Film Qodrat 2 menembus angka 1 juta penonton selama satu minggu penayangan di bioskop. Keberhasilan film produksi Magma Entertainment dan Rapi Films ini terus mengejar kesuksesan prekuelnya yang berhasil meraih 1,7 juta penonton. Sutradara Charles Gozali mampu mengemas kelanjutan film horor tanpa andalkan jumpscare yang menakuti penonton. Film Qodrat 2 malah hadir sebagai horor religi dengan kekuatan aksi tanpa basa basi. Ini kelanjutan film horor yang penuh teror iblis terhadap sosok ustaz yang superior.
Pasca anaknya
tiada, Ustaz Qodrat (Vino G. Bastian) berupaya menemukan istrinya yang bernama
Azizah (Acha Septriasa). Dalam proses pencarian, Ia harus berhadapan dengan
teror Asualla (Teuku Rifnu Wikana).
Sementara
Azizah hidup sebagai sosok yang traumatik akibat bergelimang dosa. Azizah
memutuskan bekerja di sebuah Pabrik Benang Emas yang menumbalkan para buruhnya.
Qodrat datang menemui Azizah di pabrik itu dan praktik pesugihan pun terkuak.
Ustaz Qodrat
memang dianggap superhero bagi para pencinta film horor. Hanya saja, sosoknya
yang terlihat sempurna dalam Qodrat 2 justru membentuk karakternya lebih
superior. Seperti adegan gelut atau pamer jurus ke lawannya, membuat Ustaz
Qodrat seolah tak punya titik kelemahan dalam dirinya. Contohnya saat baku hantam
bersama bos pabrik, Safih (Septian Dwi Cahyo). Ia hanya terlihat tak berdaya
saat harus bersujud dihadapan Asualla. Adegan tersebut memberi kesan mengulur
waktu saja, tanpa perlawanan, dan tunduk atas perkataan setan.
Cerita film
Qodrat 2 juga terasa kurang klimaks saat pertengahan babak. Beberapa kali cerita
dibawa menoleh ke belakang, tapi justru mengaburkan intensitas ketegangan yang justru
sudah dibangun sejak awal. Khususnya saat pertemuan Qodrat dan istrinya di pabrik.
Emosi penonton yang sudah terkuras malah dilemahkan perhatiannya karena sisipan
drama pertemuan suami istri lebih ditonjolkan. Padahal penonton hanya ingin
menangkap urgensi dari misteri praktik pesugihan yang terjadi.
Karakter-karakter
yang turut melawan didalam pabrik seperti Sukardi, Sri, dan Purwanti juga
terlihat tempelan saja. Beberapa adegan mereka muncul untuk meramaikan, tapi
adegan lain malah tak terlihat keberadaan mereka. Minimal, ada pergulatan batin
dalam jiwa mereka masing-masing untuk turut andil dalam penceritaan. Hal ini
membuat penonton sulit bersimpati dengan kehadiran tokoh-tokohnya.
Justru yang
paling mendominasi ialah sosok iblis, Asuala. Dari bayangan dan tampilan
aslinya sungguh menyeramkan. Sosok bertanduk dengan tubuh berbulu yang kerap
muncul dari kegelapan ini yang berhasil menghantui penonton. Telapak tangan
dengan kuku yang runcing pun seolah bangun ketegangan atmosfer horor sejak awal
sampai akhir.
Production
value film Qodrat 2 pun makin kreatif. Kualitas detail audio terasa
diperhatikan Aria Prayogi untuk membuat studio bioskop mencekam. Suara bisikan,
langkah kaki, dan doa yang berulang kali sangat layak jadi pondasi horor dengan
pendalaman epik. Ditambah lantunan original soundtrack berjudul Menyala
Matahariku dan Aku Lelakimu yang turut intens membangun sisi emosional
penonton.
Pergerakan
kamera yang tepat membuat kualitas visual terasa tak membosankan. Adegan aksi
baku hantam pun selalu dinantikan dengan kekuatan koreografi yang penuh tenaga
sehingga Ustaz Qodrat makin terbingkai superior dan malah terkesan punya ilmu
kebal atas situasi apapun yang menimpanya.
Performa
akting Acha Septriasa tampil memukau dalam film Qodrat 2. Adegan salat taubat curi
perhatian dari awal dan akhir film. Mimiknya mampu keluarkan emosi mendalam
untuk karakter depresi atas luka batin masa lalu. Adegan medium close up yang
menggetarkan jiwa para penonton. Dengan berulang kali menyebut “inna sholati
wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin” tentu menyadarkan kita
bahwa ibadah seperti salat yang kita lakukan hanya untuk menyembah Allah SWT.
Ini menjadi pendalaman karakter psikologis yang menarik untuk film horor
religi.
Film Qodrat 2
seolah memberi porsi Azizah lebih dalam untuk menjelaskan kondisi spiritual
yang bergejolak didalam hatinya. Azizah muncul tak hanya sebagai motivasi hidup
bagi Ustaz Qodrat, namun berusaha melawan level keimanan yang berkecamuk dalam
hidupnya. Seperti kata Ustaz Qodrat bahwa istri yang shalihah akan menjadi
perhiasan terbaik di dunia bagi seorang suami.
Konon Qodrat
memang sudah dipersiapkan sebagai film trilogi yang membentuk universe lebih
luas. Harapannya, film ini tak sebatas memperlakukan teror horor yang
mencemaskan, justru bisa menyadarkan konsep ketuhanan dan mistis yang saling
bersinggungan. Meski karakter Ustaz Qodrat masih tampak superior, tapi film
horor ini mampu mengembalikan keimanan biar matang. Elemen horor religi dibalut
aksi menjadi film Qodrat 2 makin berisi.
Film Qodrat 2
membawa penonton pada ujian keimanan atas pertanyaan-pertanyaan tentang tujuan
hidup. Nuansa gelap dalam film horor religi ini memicu kita untuk tetap solid,
apakah kita mampu hadapi ujian saat hidup bakal mengalami momen kehilangan demi
kehilangan. Ustaz Qodrat dan Azizah ajak penonton menapaki perjalanan spiritual
dengan pengalaman yang tak bakal terlupakan. Temui Ustaz Qodrat dalam momen libur lebaran 2025 sebelum terlambat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar