Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Film 99 Nama Cinta Punya Amanah untuk Penyampaian Nilai-Nilai Agama

pemain film 99 Nama Cinta, Acha Septriasa dan Deva Mahenra


Rasulullah SAW bersabda “Allah berfirman: Aku seperti sangkaan hambaKu. Aku selalu bersamanya jika Ia mengingatku.” 
(HR Abu Hurairah)
Maka, Tuhan selalu bekerja dengan caranya sendiri.

        Setelah sukses menulis film bergenre drama religi “Rindu Kami PadaMu” pada tahun 2004 lalu, Garin Nugroho kembali membuktikan eksistensi diri sebagai penulis skenario yang berhasil menyajikan cerita dengan penanaman nilai agama yang tidak menggurui. Garin bekerja sama dengan Danial Rifki sebagai sutradara yang juga sudah memiliki karya film sebelumnya, seperti film Tanah Surga Katanya, La Tahzan, Air Mata Terakhir Bunda, dan Meet Me After Sunset. Kolaborasi bersama ini terwujud dalam sebuah film berjudul “99 Nama Cinta” yang diproduksi oleh MNC Pictures.

     Blogger Eksis sangat menikmati film 99 Nama Cinta. Ada tontonan dan tuntunan yang mampu mengajak penonton untuk meresapi tuntutan nilai-nilai religi terhadap kecintaan hamba Allah dengan kehidupan duniawi dan rohani. Ada cinta kepada manusia, cinta terhadap pekerjaan, cinta untuk ulama, dan cinta akan ilmu. Semua kisah cinta diramu dengan bumbu komedi yang membuat penonton semakin terpaku.
      Film 99 Nama Cinta bercerita tentang Talia (Acha Septriasa) yang menganggap bahwa agama bukan prioritas utama dalam hidupnya. Sebagai anak yatim, Talia pernah mendengar wasiat dari ayahnya yang selalu menginginkan agar Ia mampu memahami agama kelak dewasa. Ibu Talia (Ira Wibowo) juga sering mengingatkan wasiat itu namun Talia belum siap untuk mendalami ilmu agama. Kondisi demikian bertolak belakang dengan arti namanya, Talia (diambil dari kata Tali dan A yang dimaksud dengan amanah).
     Kehidupan duniawi yang dijalani semakin berlawanan saat Talia dipercaya menjadi produser sekaligus presenter acara gosip bertajuk “Bibir Talia” untuk sebuah stasiun televisi. Beranjak dari profesi itu, Ia selalu memandang karir sebagai prioritas utama dalam hidup. Ambisius Talia luluh saat dipertemukan dengan Kiblat (Deva Mahenra) yang perlahan mampu mengubah sudut pandang dalam memaknai arti Tuhan dalam kehidupan.
Meski seorang ustad, Kiblat terlihat begitu muda dan gaul. Kepribadiannya mempresentasi bahwa kehidupan ustad bisa melebur dengan berbagai aspek lingkungan untuk mengajarkan kebaikan demi kebaikan. Guru mengaji atau ustad nyatanya masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup seseorang yang masih punya akal sehat.
      Romansa ala sahabat kecil yang dipertemukan kembali dalam masa muda membuat mereka bernostalgia. Ada benih cinta yang tak mampu diungkap karena masing-masing individu hidup dalam ruang pergaulan yang berbeda. Talia dalam dunia entertainment yang serba gemerlapan. Sementara Kiblat sebagai anak kyai dan guru dalam sebuah pesantren di wilayah Kediri, Jawa Timur yang kental dengan nuansa religi.
     Kehidupan mereka kembali terusik sejak kedatangan Husna (Chiki Fawzi) yang menjadi guru lulusan luar negeri untuk pondok pesantren yang dipimpin oleh Kyai Umar (Donny Damara). Kecantikan dan bakat Husna menjadi penghalang bagi kedekatan keduanya. Ditambah tekanan pekerjaan yang datang dari perusahaan tempat Talia bekerja mengejar rating demi pencapaian dalam industri televisi.
     Sampai akhirnya, acara kuliah subuh di televisi dan sebuah bencana alam yang terjadi di Kediri mampu mempertemukan mereka semua. Sisi kehidupan sehari-hari manusia terasa begitu dekat dan mengajak kita berkontemplasi untuk kembali padaNya. Akankah semua cerita berakhir bahagia sebagaimana kita meyakini kehadiran Tuhan di dalam dada?

poster film 99 Nama Cinta

        Kalau cemburu jangan terlalu
          Kalau benci jangan menggerutu
          Nanti, malah jadi RINDU

        Aku begitu merindukan cerita film Indonesia seperti ini. Ada kisah cinta dari sudut pandang yang berbeda sehingga penonton diajak memaknai bagaimana sebenarnya CINTA harus diperlakukan. Sudut pandang dalam film 99 Nama Cinta dikemas dengan kontras dunia gosip dan pesantren dalam benang merah sebuah wasiat yang pernah disampaikan orangtua terdahulu.
    Cerita film ini tak biasa. Garin Nugroho mampu menggambarkan cinta secara sederhana dengan genre casual romance. Kisah asmara tak harus ditampilkan dengan banyak adegan berduaan saja apalagi kontak fisik.
        Dari judulnya, penonton diajak mengenal kembali 99 nama cinta seperti menelusuri Asmaul Husna (nama-nama sifat baik yang dimiliki Allah SWT). Meski kuat akan unsur religi, film ini tak terlalu radikal karena agama didekatkan pada persoalan cinta dalam kehidupan sehari-hari bukan hal-hal yang bersifat ritual. Setiap adegan dibuat dengan santuy dan begitu dekat dengan generasi milenial.
      Ada rasa sayang, cemburu, dan rindu untuk bertemu. Semua dikemas dengan alur cerita dan adegan yang memuat interaksi antar pemeran mampu ajak penonton larut dalam suasana emosional yang pas. Kolaborasi guru besar dalam dunia perfilman dan sineas muda berbakat yang wajib diacungi jempol.
    Semua totalitas akting yang diberi oleh pemain terbilang natural. Acha Septriasa hadir sebagai presenter wanita sekaligus produser acara yang  membawa suasana dengan pergerakan kontrol emosional optimal. Akting Acha mengingatkanku pada film Bunda, Kisah Cinta Dua Kodi. Sementara Deva Mahenra keluar dari zona nyaman yang mampu menjadi sosok ustad tanpa ada unsur keraguan atau kekakuan didalamnya. Auto suka sama akting mereka!! 
      Selain Acha dan Deva, kekuatan film juga didukung para pemeran pendukung lain. Nuansa komedi semakin menggemaskan dengan kehadiran Adinda Thomas sebagai Mlenuk (Staf Creative Talia) dan Dzawin sebagai ustad Bambu. Nuansa drama diperkuat dengan peran antagonis yang dimainkan oleh Susan Sameh sebagai Chandra dan Robby Purba sebagai Head Programming TV 
Selamat atas hasil karya film yang layak ditonton ini. Makna cinta mampu disampaikan kepada penonton dengan nilai-nilai agama yang terkandung didalamnya. Semoga film 99 Nama Cinta semakin bersinar dan mampu membuktikan eksistensi Garin Nugroho setelah film Kucumbu Tubuh Indahku sedang merebut hati para juri dalam seleksi Piala Oscar. 

Film 99 Nama Cinta telah tayang di 9 kota besar yang ada di Indonesia mulai dari tanggal 24-31 Oktober 2019. Kota Sidoarjo, Malang, Kediri, Tegal, Purwokerto, Cirebon, Bandung, Bekasi, dan Jakarta dipilih untuk penayangan perdana. Para pencinta film Indonesia bisa mempersiapkan diri dari sekarang untuk menonton film ini sebentar lagi.
     Sementara aku begitu terkesima setelah menonton film 99 Nama Cinta di Cinema XXI Senayan City saat press screening berlangsung (23/10/2019). Bagi kamu yang ingin kembali memperdalam agama dengan nuansa penuh kasih sayang segera tonton film ini mulai tanggal 14 November 2019. Ajak orang-orang kesayangan untuk memaknai cinta dan kehadiran Tuhan dalam kehidupan.

        Dengan menjaga wudhunya, kita bisa merawat hatinya
Jaga kesucian diri, kesucian hati, dan kesucian pergaulan dengan menghadirkan Allah SWT dalam setiap langkah kehidupan*

2 komentar:

  1. Gw udah lama gak nonton. Pulang kerja bawaannya pengen merem. Sabtu minggu maunya tidur, wkwkwkwk

    Mayan lah bisa jadi referensi besok kalo mau nonton.

    Btw, salam kenal. Mas pasti suhu blogger yah, udah nulis dari jaman jebot.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal bro.
      Kuy, luangkan waktu ke bioskop untuk nonton film Indonesia demi mendukung industri perfilman lokal supaya bisa bersaing di tingkat Internasional..

      Terima kasih telah berkunjung ^^

      Hapus