“Keberanian adalah melawan sesuatu yang ditakutinya!” (Buya Hamka)
Kisah Buya
Hamka dalam film sudah masuk volume kedua. Penonton diajak untuk mengenal lebih
dekat Hamka dan Siti Raham yang sangat dihormati oleh banyak orang. Tentu
pasangan suami istri ini menjadi inspirasi sebab kisah hidup masa lalu mampu
memberi dampak positif bagi kemajuan bangsa hingga masa kini.
Ilmu agama yang dikuasai dan jalan dakwah yang dipilih Hamka nyatanya mampu membuat Ia bisa atasi derita dalam hidup. Kehadiran sosok istri yang bernama Siti Raham pun menjadi penting karena setia mendampingi suaminya hingga maut memisahkan. Dalam film Hamka dan Siti Raham, penonton akan diajak melihat seperti apa perjuangan Buya Hamka pasca kemerdekaan Indonesia. Kebaikannya juga bisa memotivasi kita untuk menonton film ini pada momen libur akhir tahun di bioskop nanti.
Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia, ancaman agresi kedua dari tentara sekutu
muncul. Hamka memutuskan untuk berkeliling ke seluruh pelosok Medan demi
mengabarkan urgensi persatuan antar masyarakat (tokoh agama) dan pihak militer
Indonesia. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi perang saudara atau adu domba.
Hamka pun sempat tertembak meski jasadnya masih bisa terselamatkan.
Tahun
1949, Hamka memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan mendirikan masjid Al-Azhar. Setahun
setelahnya, saat KH. Wahid Hasyim menjabat sebagai Menteri Agama, Hamka diminta
mengajar untuk beberapa perguruan tinggi Islam. Tugas kenegaraan pun
diamanatkan kepada Beliau untuk melakukan kunjungan ke luar negeri.
Tapi,
bergabungnya Hamka bersama Masyumi justru bersitegang. Hamka difitnah terlibat dalam
usaha pemberontakan terhadap Soekarno. Hamka dianggap sebagai musuh bebuyutan
PKI karena konsistensi perjuangan atas nama Islam dalam panggung politik
nasional. Bahkan Lekra (organisasi kebudayaan
PKI) menuduhnya sebagai plagiator, lantaran novel "Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijk" hasil karyanya melejit.
Pada tahun
1964, Hamka pun ditangkap dan disiksa atas tuduhan rencana makar yang
dicetuskan. Ia dipaksa untuk menandatangani surat pengakuan. Dibalik jeruji
besi, Hamka justru tak henti berkarya. Tafsir Al-Azhar malah berhasil
diselesaikannya dan menjadi kitab paling berpengaruh dalam pendidikan Islam.
Film Hamka dan Siti Raham dibuka dengan adegan gerilya selama masa revolusi berlangsung.
Tak ada adegan perseteruan yang menggebu atau kisah perjuangan yang penuh
heroik seperti film-film biopik lainnya. Konflik yang dialami sosok Buya Hamka
hanya terlihat saat Ia harus menderita didalam penjara selama dua tahun.
Plot
sebenarnya menarik dan punya potensi memberi pesan moral yang lebih luas. Hanya
saja beberapa adegan dibiarkan mengelupas dengan visual seadanya tanpa mengupas
tuntas. Misal saat Hamka menjadi tahanan politik, Ia justru dituduh untuk
menggulingkan Bung Karno dari kursi Presiden. Padahal Bung Karno menjadi bagian
dari sahabatnya sendiri. Bahkan saat wafat, Hamka diminta kesediaan langsung
untuk menjadi imam salat jenazah. Dengan kemurahan hatinya, Ia pun memimpin ibadah
itu.
Adegan dan
naskah adaptasi yang belum merepresentasi nilai historisnya untung saja
tertutupi pada tata rias dan kostum yang realis. Tim produksi berhasil
menghidupkan kembali Hamka dan Siti Raham secara visual. Nuansa tempo dulu dan
penggambaran suasana juga mampu terekam dengan kesungguhan.
Penulis
juga suka dengan pemilihan musik dari lagu Cintaku Untukmu yang membangkitkan
emosi dalam adegan film. Suasana kehilangan seorang yang paling berarti dalam
hidup diiringi perpaduan suara merdu dari Fadly dan Putri Ariani terasa makin
syahdu. Petuah hidup seolah terungkap dengan lirik lagu yang sederhana.
