Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Tidak Mudik tak Perlu Panik! Buat Silaturahmimu makin Asyik

Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak mudik dan tidak piknik

Bahagia itu sederhana.
Saat kita bersama memupuk sabar supaya dapat memetik manis pertemuan penuh kelakar.

            Iklan sirup berwarna merah sudah muncul di televisi. Blogger Eksis mulai menghitung hari karena bulan Ramadan dipastikan tiba sebentar lagi. Mulai dari munggahan sampai lebaran, kita ingin bertemu sambil bersalaman. Kata ‘maaf’ akan terlontar jadi ucapan demi mencapai kesucian hati.
    Nikmati momen kumpul bersama saat sahur dan berbuka puasa memang jadi impian. Apalagi ada tradisi yang disebut mudik untuk melepas rindu di kampung halaman. Begitupun dengan diriku yang sudah berencana menuju kampung halaman di Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara. 
       Tapi, ada yang beda dari kebiasaan mudik alias pulang kampung untuk tahun ini. Kita dihadapkan pada pandemik Covid-19 yang membahayakan siapa saja. Sebagai Kawula Moda, aku harus memilih keputusan yang tepat untuk #TidakMudik dan #TidakPiknik selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih diberlakukan.
        Rencana mudik untuk hilangkan kebosanan dan segarkan pikiran harus ditunda terlebih dahulu. Semua demi kebaikan bersama. Aku ingin menjadi bagian dari orang-orang yang bisa memutus rantai penyebaran virus Corona. 
     Lantas, ada beberapa alibi yang ingin aku sampaikan melalui tulisan ini untuk tidak mudik, diantaranya:
1.   Virus Corona tidak pandang bulu
      Covid-19 bisa serang siapapun. Saat pergi mudik, tentu kita akan melakukan kontak fisik dengan orang-orang yang kita temui. Kalau tetap teguh untuk mudik, maka penyebaran Covid-19 bak ancaman.
      Kita bisa disebut carrier atau pembawa virus dari daerah yang terpapar virus Corona. Terutama saat kampung halaman kita masuk dalam zona merah. Label carrier yang disematkan kepada kita bisa saja mengancam keselamatan orang-orang yang kita sayangi di kampung halaman nanti.
jangan jadi carrier atau si pembawa penyakit
      Ingat, garda depan Covid-19 sedang berjuang antara hidup dan mati. Para petugas medis bertugas mengobati mereka yang terserang virus. Sementara kita? Cukup di rumah aja.

2.   Kita berada pada masa PSBB sehingga harus mematuhi physical distancing
     
physical distancing pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar
      Ketika menggunakan transportasi untuk mudik ke kampung halaman, pemudik tentu sulit menjaga jarak fisik satu sama lain dalam kendaraan. Mobilitas yang tinggi bisa membuat kita tak disiplin untuk menerapkan physical distancing. Bukannya bisa melihat pemandangan selama perjalanan, kita malah kerepotan karena penularan bisa terjadi kapan saja.

3.   Potensi penyebaran Covid-19 terus meningkat
          Tahukan kamu orang yang berpotensi OTG?
     Sebagai pemudik, kita bisa termasuk dalam kriteria OTG (Orang Tanpa Gejala). Kategori ini merupakan mereka yang tidak bergejala, tapi memiliki kontak erat atau risiko tertular dari orang yang terkonfirmasi Covid-19. Sederhananya mungkin kita merasa sehat, tapi virus bisa numpang lewat dan mampir ke orang-orang tersayang disekitar. 
      Beberapa provinsi juga sudah menerapkan kebijakan jika ada pemudik yang nekat masuk ke wilayahnya, maka orang tersebut wajib isolasi diri selama 14 hari setiba di kampung halaman. Hal itu akan membuat kita kehilangan waktu bersama keluarga secara leluasa karena harus jalani karantina. Apalagi kondisi fasilitas kesehatan di daerah masih minim, bagaimana jadinya kalau kita bertemu dengan orangtua yang sudah lanjut usia dan mereka itu termasuk rentan terhadap virus Covid-19?!
Virus Corona rentan terhadap lansia

           Kita harus sadar bahwa penyebaran pandemik Covid-19 tak hanya berdampak pada masalah kesehatan, banyak masalah kemanusiaan pada aspek sosial dan ekonomi yang juga terpengaruh. Maka, situasi yang genting saat ini mendesak kita untuk bersikap lebih bijak. Ada hal yang harus dikorbankan demi keselamatan bersama.
         Tidak mudik dan tidak piknik bisa menjadi langkah baik untuk meredam kondisi sulit yang terjadi. Virus Corona belum ada vaksin hingga saat ini. Sudah sewajarnya jika kita tidak melangkah pergi.
       Ancaman penyebaran Covid-19 sudah di depan mata. Jangan menjadi bagian dari netizen +62 yang keras kepala karena bisa mempersulit pengendalian wabah Corona di Indonesia. Apalagi kalau sampai menjadikan Corona oleh-oleh buat keluarga di kampung halaman. Aku sih NO!!

Rindu itu tak harus bertemu. 
Aku hanya mau hati kita yang tetap bersatu.
Peluk saja dari jauh, tak perlu mengeluh!!

          Tahan dan tunda dulu. Jarak memang bisa memisahkan kita, tapi kesehatan keluarga tetap prioritas utama. Tanpa perlu bertemu fisik, silaturahmi akan tetap terjalin karena merayakan lebaran bisa dilakukan dari mana saja.
        Silaturahmi tetap bermakna kok walau kita tak berada di kampung halaman. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, misal:
1.   Perbanyak beribadah

Setiap melakukan ibadah ramadan akan dilipatgandakan
            Ibadah utama di bulan Ramadan tak hanya puasa saja. Banyak ibadah lain yang bisa ditunaikan karena memiliki nilai pahala yang berlipat ganda. Sudah sewajibnya kita memperbanyak salat malam, membaca Al Qur’an, dan bersedekah.

2.   Salurkan hobi
  Tidak mudik bukan berarti lebaran terasa membosankan. Masih banyak kegiatan menarik yang bisa dilakukan. Misal, salurkan hobi yang biasa tersita karena kesibukanmu sebelumnya. 
   Bagi yang suka membaca, coba buka buku yang menarik perhatianmu. Buat yang hobi menyanyi, bisa karaoke dengan lagu pilihan. Kalau kamu hobi menonton, langsung buat playlist movie marathon di rumah. Bagi yang hobi memasak, coba kembali ke dapur untuk membuat kue dan cemilan khas lebaran.

kegiatan karaoke daring saat lebaran

3.   Tulis surat dan kirim kartu lebaran
               kirim kartu lebaran Sebagai gani jabat tangan
      Sebelum teknologi ada, dahulu kita sering berbalas surat kepada kerabat atau sanak saudara yang jauh. Setiap surat kadang dilengkapi dengan kartu, parsel, atau bingkisan. Tak jarang kebiasaan ini masih bisa dilakukan. Walau tangan tak sempat berjabat, tapi kata maaf masih bisa tersirat.

4.   Komunikasi berbasis teknologi
     Silaturahmi itu tak hanya dengan tatap muka, kita bisa bercengkerama melalui perangkat teknologi yang terkoneksi. Kemajuan teknologi komunikasi telah mengubah cara manusia untuk menyampaikan kata ‘maaf’. Melalui layanan chatvideo call, dan jejaring sosial semua bisa tersampaikan dengan sentuhan gawai.
Transmate Penghubung Indonesia

        Rindu kampung halaman memang berat, tapi lebih sakit saat orang-orang tersayang terjangkit virus dari penyakit yang belum ada vaksinnya. Langkah #TidakMudik dan #TidakPiknik diambil untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19. Urungkan niat demi kemaslahatan umat.
      Selalu ada yang dikorbankan jika ingin melihat orang-orang yang dicintai hidup bahagia. Jangan sampai pengorbanan berakhir sia-sia. Yuk, putus rantai penyebaran Corona sekarang juga.

STOP PENYEBARAN VIRUSNYA, NANTI KITA OBATI RINDUNYA 
LEBARAN DI RUMAH AJA!

Stay Healthy, All !!

19 komentar:

  1. Di masa pandemi ini sepakat banget daku nggak mudik Kak. Walau anak-anak ingin mudik, namun kita bisa edukasi agar mudiknya saat pandemi hilang aja. Rindu sih...namun demi kebaikan semua keluarga, lebih baik mencegah ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, kak.

      Lebih baik mencegah daripada mengobati..

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Bersyukur sekarang ada teknologi digital. Jadi bisa vidcall sama orang tua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah yah bisa tetap komunikasi walau berbeda jarak dan tempat ☺

      Hapus
  4. Saat komen ini di Tangerang diberlakukan PSBB di Tangerang. Sebuah langkah yang tepat mengingat semakin meluasnya penyebaran Covid yang sekarang sudah mutan entah beberapa varian. Jadi emang tunda dulu deh mudiknya. Kapan-kapan aja setelah wabah ini lewat. Kita putus mata rantai penyebaran dari diri kita sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. PSBB di Tangerang paling lama ya jangka waktunya..

      Hapus
  5. Semoga cuma tahun ini harus menahan mudik, ya. Tahun depan bisa kembali mudik. Bahkan, maunya pasti nggak perlu nunggu tahun depan. Semoga keadaan segera
    kembali memungkinkan untuk mudik dengan aman.

    BalasHapus
  6. Betul banget bang, nggak usah mudik dan piknik dulu tahun ini yah. Soalnya agak berbahaya corona ini bang.

    BalasHapus
  7. Saya juga tidak mudik dan tidak piknik dulu saat ini demi kebaikan untuk diri sendiri dan juga orang lain. Semoga corona cepat berlalu supaya kita bisa bebas beraktivitas kembali. Aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita bisa ketemu lagi ya, mas Awan.

      Semoga keluarga mas Awan di NTB juga sehat selalu..

      Hapus
  8. Setuju bangeeet, walau berat rasanya, sedih bayangin Hari Raya gak sungkem ke Orangtua, tapi ini justru dilakukan sebagai bukti sayang terhadap mereka. Tahan sebentar demi kebaikan yang lebih lama lagi ya. Semangaaat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat, kak!!

      Sungkeman virtual aja 😉

      Hapus
  9. Biarpun terasa pedih ga bisa mudik. Silaturahmi masih bisa tetap jalan kok. Aku sendiri ga akan mudik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya allah, silaturahmi setiap hari tanpa henti!!

      Hapus
  10. Setuju, walaupun rindu sebaiknya nggak mudik karena kita nggak tahu kita carrier atau bukan. Yang ada malah membahayakan keluarga di kampung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahaya pake banget kalo sampe jadi carrier.

      Lebih baik #DiRumahAja

      Hapus