang keresahan masyarakat sebuah desa yang mendengar rencana konglomerat untuk membeli paksa tanah di desa itu. Konflik tanah diredam dengan aksi para makelar dan kaki tangan perusahaan yang memecah masyarakat ke dalam berbagai kubu, termasuk menyuntikkan penyakit sosial ke tengah masyarakat itu. 
      Apa yang menarik dari film Nada dan Dakwah? Ada dukungan dari Rhoma Irama dan ulama kondang sejuta umat, K.H. Zainuddin MZ yang berupaya mencari cara untuk melawan arus modernisasi yang meminggirkan masyarakat. Fenomena konflik juga direpresentasi dengan cara kerja jaringan tarbiyah yang bermula dari semangat membela kaum yang terpinggirkan.

3.   Film Rindu Kami Padamu (2004)

        Film yang dibesut oleh Garin Nugroho ini memadukan kisah kehidupan di pasar tradisional yang terlihat natural dengan interaksi dan pendekatan intim keseharian. Berkat sentuhan tangannya, film ini menjadi Film terbaik Asia di Osian’s Cinefan Festival ke-7. Dibalut dengan ilustrasi musik menawan, Dwiki Ramadhan juga meraih Penata Musik Terpuji Film Bioskop dan pemilihan serta penampilan karakter yang memikat membuat Budi Riyanto mendapat gelar Penata Artistik Film Bioskop Terpuji pada FFB 2005.
       Ada 3 karakter anak yang membawa pesan religi dalam film ini. Asih (Putri Mulia), gadis kecil yang selalu menghalau setiap orang mengisi sajadah kosong disamping kanannya untuk memberi ruang kepada ibunya yang entah kemana. Ada Bimo (Sakurta Ginting) sebagai adik penjual telur yang terobsesi dengan wanita cantik yang tinggal dekat rumahnya. Terakhir, ada karakter Rindu (Raisha Pramesi) sebagai gadis cilik tuna rungu yang selalu menggambar masjid tanpa kubah. 
            
4.  Film Ayat-Ayat Cinta (2008)
   Film Ayat-Ayat Cinta sempat menjadi film fenomenal karena meraih penonton sebanyak 3,7 juta orang. Diadaptasi dari novel karangan Habiburrahman El Shirazy yang berjudul sama, film ini berani angkat tema seputar poligami. Film pun diapresiasi dengan 5 piala dari FFB 2008 untuk kategori Film Bioskop Terpuji, Sutradara Terpuji (Hanung Bramantyo), Pemeran Utama Pria Terpuji (Fedi Nuril), Penata Musik Terpuji (Tya Subiakto), dan Penata Artistik Terpuji (Allan Triyana Sebastian).
    Cerita Ayat-Ayat Cinta fokus pada Fahri bin Abdillah (Fedi Nuril) yang merupakan pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelas masternya di Al Azhar. Ketampanan dan kecerdasannya membuat Fahri didekati banyak perempuan seperti Maria Girgis (Carissa Putri) yang beragama kristen koptik, Nurul (Melanie Putria) yang menjadi anak seorang kyai terkenal, Noura (Zaskia Adya Mecca) sebagai tetangga Fahri yang selalu disiksa ayahnya sendiri, dan Aisha (Rianti Cartwright) yang tiba-tiba muncul dan langsung jatuh cinta pada Fahri sejak pandangan pertama. Siapakah diantara mereka yang akan mendampingi Fahri?


5.   Film Perempuan Berkalung Sorban (2009)
       Film Perempuan Berkalung Sorban layak disebut sebagai film religi terbaik. Film ini menjadi Film Terpilih di Cinema of the world Section of the 40th edition of International Film Festival of India (IFFI) di Goa. Sinematografi dalam film ini juga diapresiasi ajang FFB 2009 dengan predikat Penata Kamera Terpuji (Faozan Rizal), Pemeran Pembantu Wanita Terpuji (Widyawati), dan Pemeran Utama Wanita Terpuji (Revalina S. Temat). Aktris Revalina juga mendapat penghargaan kembali untuk Pemeran Utama Wanita Terfavorit dalam Indonesian Movie Awards 2009. Selain itu, pemeran pendukung lain seperti Joshua Pandelaki menjadi Pemeran Pembantu Pria Terfavorit dan Nasya Abigail meraih dua piala sekaligus untuk Pemeran Pembantu Wanita Terbaik dan Terfavorit dalam ajang yang sama. Sementara di ajang FFI 2009, Reza Rahadian yang mendapat piala citra untuk kategori Pemeran Pembantu Pria Terbaik.

       Film ini berkisah pengorbanan dan perjuangan Annisa (Revalina S Temat), sebagai anak sekaligus ibu dan isteri, dalam lingkungan keluarga kyai di pesantren. Sejak kecil Annisa mendapat perlakuan tidak adil, protesnya selalu dianggap rengekan anak kecil. Hanya Khudori (Oka Antara), pamannya, yang selalu menemani, menghibur sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Annisa. Dunia yang mensetarakan perempuandan tidak hanya membela lelaki. Diam-diam Annisa menaruh hati kepada Khudori. Tapi,cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan ibu Annisa, Nyai Muthmainnah (Widyawati) isteri Kyai Hanan (Joshua Pandelaki), ayah Annisa pemilik pesantren Al Huda. Hal itu membuat Khudori membunuh cintanya.Sampai akhirnya,Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo.

      Khudori selalu menekankan ke Annisa untuk belajar
Secara diam-diam Annisa mendaftarkan kuliah ke Jogja, tapi kenyataan berkata lain. Kyai Hanan tidak mengijinkan Annisa melanjutkan kuliah, malah dinikahkan dengan Samsudin (Reza Rahadian).

6.  Film Emak Ingin Naik Haji (2009)
       Film ini sukses memboyong 5 piala FFB 2010 untuk kategori Film Bioskop Terpuji, Pemeran Utama Wanita Terpuji (Aty Cancer Zein), Pemeran Utama Pria Terpuji (Reza Rahadian), Sutradara Terpuji (Aditya Gumay), dan Penata Artistik Terpuji (Herlin Lanang). 
       Film Emak Ingin Naik Haji mengajak penonton untuk melihat bakti seorang anak terhadap ibunya supaya bisa melaksanakan ibadah haji. Dalam film diceritakan perjuangan anaknya yang berupaya mengumpulkan uang demi memberangkatkan ibunya pergi haji walau pekerjaannya serabutan. Banyak rintangan yang harus dihadapi demi memenuhi impian ibunya. Berhasilkah emak pergi ke tanah suci?

7.   Film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta (2010)
          Cinta dan agama menjadi tema yang diangkat dalam Film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Festival Film Indonesia 2010 langsung memberi 5 piala citra untuk Film Terbaik, Penyutradaraan Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik(Reza Rahardian), Pemeran Utama Wanita Terbaik(Laura Basuki), dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Rasyid Karim). Apresiasi diberikan karena film ini berani mengungkap kisah cinta beda agama.
        Film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta sangat menarik karena cerita dikemas begitu dekat dengan keseharian masyarakat. Ada perbedaan nilai-nilai agama yang memicu konflik. Penonton pun diajak belajar mengenai dualisme antara 2 agama (Islam dan Kristen) sehingga tersirat toleransi terhadap perbedaan agama yang ada.

8.  Film Sang Pencerah (2010)
     Tujuh piala FFB 2011 dibawa pulang oleh tim produksi film Sang Pencerah yang dipimpin oleh Raam Punjabi. Adapun piala tersebut didapat dari kategori Film Bioskop Terpuji, Sutradara Terpuji (Hanung Bramantyo), Pemeran Utama Pria Terpuji (Lukman Sardi), Penata Musik Terpuji (Tya Subiakto), Penata Kamera Terpuji (Faozan Rizal), Penata Artistik Terpuji (Allan Sebastian), dan Poster Film Terpuji. Selain itu, Ihsan Taroreh juga mendapat piala dalam ajang Indonesian Movie Awards untuk kategori Pendatang Baru Pria Terfavorit. Film Sang Pencerah juga memperoleh penghargaan khusus juri dari Jakarta International Film Festival 2010.
      Film ini bercerita tentang Darwis yang mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Dia baru saja pulang dari Mekah dan sedih karena masyarakat di kampungnya melaksanakan ajaran agama Islam yang melenceng. Dahlan enggadiam. Dia merintis pergerakan untuk perubahan arah kiblat melalui suraunya. Namun, penduduk menganggap Dahlan sudah mengajarkan aliran sesat.
        Film berdasarkan kisah nyata pendiri Muhammadiyah ini menampilkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional. Hal itu yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Suguhan pesan moral bahwa Islam merupakan agama yang damai dan maju menepis opini oknum yang memprovokasi Islam sebagai agama yang rusuh.

