Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Serial Mahram untuk Najwa, Antara Jodoh dan Takdir yang Masih Rahasia

Mahram-Untuk-Najwa
Najwa sedang berdoa disepertiga malam

Jangan sampai kita menyakiti orang lain karena tidak bisa mengelola perasaan kita sendiri. Alan & Alika itu masa lalu, masa depan hanya milik Fadlan & Jihan

Bulan Muharam saat pandemi dimanfaatkan Blogger Eksis untuk menonton serial religi. Daripada keluar rumah tanpa tujuan pasti atau berkerumun dalam kondisi yang tak pasti, nonton daring masih jadi opsi hiburan terkini. Pilihan platform streaming favoritku ialah Genflix. Aku sudah menyaksikan serial religi terbaru, Mahram untuk Najwa yang tayang sejak tanggal 30 Juli 2021.

    Karya perdana serial orisinal Genflix ini diproduksi Indonesia Sinema Persada dan E-Motion Entertainment. Kisah cinta segiempat tersebut diadaptasi dari novel karya Amelia Asria. 6 episode serial sudah bisa disaksikan dari mana saja. Cukup buka www.genflix.co.id atau unduh aplikasi Genflix melalui Play Store maupun App Store.

Adegan dibuka dengan tangisan Malika Farida Najwa (Zee Zee Shahab) didepan kaca sebuah toilet. Kesabaran Najwa diuji setelah 10 tahun tak bertemu mantannya. Mereka dipertemukan kembali dalam momen lamaran sahabat Najwa yang berprofesi sebagai dokter dan bernama Raida Jihan Hafizhah (Ine Rosdiana).

Sejak pertemuan itu, hati Najwa jadi tak tentu. Terbayang kisah masa lalu dalam balutan seragam putih abu-abu. Najwa dan Muhammad Fadlan Al Ghifari (Asyafriena Alatas) pernah mengalami gelora asmara masa SMA. Kala itu, mereka dipanggil dengan nama Aika dan Alan.

Kegundahan Najwa makin seru karena ada sosok Muhammad Adam Faiz (Hatta Rahandy) yang terus meminta jawaban atas kesediannya untuk dilamar. Selain curhat dengan Allah melalui salat malam dan doa, Najwa juga menceritakan isi hatinya dengan sahabatnya yang lain, Az Zahra Khalida Hana (Rizka Frisca). Kisah cinta dan cerita persahabatan bersemi didalam serial ini.

Lantas, siapakah sosok Mahram untuk Najwa? Apakah jodoh dan takdir bisa seiya sekata atau ada halangan lagi yang membuat cinta harus dipendam dalam rasa?!

“Manusia kadang tak bisa menguasai perasaannya sendiri. Rasa itu milik kita, tapi sesungguhnya tak pernah benar-benar menjadi milik kita seutuhnya”

Konflik percintaan dalam serial Mahram untuk Najwa terlihat dinamis seperti bunga mawar putih yang dirangkai untuk menjadi karangan indah. Dibalik kisah cinta tersebut juga ada lapisan cerita lain bahwa Najwa dan Fadlan terpisah karena Najwa sekeluarga pernah mengalami kecelakaan pesawat. Lama-kelamaan, kondisi kesehatan Jihan juga terungkap karena virus yang mematikan setelah melakukan transfusi darah. 

Dibanding konflik percintaan antar empat karakter tersebut, aku lebih penasaran dengan kisah persahabatan antara Najwa, Jihan, dan Zahra. Sudah berapa lama mereka saling mengenal? Mengapa Zahra lebih dekat dengan Najwa dan lebih kenal dengan mantannya yang bernama Fadlan? Sedekat apakah mereka semua sampai akhirnya Jihan mau merelakan jodohnya untuk Najwa??

Pertanyaan-pertanyaan tersebut seharusnya terjawab pada adegan mereka makan bakso bareng di depan masjid. Bisa juga saat mereka nongki dan ngopi cantik di sebuah coffee shop atau café. Bukankah hal-hal seperti itu yang biasa dilakukan para hijabers ketika berkumpul bersama teman-temannya sebelum menikah?! Mereka bernostalgia akan awal persahabatannya, momen-momen seru, sampai menghitung waktu karena sulit seperti itu lagi saat sudah dipenuhi kewajiban mengurus rumah tangga, anak, dan suami nanti.

Chemistry ketiga pemeran yang bersahabat itu terbilang kuat karena terikat emosional. Sudah selayaknya mereka dapat porsi untuk eksplorasi lapisan cerita berikutnya yang lebih berisi. Minimal, masing-masing punya kisah asmara tersendiri untuk bertemu dengan sosok imam dalam keluarganya.

Dari semua pemeran, akting Zee Zee Shahab paling memukau. Ia bisa mengolah rasa saat harus menangis atau menyembunyikan kesedihan. Jam terbang sepertinya tak bisa dibohongi dibanding pemeran lain.

Performa Najwa sayangnya tak diimbangi dengan tata rias yang mumpuni. Tata rias masih tak bisa menutupi jerawat yang terlihat jelas dari wajah beberapa pemeran. Kondisi demikian makin terlihat terutama saat sorot cahaya mengenai muka mereka.

Kondisi over and jumping lighting juga tampak pada episode 2 dan episode 3. Gaffer tak mampu mensiasati pencahayaan didalam ruangan dengan baik. Cahaya yang jatuh ke wajah pemeran dan cahaya latar membuat color grading film terlalu bersinar tanpa esensi yang benar.

Serial-Genflix
Latar cahaya pada dinding terlihat berbeda (belang) pada satu ruang yang sama

Zee-Zee-Shahab
Sorot cahaya yang mengenai wajah pemeran ini terlihat mengganggu


Untung saja, pemilihan musik dari awal sampai credit title tersaji di layar secara apik. Irama pembuka dengan visual Najwa yang dikelilingi bunga terasa memiliki aroma. Begitu juga lagu “Kembali Padaku” yang dinyanyikan Ben Sihombing dan diaransemen Petra Sihombing menyiratkan nyawa sebagai lagu tema dari serial ini tiap episodenya.

Mahram untuk Najwa memang sulit memberi kejutan dalam ceritanya. Masa lalu dan masa kini membuat pengembangan cerita harus dieksplorasi dari berbagai presisi. Biar bagaimanapun proses kreatif bertemu dengan jodoh ini cukup menarik untuk diikuti. Berharap kisah ini lebih banyak diminati sebagai refleksi diri bahwa “Jodoh itu ada ditangan Allah. Tapi, kita sebagai manusia juga perlu berikhtiar

Selamat menonton dan jangan lupa cari jodoh!! 😀👀😁

Hatta-Rahandy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar