Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Karakter Nussa yang Dewasa Sebelum Usianya

 

Film-Nussa

Dari awal trailer film dan posternya rilis, netizen sudah heboh terhadap kemunculan film Nussa. Film animasi anak-anak ini menuai polemik kebudayaan. Konten cerita versi layar lebar dianggap ada korelasi terhadap aliran agama Islam tertentu. Padahal, tidak sama sekali!!

Karakter Nussa dinilai menjadi simbol identitas budaya dari Timur Tengah sehingga film disinyalir mengesampingkan budaya Indonesia. Nuansa nusantara seperti pakaian dengan sarung dianggap lebih mewakili pakaian yang seharusnya dikenakan Nussa. Mereka yang berkata seperti itu termasuk dalam golongan orang yang sering mengkotak-kotakkan sesuatu dengan isi pikiran yang tak berakal sehat. Semua itu bagai omong kosong dari orang-orang yang hobi memperkeruh suasana alias Islamophobia.

Tudingan-tudingan jelas tak berdasar. Eksekutif produser Film Nussa, Angga Dwimas Sasongko menantang balik oknum tersebut. Nyatanya, mereka justru mengonfirmasi untuk tidak datang nonton dan diskusi secara langsung. Jelas! Tak ada nyali untuk berdebat cerdas karena hanya melempar isu identitas yang sungguh menjadi bias.

Tagar #NussaUntukSemua mulai berkumandang sehingga linimasa media sosial kembali damai. Setelah klarifikasi panjang, bantahan demi bantahan terelakkan. Nussa tetap melangkah maju menuju bioskop.

Serial Nussa yang dianggap cocok untuk sebagian golongan dijamin tak tampil begitu banyak dalam film yang distribusi dan promosi dikendalikan Visinema Pictures. Versi layar lebar lebih menawarkan nilai-nilai keluhuran universal, seperti makna parenting atau hubungan orangtua dan anak. Ilmu-ilmu yang bermanfaat seolah ditularkan melalui kisah sederhana yang dekat dengan keseharian.

Pesan moral dalam film Nussa lebih didominasi menyentil orangtua-orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga lupa memberi cinta terhadap anaknya. Masa anak-anak yang diliputi persaingan pun diangkat dalam bahasa visual tanpa propaganda yang dimunculkan. Film Nussa justru bisa disimak oleh siapa saja. Pun Blogger Eksis memutuskan singgah di bioskop XXI Blok M Square pada Rabu, 10 November 2021 lalu.

Anak laki-laki bernama Nussa dihadapi pada suatu kompetisi sains. Saat pemilihan peserta terbaik ditingkat internal sekolah, Nussa gagal karena hanya menjadi juara kedua. Seorang anak bernama Jonni berhasil mengalahkan dirinya. Roket Nussa dari barang bekas pun tersingkir dan tergantikan dengan roket Jonni yang sudah dilengkapi teknologi.

Disisi lain, kekecewaan Nussa terusik. Abba (panggilan Nussa terhadap ayahnya) tak bisa mendampinginya untuk persiapan lomba. Teman-teman Nussa, Syifa dan Abdul yang biasa membantu juga meninggalkannya karena lebih senang melihat Jonni dan roketnya.

Dalam konflik batin yang dialami Nussa, Ia mendapat pelajaran baru. Ia makin paham bahwa banyak hal yang tak seharusnya dipaksakan. Nussa pun menjelma menjadi lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak.

Karakter-Nussa

Sejujurnya, karakter Nussa yang masih terlihat lebih dewasa dan sempurna ini menggangguku dibabak akhir film. Cerita Nussa lupa mempertahankan karakter anak-anak kecil pada umunya, TIDAK MAU MENGALAH. Di awal cerita sudah disinggung bahwa Nussa kecewa karena tidak bisa menjadi juara pertama. Tapi, di akhir cerita justru Nussa terkesan mengalah begitu saja dengan meminjamkan dinamo miliknya terhadap Jonni.

Seharusnya, roket Nussa tetap terbang saat Ramadan Science Fair. Bagaimanapun caranya. Sebab hal itu disesuaikan dengan kondisi psikologisnya yang sewajarnya tidak terlalu dewasa sebelum usianya dengan kalah sebelum bertanding.

Beberapa adegan dibabak awal pun terkesan membuang durasi. Mulai dari seleksi lomba di sekolah yang hanya diikuti 2 atau 3 orang peserta sampai wawancara terhadap pemenang lomba yang kurang memberi esensi. Film seharusnya lebih fokus pada lingkup pergaulan dan keluarga saja. Bila memang ada yang ingin ditampilkan, mungkin bisa dihadirkan sosok bapak atau ibu guru yang memberi pendampingan kepada para peserta lomba. Bisa juga ditampilkan momen-momen Ramadan lain dimasa kecil yang selalu dirindukan setiap tahunnya.

Dari akhlak mulia yang dimiliki Nussa, aku hanya bisa bersimpati pada Nussa saat Ia meminta maaf terhadap orangtuanya dan meminta maaf dengan Jonni ketika tak sengaja menjatuhkan roket miliknya. Adegan ini menjadi scene yang sangat memorable.

Penampilan Nussa saat ngambek dan tampil tanpa peci juga sangat menarik. Modifikasi busana dari karakter Nussa tersebut mempengaruhi perubahan emosi yang sesuai. Nussa pun tetap terlihat kece dengan rambutnya walau mood'a sedang labil.

Dari sisi kostum Nussa yang sempat jadi perdebatan di awal. Sebaiknya Nussa hadir tanpa kopiah di atas kepalanya. Hal ini didasari karena memang jarang sekali anak-anak seusianya yang selalu memakai kopiah setiap hari. Kondisi demikian, mungkin berbeda untuk anak perempuan yang memang sudah banyak mendapat pendidikan agama dari orangtuanya untuk menutup aurat sejak kecil. Berpakaianlah selayaknya anak-anak pada umumnya. Toh, Nussa sudah punya ciri khas dari kepintarannya.

Untungnya, Film Nussa masih menghadirkan karakter-karakter pendukung yang menyenangkan. Ada Rarra (Aysha Raazana) yang gemasnya konsisten, ada Babe Jaelani (Opie Kumis) sebagai penjaga sekolah yang kocak, sampai Bibi Mur (Asri Welas) yang punya cinta kasih terhadap anak majikannya.

Lagu Merakit yang dinyanyikan Yura Yunita dan lagu Kejutanku yang dinyanyikan anak-anak pengisi suara (dubber) menambah semarak suasana. Lirik lagunya dibuat seolah ikut memotivasi diri. Beberapa part lagu berhasil menyentuh emosional penonton, terutama saat Nussa harus naik ke atas panggung dalam kondisi disabilitas yang dialaminya.

Inilah film yang memberi kebebasan berekspresi bagi anak-anak Indonesia untuk merakit mimpi dalam kondisi apapun. Dari film Nussa, kita bisa belajar untuk tidak pernah putus asa. Walau Nussa sudah dewasa sebelum waktunya setidaknya grafis animasinya begitu memanjakan mata.

Film Nussa hadir membangkitkan dunia animasi di Indonesia. Film ini dipercaya bisa menjadi lokomotif atau terobosan film anak yang sangat mendidik. Kehadiran 3 karakter NUSsa, ANTA (Kucing Nussa & Rarra), dan RArra menjadi simbol anak-anak nusantara yang kembali mendalami ajaran agama sejak kecil.

Film Nussa tetap menjadi rekomendasi hiburan jelang akhir tahun. Film Nussa masih tayang di bioskop jaringan Cinepolis, Cinema XXI, dan CGV Indonesia. Segera ajak keluargamu untuk menyaksikan film yang mengGEMASkan ini.

Don’t judge film by its poster!!

 

Film-animasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar