Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Aku Ingin Menikah dengan Cinta Terencana untuk Hindari Bencana


Cinta Terencana demi Keluarga Bahagia


Pernikahan dini 
bukan cintanya yang terlarang
hanya waktu saja belum tepat
merasakan semua

Pernikahan dini 
sebaiknya janganlah terjadi 
nanti putih cinta membuktikan 
dua insan tak dapat dipisahkan

          Pernikahan selalu menjadi dambaan setiap orang. Saat muda ada rasa yang menggebu di dalam dada untuk melampiaskan cinta. Sayang, banyak hal yang masih tabu karena pernikahan dini justru berujung pada kisah tak menyatu.
          Berhubungan seks secara bebas pun menjadi hal yang viral. Sebagai akibat dari mereka yang menonton film porno dan membaca artikel-artikel yang mengundang nafsu untuk dilampiaskan. Hal itu memang manusiawi, tapi pernahkah ada yang berpikir jika hamil di luar nikah justru akan merusak masa depannya. Maka, jangan pernah berpikir tabu untuk sesuatu yang kamu harus tahu akibatnya.
Suasana Meet Up BKKBN untuk kampanye Cinta Terencana
Para narasumber tampak berada di atas panggung

         
Blogger Eksis hadir dalam acara Meet Up BKKBN bersama Komunitas Blogger di Museum Penerangan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), 15 Mei 2018. Acara ini mengungkap tema “Membangun Keluarga Berkualitas dengan Cinta Terencana”. Hadir sebagai pembicara, Eka Sulistya Ediningsih selaku Direktur Bina Ketahanan Remaja, Rosalina Verauli sebagai psikolog anak, remaja, dan keluarga, serta Resi dari perwakilan Blogger Plus Community. Acara juga diadakan sebagai sosialisasi Hari Keluarga Nasional XXV.
4 substansi dari Generasi Terencana
4 substansi GenRe
    Hari Keluarga Nasional (HarGaNas) yang akan diperingati tanggal 29 Juni 2018 mengambil tema “Cinta Keluarga, Cinta Terencana”. Tema ini berkembang dari program BKKBN bertajuk ‘GenRe’ akronim dari Generasi Berencana. Program ini mengajak para remaja untuk menyiapkan kehidupan keluarganya kelak sehingga mampu melaksanakan pendidikan, karir, dan pernikahan yang terencana. Hal ini dilatarbelakangi dari data Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa Indonesia memiliki bonus demografi pada generasi usia produktif dan Indonesia Emas 2045 sehingga harus memahami sedini mungkin 4 substansi dari GenRe.
Salam Generasi Terencana untuk Cinta Terencana
        Program GenRe juga mempopulerkan salam khasnya dengan jempol dan telunjuk yang membentuk nol sehingga 3 jari lainnya tetap berdiri tegak. Simbol tersebut menandakan kondisi OK. Artinya, GenRe harus me-nol-kan atau menghindari seks bebas dan penyalahgunaan obat-obat terlarang (NAPZA). Diharapkan siapa saja yang menjadi bagian dari Generasi Terencana ini merupakan remaja yang sehat, cerdas, dan ceria.


Cinta Terencana, Keluarga Bahagia jadi Tema Hari Keluarga Nasional


        Saatnya yang muda, yang berencana. Frase ini yang selalu terngiang di telinga Blogger Eksis setelah hadir pada acara tersebut. Dari situ, aku memiliki keinginan untuk menikah dengan cinta yang terencana. Walau lebaran sudah di depan mata dan pertanyaan ‘kapan kawin?’ pasti akan mendera dari keluarga dan saudara. Tapi, aku yakin bahwa jodoh pasti bertemu. Tidak perlu panik karena semua akan indah pada waktunya. Sudah tidak zaman melakukan pernikahan dini. Jika saling cinta maka semua butuh rencana.

          Perlu kita sadari ada 5 faktor penyebab terjadinya pernikahan dini:

1. Emosional
Generasi muda hanya berpikir dengan emosi. Mereka melakukan pernikahan hanya untuk pembuktian saling mencintai, namun mereka lupa bahwa menikah itu juga harus saling melengkapi. Kapasitas emosional mereka pun terlalu kompleks sehingga cenderung labil.

2. Pendidikan
Tingkat pendidikan anak atau orangtua yang tergolong rendah bisa memacu pernikahan dini. Anggapan mereka hanya sebatas “banyak anak, banyak rezeki”. Padahal pendidikan lebih penting karena berpengaruh pada keterampilan hidup untuk masa depan mereka nanti. Lembaga pendidikan bukan hanya untuk mencari nilai kelulusan, ada pendidikan berkarakter yang berguna saat membina keluarga.

3. Psikologis
Pernikahan dini banyak terjadi pada masa pubertas. Usia muda memang rentan melakukan perilaku seks bebas. Jika sudah puas, menikah muda pun bagai solusi yang tak pantas.

4. Tradisi dan Budaya
Banyak orangtua mendorong anaknya untuk menikah di usia muda. Mereka berharap kelak anak-anaknya dapat mencapai perlindungan sosial dan finansial setelah menikah. Hanya saja mereka yang menikah muda justru belum bisa untuk mencapai kehidupan mandiri jika menikah itu tidak dari nurani. Mereka hanya terpaksa dari desakan orangtua yang terkungkung tradisi.

5. Perkembangan Teknologi dan Informasi
Media massa dan internet disinyalir memberi akses tanpa batas. Karakter khas yang dimiliki jiwa muda memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar untuk mencari identitas. Eksperimen terhadap hal baru justru membuat jiwa muda sering galau jika ada hal tabu yang mereka populerkan. Seolah menikah muda menjadi bagian dari tren kekinian.
Prinsip Cinta Terencana untuk Keluarga Bahagia

      Padahal pernikahan itu komitmen terbesar dalam hidup. Pernikahan harus direncanakan dengan baik. Kadang aku juga iri melihat banyak teman yang sudah membawa tambatan hati kemanapun mereka pergi. “Kapan tiba giliranku?”. Mungkin pertanyaan ini yang terus merasuki hati sambil mencari pasangan hidup yang setia sampai mati.

Sebenarnya menikah muda itu boleh saja asalkan:

1. Sudah saling mengenal satu sama lain
          Ibarat pepatah ‘tak kenal, maka tak sayang’. Berapa lama kita pacaran bukan jaminan kita mengenal pasangan luar dalam. Jangan menikah cuma karena sudah cukup pacaran tiga bulan atau bahkan sepuluh tahun. Menikahlah karena kita mampu memahami pasangan yang memang sudah pantas di hati. Kita tahu masa lalunya, apa impiannya, dan harapannya untuk masa depan serta sudah paham bagaimana cara mencapai taraf kehidupan yang tidak sendiri lagi.
         Kita akan mengalami fase suka duka hidup bersama. Jangan menikah jika saat pacaran saja sudah sering bertengkar apalagi masih gagal move on dari mantan. Selesaikan dahulu konflik diantara kalian. Kita akan tahu bahwa ketika sudah menikah begitu banyak pembelajaran hidup yang harus diselesaikan dengan kepala dingin. Biasakan berembuk demi menyelesaikan masalah sehingga emosi tidak meledak dikemudian hari.

2. Sudah mampu memiliki tekad untuk membangun keluarga
Jatuh cinta dan siap menikah itu dua hal yang berbeda. Persiapan pernikahan harus didasari atas gagasan, keyakinan, moral, visi, dan misi untuk membentuk keluarga. Hal ini diperlukan sebagai pondasi berkelanjutan dalam hidup berumah tangga.
Ingat pesta pernikahan cuma beberapa jam, tapi kehidupan sebagai pasangan suami istri yang telah menikah akan berlangsung seumur hidup. Jangan rencanakan pernikahan mewah untuk satu hari saja, rencanakan sisa hidup untuk saling melengkapi kelebihan dan kekurangan psikologis masing-masing.

3. Sudah siap eksekusi cinta yang terencana
Ketika sudah menikah, semua sudah siap memiliki peran dalam berkeluarga. Posisikan diri saatnya kita jadi suami, istri, ayah, ibu, dan anak. Rencanakan juga untuk ikut serta dalam program KB (Keluarga Berencana). Jika kita mempunyai 2 anak yang terurus kesejahteraannya dengan baik lebih berkualitas daripada mempunyai banyak anak namun masa depannya tidak terurus.

GenRe Gerakan Cinta Terencana, Keluarga Bahagia

         
Pandanglah suatu pernikahan itu sebagai bentuk ibadah. Sebaik-baik ibadah yaitu ibadah yang didasari dengan ilmu dan iman. Menikahlah jika ilmu dan iman kita sudah siap untuk berumah tangga bukan hanya kesiapan harta semata. Menikah itu bukan untuk suatu kepuasan tapi kemapanan.
       Jika belum mapan, apa yang harus kita lakukan? Kita hanya butuh untuk memantaskan diri saja sambil mempersiapkan cinta terencana yang seutuhnya. Toh, bahagia itu sederhana jika kita bisa selalu bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan. Dengan bersyukur, nikmat yang diliputi keberkahan akan terus bertambah sambil merencanakan pembangunan keluarga untuk masa depan.

Komunikasi terhadap kepercayaan juga wajib dilakukan dalam membangun cinta yang terencana. Saat kasmaran mungkin yang ada di benak kita yaitu tidak dapat membayangkan hidup tanpa dirinya. Jika sudah menikah, maka kita tak perlu merasa khawatir tentang apa yang akan pasangan kita lakukan saat tidak ada disamping kita. Pasangan itu bukan kembar siam yang harus melakukan apapun serba berduaan.
          Pahami pula bahwa pernikahan memang kebutuhan. Tapi, apakah kita sudah siap menjalani pernikahan dengan tanggung jawab finansial, psikologis, dan emosional? Untuk mengukur kesiapan itu, pernikahan sudah diatur dalam UU Nomor 1 tahun 1974, bahwa usia yang diizinkan menikah yaitu untuk pria 19 tahun dan wanita 16 tahun. Sementara usia ideal untuk menikah yaitu perempuan pada usia 21 tahun dan pria 25 tahun.
Cinta Terencana itu Keluarga Bahagia

         Lantas, mengapa kita dianjurkan menikah di usia ideal? Bukankah pernikahan itu selalu baik jika dipandang dari sisi agama manapun karena menghindari kemaksiatan. Yup, mungkin banyak pandangan seperti ini dari publik. Namun usia ideal memang jadi pilihan agar kita terhindar dari bencana pernikahan.
Contohnya, hamil muda. Kalau tidak mau hamil muda, maka jangan lakukan hubungan seksual di masa muda. Semakin muda seseorang melakukan hubungan seksual juga berisiko terkena kanker serviks.
Jika ada yang mengalami kehamilan pada usia muda (dibawah 20 tahun), ibu tersebut memiliki sel telur yang belum matang sehingga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan dapat meningkatkan potensi terjadi pendarahan. Bahkan melahirkan di bawah usia 20 tahun juga memiliki risiko kematian 5 sampai 7 kali lebih besar karena kesehatan reproduksinya belum siap. Kalau di usia ideal, ovarium perempuan sudah matang sehingga memperkecil keguguran dan kondisi  bayi prematur. 
Selain itu, kondisi psikologis seseorang di usia ideal pun dinilai sudah siap untuk membangun keluarga. Kondisi demikian akan membuat kita lebih bisa mengasuh anak dengan penuh rasa kasih sayang. Jika itu sudah dilakukan, maka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga bisa dihindarkan. Camkan bahwa menikah cukup sekali saja dalam hidup sehingga kita bisa menua bersama dengan keluarga bahagia sampai lansia.
Bila nanti saatnya telah tiba 
Ku ingin kau menjadi istriku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan 
Berlarian kesana-kemari dan tertawa

Namun, bila kita merasa belum siap mental untuk menikah. Tak perlu terlalu terburu-buru karena cinta yang terencana akan tumbuh seiring berjalannya waktu. #SalamGenRe


Kutipan untuk prinsip cinta terencana agar keluarga bahagia

9 komentar:

  1. Aku doakan semoga ka maidy mendapatkan jodohnya yang terbaik dan menjadi pasangan yang cintanya terencana ya ka...aminn.. :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, berarti bagi mereka yang memutuskan untuk nikah muda harus tetap berada dalam pengawasan orangtua yaa*

      Hapus
  3. Pernikahan dini bukan hanya terjadi karena pelanggaran agama tapi terkadang orangtua yang mengizinkan nikah agar terhindar dari zina

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menikah muda itu boleh saja Mpo.

      Asalkan dalam batasan usia ideal yaa*

      Hapus
  4. Pernikahan wajib hukumnya bagi mereka yang sudah memenuhi syarat bahasan di atas. Perlu jadi catatan buat orangtua yaitu membimbing pernikahan anaknya supaya tetap langgeng. Biasanya masa 3 tahun pertama, usia pernikahan masih labil. Meski begitu, saya setuju dengan NIKAH MUDA untuk menghindari zina.

    BalasHapus