Dari segi
akting, kedua pemeran utama berhasil menghayati sebagai Hamka dan Siti Raham
yang saling melengkapi. Pendalaman karakter yang Vino G. Bastian dan Laudya Cynthia
Bella lakukan berhasil membentuk romansa cinta pada film biopik bertema sejarah
perjuangan bangsa. Meski ada beberapa momen yang seharusnya bisa mendapat kesan
lebih romantis lagi seperti saat kaki Hamka terkilir atau saat keduanya saling
merawat dikala sakit.
Sementara para pemeran pendukung juga memberi impresi
terhadap tokoh utama. Akting dari Alfie Affandy sebagai Dadang (sipir penjara) yang
protagonis dalam film Hamka dan Siti Raham tak diragukan lagi. Ia berhasil
memerankan karakter yang terlihat sebagai cameo tapi seolah punya keterikatan
terhadap Hamka yang kuat. Begitu juga dengan Marthino Lio sebagai Amir.
Hanya saja
yang mengganggu dari segi akting dalam film Hamka dan Siti Raham yaitu
anak-anak Hamka yang kurang mendapat porsi terlalu banyak. Yoga Pratama (Zaki
Hamka), Roy Sungkono (Rusydi Hamka), dan Ajil Ditto (Fahri) terlihat tak mampu
eksplorasi kemampuan aktingnya. Gesturenya masih belum terlihat natural.
Entah karena porsi peran yang tidak besar pada filmnya atau mereka berupaya
menyesuaikan tingkah pada masanya.
Secara
keseluruhan, film Hamka dan Siti Raham tak boleh terlewatkan untuk disaksikan
di bioskop kesayangan. Film ini akan menguatkan kembali tauhid kita bahwa sosok
ulama besar yang menjadi sastrawan pada masanya juga punya jiwa nasionalis yang
tinggi. Saat menonton film Buya Hamka volume 1, sosoknya bisa menjadi teladan
bagi masyarakat. Untuk volume 2, penulis justru melihat sosok Buya Hamka yang
menjadi penyayang untuk diri sendiri, keluarga, hingga bangsa yang dicintainya.
Sebagai bagian
dari milenial, aku jadi kembali melek sejarah untuk belajar lagi kiprah sosok
tokoh-tokoh bangsa yang jarang dijelaskan pada masa sekolah dulu. Dengan budaya
minang yang kental, film Hamka dan Siti Raham pun mengungkap bahwa dari tulisan
ada dampak besar yang bermanfaat bagi para pembacanya. Semoga film-film biopik
lokal semacam ini tak hanya sekadar tontonan, tetapi memberi tuntunan ke jalan
hidup yang lebih benar.
"Keberanian adalah tindakan yang diambil oleh orang yang tidak ingin merugi, bahkan jika ia harus menghadapi kesulitan dan rintangan"
- Mengaji dengan Hati -
Buya Hamka seorang ulama karismatik yang pernah dimiliki Indonesia, beruntung generasi sekarang mengenal beliau melalui film biopik
BalasHapusIya betul, Mas Topik. Awalnya aku sering dengar namanya saja. Setelah nonton filmnya, aku baru paham seperti apa kiprahnya bagi bangsa Indonesia.
HapusReviewnya membuatku semakin ingin menontonnya, seorang sosok yang saya kagumi, banyak karyanya pula
BalasHapusKarya tulisannya dalam bentuk esai dan novel sampai ceramah singkat Buya Hamka membuatku ingin memahami pemikirannya satu per satu.
HapusVino G. Bastian sama Laudya Chintya Bella emang keren banget ya aktingnya. Banyak pelajaran moral yang bisa diambil dari film tersebut. Siapa yang tak kenal Buya Hamka, sosoknya membuat kita sangat kagum ditambah kisah pribadinya yang begitu banyak cinta. Masya Allah.
BalasHapusHidup Buya Hamka yang dikelilingi orang-orang tercinta ternyata juga menyimpan derita. Semoga kita bisa meneladani kisah hidupnya.
HapusIh ini aku belum nonton, tapi ngikutin BTS nya 😂
BalasHapusMUA nya yg dandanin Vino tuh keren banget, mulai dari Hamka muda, dewasa, lansia, sampai tua banget. Gara-gara ini sih, aku jadi tau wajahnya Haji Hamka yg novelnya aku baca berulang-ulang 🥰
Wah, udah baca novelnya! Aku malah nonton filmnya duluan dan mulai baca karya-karya novelnya untuk mengenal lebih dekat sosok Hamka.
HapusBelum nonton saya, tapi Hamka memang religius yang jenius. Terbukti dari tulisan-tulisan yang tak lekang sejarah
BalasHapusTermasuk sosok ulama zaman old yang brilian pemikirannya. Tak jarang karyanya diingat sepanjang masa..
HapusMenonton film Buya Hamka dan Siti Raham membuat kita lebih mengenal sosok besar tersebut ya, sehingga bisa lebih menghormati jasa-jasanya
BalasHapusBetul sekali. Sebagai penonton, jadi punya sosok inspiratif untuk menguatkan nilai-nilai religi kembali..
HapusPenasaran sama akting Vino dan Bella sebagai Buya Hamka dan SIti Raham, keduanya bisa menyajikan akting bagus sebagai dua tokoh besar yang sudah memberikan banyak jasa pada Indonesia
BalasHapusIya. Pasangan suami istri yang saling melengkapi dan jasanya terkenang sepanjang masa..
HapusIni mah film akhir tahun yang manis. Menarik, inspiratif, edukatif dan cocok untuk tontonan keluarga. Semoga mereka yang nonton bisa mendapatkan banyak manfaatnya, hikmah dan pelajaran hidup yang berharga
BalasHapusAMIN. Jangan lupa NoBar sama keluarga besar, Mba Yayu..
Hapushuaa pasti keren nihh, tapii sebelum nonton volume 2 kayaknya wajib nonton volume 1 dulu ya biar lebih ngerti ceritanya.
BalasHapussaya juga mau nonton ini deh, secara selalu suka dengan acting Vino G Bastian apalagi ini pasangan dengan Laudya Chintya Bella.
Volume 1 sudah bisa ditonton via Netflix. Ceritanya beda saat periode tahunnya saja. Kalau konsepnya sih terlihat sama.
HapusNyambung ga sih kalau belum nonton film pertamanya? Kalau artisnya sekelas Vino dan Bella memang OK banget menjiwai peran.
BalasHapusOh ya, trus yang jadi bung Karno siapa? jadi penasaran deh...mumpung libur akhir tahun bisa nonton ini.
Nyambung saja sih karena Hamka lebih diceritakan kiprahnya dari tahun ke tahun. Filmnya pun sebenarnya berdurasi panjang sampai akhirnya dipecah jadi 3 bagian (trilogi).
HapusPemeran Bung Karno itu Anjasmara. Kalau dari kemiripan sih oke, tapi aktingnya belum menjiwai..
Penasaran mau lihat kolabs nya Vino dan Bella. Cuma kek nya nonton yang volume 1 dulu kali ya biar agak nyambung ke yang volume 2
BalasHapusBisa langsung nonton Buya Hamka volume 1 via Netflix dulu ya. Enjoy watching*
HapusFIlm yag tidak hanya inspiratif, namun juga kaya akan nilai sejarah yang harus diketahui oleh banyak orang, khususnya generasi muda
BalasHapusIya, betul. Tokoh-tokoh bangsa seperti Hamka harus menjadi panutan banyak orang..
HapusMbaa ku belum nonton film nya. Setelah baca review di atas jadi pengen banget nonton. Biar makin ngena. Baca ulasannya aja udah se-ngena ini apalagi film nya ya mba. Pasti bagus banget.
BalasHapusSegera tonton hari ini karena sudah tayang di bioskop!
HapusYa Ampunn.. terharu banget, pengen nonton langsung biar bisa ikut ngrasain gregetnya, sliweran muu eh di tiktok
BalasHapusBakal lebih gereget kalau NoBar sama keluarga biar lebih mengena dan bisa lebih peka*
HapusBuya Hamka tokoh yang populer ya. Saya jadi penasaran nonton film ini. Novel-novelnya yang mengangkat budaya daerah juga sangat bagus.
BalasHapusIya. Beliau mampu mengangkat nilai-nilai tradisi lokal ke kancah nasional. Dari situ, sosoknya banyak yang mengenal..
Hapusini film yang benar-benar cocok menemani akhir tahun, apalagi kesan saat menonton bikin greget jadinya
BalasHapusSelamat nonton saat libur akhir tahun ini, Kak Nisa. Jangan lupa ajak keluarga..
HapusMenarik sekali... saya langsung pengen nonton sendiri. Sudah pasti bagus pakai banget karena historical movie seperti ini pasti digarap dengan amat sangat serius.
BalasHapusFilm biopik ini diproduksi selama 9 tahun dan memang desain produksinya niat sekali. Semoga bisa menjangkau penonton lebih luas lagi..
HapusNggak sabar ingin nonton filmnya
BalasHapus