Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Ketika Pegawai Bank Ikut Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

    
Pengalaman ikut bantuan hidup dasar
       Bicara hidup sehat tak hanya sekadar memberi informasi tentang olahraga, pola makan, penyakit, dan sebagainya. Ada edukasi yang harus disampaikan terutama menyangkut kegiatan-kegiatan berfaedah yang bisa dilakukan secara sederhana. Dari semua itu, Bantuan Hidup Dasar menjadi topik untuk artikel kali ini. Selanjutnya, aku juga akan menulis informasi tentang Cuci Tangan Pakai Sabun yang menjadi gerakan untuk diamalkan sehari-hari.
     Gara-gara Corona. Banyak masyarakat takut saat menghadapi seseorang yang ada disekitarnya pingsan tiba-tiba. Kepekaan kita sirna sehingga tak bisa menyelamatkan secara langsung. Sebegitu parnonya kita dengan si Corona. 
    Aku pun teringat bahwa ada langkah pertolongan pertama yang bisa kita lakukan saat orang disekitar kita memiliki gangguan tersumbat jalan napas atau tidak ada nadi. Biasanya, orangtua berumur 40 tahun ke atas yang rentan hilang kesadaran atau pingsan mendadak. Mereka yang sering tenggelam saat berada di air juga harus segera diselamatkan ketika sudah berada di daratan.

  Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) pernah menyelenggarakan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi pihak internal dan eksternal. Pelatihan tersebut diadakan pada awal tahun 2013 lalu. Sebagai bagian dari mitra keuangannya, Blogger Eksis yang bekerja di BRI kala itu berkesempatan ikut pelatihan BHD.
     Aku dan teman-teman dari BRI Kantor Kas RSKD mendapat jadwal secara bergilir untuk datang ke Auditorium RSKD. Aku lupa ada berapa peserta setiap sesinya. Seingatku, tak hanya orang awam sepertiku yang mendapat ilmu dari Tim Anestesiolog. Para dokter dan perawat RSKD juga wajib mengikuti pelatihan BHD supaya bisa menangani pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung secara mendadak.
      Kejadian henti jantung dan napas bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Saat menemukan korban pertama kali di tempat kejadian, siapapun yang ada di sana harus bisa melakukan BHD. Tak perlu menunggu tenaga medis yang terlatih, pertolongan pertama harus diupayakan demi menyelamatkan nyawa seseorang.
       Sebagai salah satu penyedia jasa layanan keuangan yang ada di RSKD, aku harus siaga saat mengetahui ada nasabah atau korban yang mengalami henti napas dan henti jantung karena sakit atau kecelakaan. Aku pun begitu antusias mengikuti pelatihan BHD karena aku mendapat teori berikut ujian praktek secara langsung penanganan korban. Meski korbannya dalam bentuk mannequin (boneka yang dirancang khusus untuk pelatihan BHD).
   Pelatihan BHD merupakan edukasi sekaligus praktek mengecek kesadaran, jalan napas, sampai memberi kompresi, dan bantuan napas. Hal ini bisa dilakukan saat situasi darurat ketika ada jiwa yang terancam (korban). Saat menemui kondisi tersebut, kita tak perlu panik dan pasrah karena ada Bantuan Hidup Dasar yang bisa dilakukan demi nyawa orang lain dalam keadaaan darurat. Oleh karena itu, pelatihan BHD yang dilakukan dalam sehari selalu mendapat sertifikat.
         Tujuan Bantuan Hidup Dasar ini diberikan untuk memberi kesempatan hidup lebih tinggi bagi korban henti napas dan henti jantung. Pertolongan yang cepat dan tepat akan mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung, dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Sebagai orang disekitar korban, kita harus memberi resusitasi jantung paru terhadap korban.
      Sebelum mengambil tindakan BHD, kita kenali terlebih dahulu ciri-ciri korban yang mengalami henti jantung (cardiac arrest), seperti:
1.   Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung).
2. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau brakialis pada bayi).
3.   Henti napas atau mengap-mengap (gasping).
4.   Terlihat seperti mati (death like appearance).
5.   Warna kulit pucat sampai kelabu.
6.   Pupil dilatasi (setelah 45 detik)

       Adapun hal-hal yang harus dilakukan saat BHD berdasar American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care (2010), seperti:
  • Circulation (sirkulasi buatan)
Disebut juga kompresijantung luar. Henti jantung yaitu kondisi berhenti jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba pada seseorang. Awalnya, Ia tak merasakan apapun sampai tak sadarkan diri hingga keadaan darurat yang paling gawat.
  • Airway
Berhasil tidak dalam memberikan resusitasi jantung paru tergantung dari cepatnya dalam pemberian bantuan pembukaan jalan napas. Cara membuka jalan napas korban henti jantung ini yaitu segera menekuk kepala korban ke belakang sejauh mungkin. Kadang-kadang posisi terlentang sudah cukup menolong karena sumbatan anatomis akibat lidah jatuh ke belakang dapat dihilangkan. Kepala harus dipertahankan dalam posisi ini.
  • Breathing (pernapasan)
Bantuan pernapasan ini bisa dilakukan dengan cara melakukan pernapasan mulut ke mulutPenolong menggunakan satu tangan di belakang leher korban sebagai ganjalan agar kepala tetap tertarik ke belakangTangan yang lain menutup hidung korban (dengan ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan dahi korban ke belakang. Penolong menghirup napas dalamkemudian meniupkan udara ke dalam mulut korban dengan kuat. 
Ekspirasi korban dilakukan secara pasifSambil diperhatikan gerakan dada waktu mengecil. Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik selama pernapasan masih belum kuat.

        3 hal tersebut merupakan penjelasan secara umum. Lebih khusus, langkah-langkah yang harus dilakukan saat memberi Bantuan Hidup Dasar, yaitu:
1.    Bangunkan orang yang tidak sadar
        Ketika melihat ada orang yang tidak sadar di dekat kita, coba tepuk pundak korban sambil berkata “Pak/Bu, Anda tidak apa-apa?”. Jika ada respon, biarkan kondisinya tetap senyaman korban. Kalau tidak ada respon, aktifkan sistem emergensi.

2.    Panggil bantuan atau meminta pertolongan
     Setelah membangunkan orang yang tidak sadar secara lembut, pastikan kita mencari teman untuk menolong. Lingkungan sekitar harus aman dari kerumuman sehingga tidak ada korban berikutnya. Jangan panik dan tergesa-gesa.

3.    Periksa nadi
         Pegang urat nadi sambil melihat pernapasan. Pastikan nadi yang ada di leher karena jaraknya lebih dekat dengan jantung dibanding nadi pada pergelangan tangan. Caranya, tempelkan 2 jari telunjuk dan jari tengah ke bagian bawah leher atau pas urat nadi. Waktu periksa nadi tidak lebih dari 10 detik.
         Sambil periksa nadi, lihat gerakan napas pada dinding dada korban. Pergerakan dinding dada orang yang masih bernapas akan tampak naik turun. Hal ini cukup mudah dan terlihat secara kasat mata. 

4.    Lakukan CPR (Chest Compressions)
         CPR biasa disebut pompa jantung dengan cara kompresi dada sekaligus memberi pernapasan buatan. Kompresi dada merupakan tindakan memberi tekanan pada bagian setengah bawah stemum (breast bone). Cara yang tepat untuk CPR, diantaranya:
  •   Baringkan korban pada alas yang keras.
  •  Letakan pangkal telapak tangan di tengah dada.
  •  Letakan tangan yang lain di atasnya dengan jari saling mengunci.
  •  Kompresi ventilasi ratio 30:2.
  •  Minimalisasi frekuensi dan durasi interupsi.
  •  Jika memungkinkan CPR bergantian setiap 2 menit.
       Cara sederhana untuk kompresi dada (CPR)
       Kompresi dada akan efektif saat kita menerapkan “push hard and push fast” (sedikitnya 100 kompresi/menit). Beri kesempatan dada recoil – equal compression and relaxation times. Pastikan kedalaman kompresi untuk dewasa mencapai 5 cm dan anak-anak hingga sepertiga bagian dadanya.
      Kompresi dada tidak efektif bila kita tidak tepat melakukannya di garis tengah dinding tulang dada. Hal itu bisa berakibat tulang dada retak karena ada punctumnya tulang rawan atau tulang lunak. Ibaratnya ada pengikat yang lemah antara tulang iga dengan tulang dada yang di tengah (sternum).

         Setelah kompresi dada dilakukan masih belum ada respon, kita bisa coba memberi napas buatan (rescue breathing) seperti:
·      Posisikan kita berada disamping korban
· Miringkan kepala korban dengan angkat dagunya
·      Tekan dan tutup hidung korban
·      Kita ambil napas normal
·      Tempelkan bibir menutup mulut korban
·      Tiup sampai dada terlihat naik
·      Lakukan lebih dari 1 detik
·      Beri kesempatan dada turun sebanyak 2x
Pertolongan pertama memberi napas buatan
         Resusitasi bisa berhenti jika korban sudah sadar atau ada tenaga medis profesional yang mengambil alih pertolongan. Pastikan sirkulasi napas spontan dari korban sudah kembali normal. Jika kamu merasa lelah menjadi penyelamat, maka berhentilah jangan terlalu dipaksakan. 

     Demikian materi pelatihan BHD yang baru sempat aku tulis tahun ini. Kesanku ikut pelatihan BHD kala itu terasa menarik. Aku bisa terbebas dari antrian nasabah yang panjang. Haha. Bukan hanya itu, aku mendapat pengetahuan dan pengalaman baru yang berguna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Sebagai bagian dari makhluk sosial, kita selalu punya tanggung jawab untuk menolong sesama. Bantu jika suatu saat ada anggota keluarga, teman, atau orang lain yang mengalami henti napas sebelum pertolongan medis datang. Setiap manusia hanya punya satu nyawa. Jika sistem pernapasan pada manusia berhenti tiba-tiba, maka harus diselamatkan segera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar