Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Kucumbu Tubuh Indahku, Masa Lalu yang Berjalan Seiring Waktu


Rumah saya adalah badan saya

film indonesia berjudul Kucumbu Tubuh Indahku
Blogger Eksis sangat senang menonton film karya Garin Nugroho. Mulai dari Daun di Atas Bantal, Rindu Kami Padamu, Mata Tertutup, Soegija, Guru Bangsa: Tjokroaminoto sampai Kucumbu Tubuh Indahku. Dua film lagi pernah aku lihat saat mengikuti Master Class “The Art of Movie Directing”, yaitu Setan Jawa dan Nyai. Nyaris karya film dari sang maestro ini terasa begitu berat dan menampilkan idealisme Garin sebagai empu-nya karya.
    Ibarat peribahasa, air cucuran atap jatuh ke pelimbahan juga. Anaknya yang bernama Kamila Andini  pernah memproduksi film dengan gaya yang sama seperti Sekala Niskala. Dengan bertahan pada tradisi kembar buncing di Bali, film itu punya rasa tersendiri. Banyak hal yang bisa kita pelajari setelah menontonnya.

Dibanding Sekala Niskala, film Kucumbu Tubuh Indahku mudah dicerna para pencinta film Indonesia. Beberapa kali aku melewatkan press screening film yang diproduksi oleh Fourcolour Films ini. Waktu menonton dan jadwalku bentrok membuat aku semakin penasaran akan film yang mengangkat tema dinamika sosial dan politik masyarakat di Indonesia. Tepat pada tanggal 15 April 2019 lalu, aku mendapat undangan dari Cinemags untuk hadir dalam gala premiere film Kucumbu Tubuh Indahku di Cinema XXI Plaza Indonesia.
    Aku tak melewatkan kesempatan itu. Aku ingin tahu bagaimana film bekerja menceritakan topik tabu yang sering menimbulkan pro kontra dalam masyarakat. Apalagi film Kucumbu Tubuh Indahku mampu menarik benang merah antara manusia dan budaya sehingga memiliki kedekatan seperti bagian tubuh yang tak mampu terpisahkan.
     Memories of My Body mampu mempertegas kisah seorang penari yang berjenis kelamin pria. Kisah ini diadaptasi dari kenyataan hidup yang dialami Rianto. Ada trauma yang merasuk tubuhnya saat Ia tinggal di sebuah desa kecil daerah Jawa. Ia harus siap bertemu dengan jiwa-jiwa yang datang dan pergi begitu saja. Seperti hidup, ada perpisahan, perpindahan, dan kematian.
film Kucumbu Tubuh Indahku bercerita tentang penari Lengger

     Jika kita sadari, kita hanya bagian dari makhluk Tuhan yang berasal dari tetes air mani. Dalam hidup ini hanya dikenal dua jenis kelamin, laki-laki dan wanita. Tentu tak ada yang mau jika kita ditakdirkan dalam kondisi berjenis kelamin lelaki, tetapi terperangkap dalam tubuh wanita. Begitu juga sebaliknya.
    Namun, identitas dan lingkungan sering memaksa kita untuk berkehendak di luar batas logika. Nama yang masih bersinggungan, pakaian yang dikenakan secara unisex, profesi yang terkesan substitusi, dan kasih sayang yang mungkin hanya bisa didapat dari sesama bukan berlawanan.
     Semua itu kembali lagi kepada tubuh kita, mau dibawa seperti apa dan ke mana. Hanya cinta yang mampu menghidupkannya. Terlepas dari perbedaan gender yang membatasi kodratnya.

        Selamat menyaksikan!!

      Penonton mulai diajak mendengar narasi dari penuturan Wahyu Juno. Ia bercerita tentang masa lalu dan masa kini yang pernah dihadapi. Menjadi penari Lengger bukan sesuatu yang ditakuti, tapi Ia melihat ada bayangan yang terus mengikuti dan membentuk jati diri.
     Juno (Raditya Evandra) tertarik dengan hal-hal yang bersifat feminin sejak kecil. Entah apa yang mempengaruhinya. Ia sering mengintip dari lubang yang mana didalamnya terlihat sekelompok penari lengger dibawah asuhan guru (Sujiwo Tejo). Para penari ini berjenis kelamin pria, tapi tata rias yang digunakan tentu menyerupai wanita. Gerak lenggak lenggok yang lemah gemulai juga tak kalah dari para penari wanita yang sudah biasa.
     Disisi lain, Juno kecil juga senang mencari jangkrik. Ia menemui jangkrik dari sarang bebatuan yang berlubang. Jangkrik yang ditemukan lalu diolah menjadi sate jangkrik dan dijual untuk mencukupi kehidupan.

        Tubuh saya itu hasrat.

       Hasrat untuk menggerakkan tubuh saya..

     Juno (Muhammad Khan) menjadi remaja. Orangtuanya yang sudah meninggal dunia karena mengalami kekerasan membuat hidupnya terasa hampa. Beberapa kerabat merawatnya, tapi tetap saja luka itu terus terbawa seiring masa yang menghadapkan pada budaya tari lengger yang dipelajarinya dalam sanggar.
     Pengajar dalam sanggar (Dwi Windarti) tampil menjelma bak seorang ibu yang memberi kasih sayang terhadap anaknya. Namun, lingkungan sekitar terus menentang karena mereka memang tidak memiliki hubungan sedarah. Juno harus mencari kasih sayang lain yang akan membuatnya bertahan dalam melakoni hidup. Refleksi dirinya mulai terkontaminasi pada anggapan “nasibmu itu ada didalam lembut tubuhmu
 Tubuh saya itu seperti alam. Kata ibu bagai senja.
  Tapi, malah jadi bencana.
     Juno bertambah dewasa. Naluri kewanitaan semakin tak dihindarkan. Ada kesempatan yang didapat untuk mempertunjukkan tubuhnya. Meski lingkungan sekitar tetap tak bisa menerima kodratnya. Ia memutuskan untuk hidup nomad.
    Juno hidup bersama pakdenya (Fajar Suharno) yang berprofesi sebagai penjahit. Ia mendapat pesanan baju pengantin dari seorang petinju bayaran (Randy Pangalila). Intensitas pertemuan Juno dan petinju itu membuat keduanya saling jatuh cinta. Petinju yang mau menikah tersebut nyatanya tak pernah merasakan pelukan dari siapapun. Kasih sayang tulus dari Juno justru mampu meluluhkan perasaan yang dimilikinya.
    Cerita berlanjut dengan merekat pada relevansi situasi politik terkini. Pemilihan bupati menjadi momen saat Juno harus mempersembahkan tubuhnya kepada calon bupati (Teuku Rifnu Wikana) demi meraih kemenangan. Konflik pun terjadi karena Juno tak siap melayani lelaki yang haus akan kekuasaan dan kemesraan. Bupati dan istrinya (Quin Dorothea) yang sama-sama memiliki kelainan seksual gagal meraih apa yang mereka inginkan masing-masing.
 Pada akhirnya, Juno secara tulus bisa menerima, menghargai, dan mencintai diri sendiri secara apa adanya. Dia juga mampu melawan segala macam trauma yang dialami oleh pikiran serta tubuhnya melalui tarian. Tubuh indahnya telah dicumbu*

adegan film Kucumbu Tubuh Indahku

    Pengalaman hidup yang dilalui Juno menjadi pelajaran bagi para penonton. Masa kecil yang serba dewek, masa remaja yang ditemani kerabat, sampai masa dewasa yang terus tersingkir tanpa mengharap iba. Semua trauma itu adalah bagian dari hidupnya. Kisahnya memberi pelajaran yang membuka pemikiran.
    Kucumbu Tubuh Indahku tak hanya mempertontonkan sisi melankolis. Ada hal-hal yang terasa sadis saat para tokoh melakukan kesalahan. Semua menimbulkan trauma yang datang tanpa paksaan.
    Hal-hal simbolik diungkap secara detail dalam film. Masing-masing punya esensi yang berisi. Tak hanya berisi narasi, film ini memperkenal ragam tradisi. Penonton akan mengenal kesenian tradisional Jawa seperti Lengger atau Reog, tradisi pemujaan, penyimpanan uang dalam kain jarik, sampai memeriksa kapan ayam akan bertelur dengan menggunakan jari yang dimasukkan ke pantat ayam.
    Ada adegan Juno kecil yang tergila-gila dengan lubang pantat ayam, namun bibinya (Endah Laras) sering melarang. Jika Juno melanggar, maka jarinya akan ditusuk menggunakan jarum. Hal tersebut konon lumrah pada masyarakat Jawa khususnya era 70-80an.
   Orisinalitas film atau desain produksi juga terlihat rapi. Pemeran pun berlakon natural sesuai jiwanya masing-masing, terutama akting dari Muhammad Khan yang begitu terlihat introver. Musik juga mengalun memperkuat narasi dalam segala keindahan adegan. Tata cahaya menghiasi nuansa latar waktu untuk kembali ke masa lalu.

    Hanya saja dari semua babak dalam film, ada beberapa yang tak konsisten menceritakan kisah hidup Juno. Pertama, saat Juno dan pelatih tari berada di dalam sanggar malam hari. Ketika pelatih tari menunjukkan payudaranya kepada Juno. Tiba-tiba saja para penduduk datang dan menuduh bahwa pelatih tari tersebut justru bertindak cabul terhadap anak dibawah umur. 
   Begitu juga kisah saat Juno bertemu dengan seorang petinju. Awalnya, ia mendampingi pamannya yang menjadi penjahit dan membuatkan baju pengantin untuk petinju tersebut. Tiba-tiba ia tampak beralih profesi sebagai asisten pribadi dari petinju itu. Terasa ada yang tak lengkap pada adegan ini.
  Film yang mengangkat isu seksual ini juga tak mampu menampilkan eksplorasi gambar secara vulgar. Terlihat nanggung rasanya, meski semua diakali dengan adegan yang manis. Beberapa adegan terasa dibuat sehalus mungkin agar tidak lagi disensor atau dicekal oleh khalayak.
  Pada kisah Juno diasingkan bersama Warok (Whani Dharmawan) juga terasa ada yang janggal karena penonton tak dijelaskan dalam kronologis kejadian apa yang terjadi. Meski esensi setiap adegan bisa diresapi, tapi kita akan sulit melihat motif dibalik tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Juno dan Warok saat diasingkan.
adegan dalam film indonesia berjudul Kucumbu Tubuh Indahku

Mata kamera dalam film tak mengambil point of view dari pemeran utama. Meski demikian, Teoh Gay Hian sebagai penata kamera selalu bertahan pada komposisi pengambilan gambar. Perpindahan kamera juga tetap dilakukan dengan memperhatikan presisi dibantu oleh asistennya Ucok Timbul Siadari. Departemen kamera ini pasti tetap diarahkan sang sutradara yang teguh menerjemahkan aksi panggung ke dalam bahasa visual sehingga membuat film semakin fenomenal. 
Dari semua bagian film, aku sangat menyukai musik yang diaransemen oleh Ramondo Gascaro. Original soundtrack lagu bertajuk Apatis bisa ku nikmati sampai film selesai. Audio visual mengalun merdu mengiringi cerita keindahan film yang syahdu.

    Ingatan Juno yang bermonolog dalam visual mampu mengantar penonton untuk melihat masa-masa yang pernah dilalui dalam hidupnya. Narasi perjalanan hidup Juno mengisi pergolakan batin yang pasti dialami oleh kaum LGBT yang ada di Indonesia. Di satu sisi mereka ingin diakui, tapi disisi lain mereka juga ingin hidup normal selayaknya dua jenis kelamin berbeda untuk saling mencintai.
    Kita terlalu lama mengintip dunia. Kita hanya melihat manusia dari lubang kodrat saja. Padahal dalam setiap diri akan ada sisi maskulin dan feminin yang bisa dipunya siapa saja. Perkembangan sisi mana yang lebih jauh membentuk karakter tergantung dari tubuh atau diri sendiri yang menyikapinya*

Film Kucumbu Tubuh Indahku mengangkat tema LGBT
Hidupmu akan sepi. Jangan berpikir terlalu berat untuk menonton film ini.

Rasakan dan nikmati untuk kenali lebih dekat diri sendiri.

28 komentar:

  1. Sepertinya film ini cocok buat para penyinta sastra yah, ada kesan berat emang. Tapi aku sebenarnya suka film-film yang sarat filosofinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat menonton Mak..

      semoga bisa buka filosofi yang dianggap tabu*

      Hapus
  2. Ini film tentang pelaku LGBT ya, Kak. Hidup mereka memang penuh dilema ya.
    Kayaknya ini film dengan tema yang cukup berat. Saya lebih memilih film bertema yang ringan-ringan aja, deh hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurleb ceritanya sih gitu..

      Tapi tenang aja kak karena setelah menonton film Kucumbu Tubuh Indahku, kakak nggak akan terpengaruh untuk jadi LGBT kok*

      Hapus
  3. Film ini sudah menyita perhatian saya sejak tayang di festival-festival, pas nonton rasanya seneng banget. Sayang neh, banyak yang nentang ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mereka yang menentang belum menonton filmnya.

      Seharusnya kita malu karena film ini diapresiasi secara internasional, tapi dicekal di dalam negeri*

      Hapus
  4. Tulisan u bagus med,jadi teringat waktu kita main sebuah pementasan coro. Yang gw notabenenya gak paham mengenai sastra. Tapi bersyukur dari teater, gw mengerti makna dari film-film berat seperti garin. Ditunggu buat tulisan selanjutnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kunjungannya mantan anak teater :D

      Lagi nulis review film Indonesia yang skala berat berikutnya nih*

      Hapus
  5. Sayang sekali film ini ngga boleh tayang di kotaku, sudah ada penolakan dari Walikota yang membuat surat edaran. Ngga bisa nonton deh walaupun seniman di Pontianak pada ribut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, sedihnya Walikota langsung memboikot gitu.

      Coba ajak kolaborasi sama om Garin aja Mas untuk pemutaran film sekaligus diskusi bersama komunitas yang ada di Pontianak*

      Hapus
  6. Kayanya film ini jadi kontrovensial banget ya mas ada yang boleh tayang ada yang tidak boleh tayang karena ada unsur negative didalam film itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dijelaskan secara eksplisit, negatif dari mana yaa?

      karena justru hal-hal yang kontra itu membuka diri kita bahwa ada budaya maskulin dan feminin sejak dahulu kala di Indonesia*

      Hapus
  7. Wah, sangat menantang rasa penasaranku. Apalagi sepenggal problema yg di hadapi oleh penguasa negeri itu. Suami dan istri memilki kelaian sek yg berbeda. Kasian!
    Kesimpulanku, bila ada yg bgituan, mungkin pelangsungan resepsi pernikahan ini menjadi bagian dari tradisi yg memperkosa keadaan dari sepasang anak manusia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akhir-akhir ini, aku juga baru banyak mendapat realita bahwa memang ada kehidupan sepasang suami istri yang memiliki disorientasi seksual berbeda.

      Bahkan, aku sempat terkejodh saat pasangan selebritis yang sekarang sudah punya cucu juga mengalami hal serupa*

      Hapus
  8. judul dan filmnya sungguh nyastra ya. Dan dari judulnya saja sudah bisa ketebak film ini pasti banyak menimbulkan pro dan kontra. tapi harus aku akui kalau aku penasaran dan ingin menonton :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hei, perempuan..

      Betul sekali. Coba tonton dulu filmnya, baru menilai selanjutnya*

      Selamat menyaksikan yaa!!

      Hapus
  9. Aku blm nntn film ini, di bioskop jg ga bertahan lama, ternyata film lawas ya. Kalau lihat dr ceritanya sekilas keinget salah satu buku dr Okky, lupa judulnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa teman aku cek jadwal semalam masih tayang kok dibeberapa bioskop.

      Wah, buku apa yang mirip dengan cerita ini?
      Bisikin aku yaa*

      Hapus
  10. Aku baru tahu film ini. Kaya gak bangak yang gembar gembor ya. Mungkin karena temanya agak tidak biasa bagi kebanyakan orang. Nonton pun kudu banget dg pikiran terbuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tema film ini memang dianggap tabu.

      Makanya, setelah menonton Kucumbu Tubuh Indahku pasti kita tidak akan halu karena pemikiran lebih terbuka*

      Hapus
  11. Eny pernah nonton film karya Kamila Andini ini emang keren, punya ciri khas bgt dan langsung teringat biarpun habis pulang sama ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Judul film yang mana nih??

      Kalau menurut aku, dibanding Sekala Niskala justru aku lebih menikmati filosofi dari film Kucumbu Tubuh Indahku.

      Hapus
  12. Nonton film ini buat aku gk boleh sembarangan, khawatir ada salah kaprah pd isi film
    Film yg ckup kontroversial ,mskipun didalamnya terdapat karya yg tak biasa .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau butuh teman nonton, aku siap mendampingimu ukh..

      Japri aja yaa*

      Hapus
  13. Wuaaahh ini bacanya kudu pelan2 hehe. Begitu juga pas nonton filmnya, walau katamu gak serumit film yang satunya buat dipahami, tapi tetep kyknya buat emak2 kyk aku perlu pelan2 dulu mahaminnya haha. Emang yg namanya film enak ditonton sendiri langsung sih yaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Harus ditonton dulu kak di bioskop supaya kita tau jalan ceritanya..

      Kesan setelah itu, yaa terserah kakaknya :D

      Hapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapapun bebas untuk menonton film ini untuk berpikir kembali atas apa realita yang pernah terjadi dan kita alami*

      Hapus