9.  Film Ketika Cinta Bertasbih (2009)
         Film yang diambil dari judul novel yang sama ini cukup laris. FFB 2010 memberi penghargaan untuk Penata Editing Terpuji (Rizal Basri) dan Pemeran Pembantu Wanita Terpuji (Alice Sofie Norin). Indonesian Movie Awards 2010 juga memberi apresiasi terhadap Pendatang Baru Wanita Terbaik dan Terfavorit (Oki Setiana Dewi) serta Pendatang Baru Pria Terfavorit (Kholidi Asadil Alam).
     Film KCB bercerita tentang Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo. Sambil menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa, Khairul juga berjuang untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya di kampung. Saat bergelut dengan perjuangannya, Ia menemukan jodoh yang teguh terhadap ajaran agama Islam. 
10. Film Mata Tertutup (2011)
    Film Mata Tertutup sempat dicekal di Indonesia dan pada akhirnya mendapat pengakuan dalam ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) untuk Film Cerita Panjang, Pemeran Utama Wanita Terunggul (Jajang C. Noor), Pemeran Pendukung Pria Terunggul (Kukuh Riyadi), Sutradara Terunggul (Garin Nugroho), dan Pengarah Sinematografi Terunggul (Anggi Frisca). Film yang didukung oleh Ma’arif Institute ini memiliki tema tentang kehidupan beragama di Indonesia.
      Film mengisahkan tiga orang bernama Rima (Eka Nusa Pertiwi), Jabir (M. Dinu Imansyah), dan Asimah (Jajang C. Noer). Rima dan Jabir merupakan anak dari Asimah yang terjebak dalam organisasi Islam yang dikenal dengan Negara Islam Indonesia (NII). Konon organisasi ini bertujuan untuk mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berlandaskan Pancasila menjadi NII yang berazaskan syariat Islam. 
11. Film Si Anak Kampoeng (2011)
   Kisah biopik Ahmad Syafii Maarif dalam film mendapat ragam penghargaan Internasional. Pada tahun 2015, film ini mendapat predikat Best Family Film dari Canada International Film Festival. Berlanjut ke 2016, International Independent Film Awards (IIFA) di Los Angeles memberi penghargaan untuk penyutradaraan terbaik (Damien Dematra) dan Sinematografi Terbaik. Masih diajang yang sama, penghargaan didapat dari kategori Skenario Terbaik dan Aktris Pembantu Utama Wanita Terbaik (Virda Anggraini). Beberapa penghargaan lain juga didapat seperti Silver Screen Awarddari Nevada International Film Festival, serta Film Cerita, Sutradara, dan Editor terbaik dalam London International Film Festival. Penghargaan ditutup pada tahun 2017 dalam ajang California Film Awards untuk Film Asing Terbaik.
        Film ini menceritakan kisah Syafii, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, sejarawan, dan pejuang pluralisme saat beliau masih cilik di Sumatera Barat. Setelah lulus sekolah, Syafii dihadapkan pada sebuah persimpangan: tinggal di desa yang dicintainya atau merantau ke tanah Jawa untuk meneruskan sekolah agama. Saat keputusan diambil, berbagai kekecewaan datang dan hampir mengubah jalan hidup Syafii.
12. Film Sang Kiai (2013)
       Film pejuang kemerdekaan ini menceritakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asyari. Film Sang Kiai langsung mendapat 4 piala citra untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Rako Prijanto), Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Adipati Dolken), dan Penata Suara Terbaik (Khikmawan Santosa, Yusuf A. Patawari, Ichsan Rachmaditta). Tidak hanya itu, FFB 2014 juga memberi penghargaan untuk Pemeran Utama Pria Terpuji (Ikranagara) dan Penata Artistik Terpuji (Frans XR Paat). Apresiasi dari dalam negeri membawa film bernuansa Islam ini tembus seleksi Oscar ke-86 untuk kategori Best Foreign Language.
      Diceritakan perjuangan KH. Hasyim Asyari dan para santri harus siap dalam menghadapi pasukan Jepang serta sekutu. Jepang mulai mengalami kalah perang, tapi mengembalikan kedaulatan kepada sekutu. Presiden Soekarno pun memberi pesan tentang hukumnya membela tanah air. Terjadilah Resolusi Jihad di Surabaya sebagai awal perang dahsyat 10 November 1945.

13. Film 3: Alif, Lam, Mim (2015)
     Seminggu di bioskop membuat Film 3: Alif Lam Mim tetap mendapat apresiasi publik. Piala Maya 2015 memberi penghargaan untuk kategori penyuntingan gambar terpilih. Tanta Ginting juga meraih dua piala untuk Pemeran Pria Pendukung Terfavorit dalam Indonesian Movie Award 2016 dan Pemeran Pembantu Pria Terpuji FFB 2016. Di tahun yang sama, Anggy Umbara disematkan gelar Sutradara Terpuji. Film 3 juga mendapat pengakuan internasional untuk ajang Best Feature Movie di Florida dan ajang Atlanta Asia Film Festival di Georgia.
      Film ini sukses karena menyematkan aksi futuristik pertama di Indonesia. Ceritanya diduga kuat sebagai teori konspirasi yang terjadi pada tahun 2036. Adegan silat dilakukan oleh Alif, Lam, dan Mim untuk bertempur satu sama lain dalam mempertahankan dan memperjuangkan kebenaran masing-masing.
14. Film Surga yang Tak Dirindukan (2015)

    Isu poligami yang pernah dikisahkan dalam Ayat-Ayat Cinta kembali mencuat. Sebagai film terlaris di tahun 2015, film ini meraih piala Antemas dalam Hari Film Nasional. Penghargaan Indonesian Box Office Awards yang digelar oleh stasiun televisi swasta juga memberi 6 piala untuk Film Box Office Terbaik, Film Box Office Terlaris, Original Soundtrack Film Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik (Fedi Nuril), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Laudya Cynthia Bella), dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik (Raline Shah). Kedua aktris berbakat dalam film ini juga mendapat piala untuk kategori yang sama dalam FFB 2015.
   Diadaptasi dari novel karya Asma Nadia, film ini bercerita tentang sepasang suami istri bernama Prasetya dan Arini. Suatu hari, Prasetya menyelamatkan seorang wanita depresi bernama Mei Rose. Dibalik tindakan mulia itu justru memicu konflik rumah tangga yang pelik.

15.  Mencari Hilal (2015)
     Alur cerita film yang tidak terlalu kompleks dan tidak terlalu banyak konflik berat ini justru mendapat apresiasi tertinggi untuk jajaran aktor dan aktris yang bermain didalamnya. Indonesian Movie Actors Award 2016 memberi penghargaan kepada Pemeran Wanita Pendukung Terfavorit (Erythrina Baskoro), Pemeran Pria Pendukung Terbaik (Oka Antara), dan Pemeran Pasangan Terbaik (Oka Antara bersama Deddy Sutomo). Sebagai tokoh utama, Deddy Sutomo juga mendapat 4 piala sekaligus untuk Pemeran Utama Pria Terbaik dalam Indonesian Movie Actors Award 2016 dan FFI 2015, Aktor Utama Terpilih dalam Piala Maya 2015, dan Pemeran Utama Pria Terpuji dalam FFB 2015. 
     Film Mencari Hilal menggambarkan perjalanan ayah dan anak yang sering berbeda pendapat. Mereka selalu memperdebatkan tentang tradisi, agama, dan pola pikir masing-masing. Digarap oleh Ismail Basbeth, film ini juga menjelaskan peran agama dalam kehidupan sosial yang disesuaikan pada isu terkini yang dekat dengan masyarakat. Film Mencari Hilal akan membuka mata penonton untuk melihat sisi lain dari agama Islam jika dipandang dari sudut yang beda.


     Ilmu agama akan bertambah saat menonton film-film di atas. Semoga film bergenre religi bisa semakin banyak lagi diproduksi. Semoga saja film-film tersebut bisa menemani ngabuburitmu selama di rumah saja.


   Nyatanya tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat memotivasi kita untuk hijrah. Sudah saatnya kita isi waktu dengan hal-hal berfaedah di bulan Ramadan tahun ini. Menonton film juga bisa membawa berkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar