Masa
kuliah menjadi masa transisi dari usia remaja menuju usia dewasa. Jika saat
masih sekolah, kita masih sering banyak bermain. Maka, ketika kuliah harus
mulai fokus mencapai Sistem Kredit Semester (SKS) guna mendapat Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) dengan predikat cum laude.
Alhamdulillah, Blogger Eksis termasuk sosok yang lulus kuliah dengan gelar
tersebut.
Saat di kampus, aku memang tergolong
mahasiswa yang aktif. Aku biasa disebut golongan kura-kura (setelah kuliah ikut
rapat) bukan kupu-kupu (selesai kuliah langsung pulang). Butuh perjuangan
memang untuk menyeimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik. Tapi, aku punya
tekad supaya bisa diwisuda tepat waktu agar bisa segera terjun ke dunia kerja.
“Lalu kapan saya akan diwisuda. Adik kelas sudah lebih dulu. Hati cemas merasa masih begini. Teman baik sudah di DO. Orang tua di desa sudah menunggu. Calon istri gelisah menanti”
Apa yang aku alami semasa kuliah berbanding terbalik dengan pengalaman dari sosok penulis novel romantis ternama, Pidi Baiq. Penulis yang biasa disapa ayah Pidi ini punya cerita menarik saat menyandang status mahasiswa Fakultas Seni dan Desain di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia punya kisah persahabatan yang penuh romantisme bersama teman-teman kampusnya yang dialami saat tahun 1995-1998. Semua kisah tersebut diangkat dalam Film Koboy Kampus hasil kolaborasi produksi 69 Production dan MNC Pictures.
Pidi Baiq (Jason Rianti) dikenal sebagai
pentolan sebuah band bernama The PanasDalam bank. Lirik lagu yang mereka
nyanyikan terbilang kritis sehingga mampu menyedot perhatian kalangan
mahasiswa. Dari band itu mereka membentuk negara fiktif yang diberi nama sama.
Mahasiswa lain mulai berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai personil dari
negara yang penuh halusinasi.
“Kok bikin negara? … .”
“Karena
kalo bikin anak belum boleh!”
Negara The Panas Dalam merupakan akronim
dari aTHEis, PAganisme, NASrani, hinDu, budhA, dan isLAM. Negara ini menganut
prinsip “Barangsiapa menghina agama lain,
maka dia menghina agamanya sendiri”. Para penduduk negara ini lebih memilih
berkesenian dibanding ikut aksi turun ke jalan.
Maklum saja mereka didominasi para mahasiswa jurusan seni
rupa. Mereka mengkritisi rezim orde baru dengan berkarya. Para penghuni negara
The Panas Dalam tentu mahasiswa yang menginginkan negara merdeka sebagai bentuk
pelampiasan rasa kecewa atas presiden Indonesia yang menjabat kala itu. Sungguh
cara memprotes pemerintahan dengan konsep unik.
Dalam negara tersebut, squad Pidi Baiq
terdiri dari mahasiswa daerah lain. Sebut saja, Ninu (Ricky Harun) yang ditunjuk sebagai Ketua
Dewan Syuro, Deni Rodendo (Bisma Kharisma) sebagai Presiden Negara Kesatuan Republik
The Panas Dalam (NKRTPD), Dikdik (Miqdad Addausy) sebagai Menteri Memberdayakan
Wanita, Erwin (David John Schaap) berwajah blasteran dan pendiam, serta
penduduk lain yang bisa terhitung dengan jari.
Mereka juga dikenal dengan sebutan koboy kampus. Istilah
yang menjadi viral di zaman old untuk
para mahasiswa yang telah habis masa kedaluwarsa kuliahnya. Bagi anak zaman now seperti aku, kita mengenal dengan
istilah mahasiswa abadi.
Beberapa teman Pidi pun terkena ancaman drop out (DO). Golongan Koboy Kampus memang
dikenal jarang pulang. Mereka betah berlama-lama di kampus dengan ragam alasan.
Saat mereka pulang ke rumah justru mereka hanya mendapat pertanyaan dari
keluarga “Kapan wisudanya?... .”
“Koboy, tapi nggak
naik kuda!”
Kamu semakin penasaran kan untuk melihat kisah di tengah
gejolak sosial, ekonomi, dan politik pada masanya? Kuy, simak trailernya
terlebih dahulu:
Film Koboy Kampus beda dengan Film Dilan yang novelnya
ditulis oleh Pidi Baiq. Jika sosok Dilan masih dirahasiakan sampai sekarang.
Maka, Film Koboy Kampus bercerita dengan gamblang tentang sosok Pidi Baiq
semasa kuliah yang diangkat menjadi imam besar Negara The Panas Dalam.
Film yang akan tayang tanggal 25 Juli 2019 ini memang
terinspirasi dari kisah nyata. Riset terlihat mendalam, tapi terlalu banyak
cerita yang dituang membuat alur semakin luber. Film tak mampu merangkum
kronologis secara optimal sehingga membuat pesan yang ingin disampaikan menjadi
semakin bias.
Fokus cerita film di kehidupan kampus membuat cerita dalam
keluarga Pidi Baiq menjadi blur. Begitu juga cerita lain dari keluarga kekasih
Ricky Harun yang berasal dari Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sepertinya
sutradara Tubagus Deddy hanya menggarap peristiwa demi peristiwa yang ditampilkan
dari awal sampai tengah sehingga lupa pada akhir adegan yang mau dibawa ke arah
mana.
Sejarah perjuangan The PanasDalam menjadi gagal paham untuk
merekonstruksi cerita dalam setiap adegan. Tidak ada konflik diantara mereka
karena semua berlalu datar begitu saja.
Cerita yang paling membekas dalam ingatanku, hanya
perjuangan sosok mahasiswa ITB yang pemalu bernama Rianto (Anfa Safitri).
Dengan modal nekat, Ia mulai pandai merayu mojang Bandung yang berasal dari Universitas
Padjajaran (UnPad) bernama Nia yang diperankan oleh Vienny JKT48. Sungguh
romantisme yang kocak.
Dari film Koboy Kampus, aku suka dengan tone warna yang memanjakan mata. Didukung dengan tata cahaya yang membuat
suasana semakin hidup. Penataan artistik juga mampu membangkitkan nostalgia. Ada
elemen seperti telepon umum dan wartel yang menghias adegan. Sampai kostum kaus
C59 yang memang diproduksi pada tahunnya dari sebuah home industry di Jalan Caladi 59, Bandung.
![]() |
source: KapanLagi.com |
Dari jajaran pemeran, aku ingin memberi apresiasi pada sosok
Jason Ranti atau yang akrab disapa Jeje. Sebagai musisi indie, Ia mampu
memainkan peran Pidi Baiq dengan natural di debutnya. Bakat aktingnya bisa
diperhitungkan sebagai pendatang baru yang berputar haluan ke aktor layar
lebar. Gokil, bro!!
Begitu juga akting dari Jennifer Lepas sebagai Inggrid. Kepolosannya
sebagai mahasiswi asing yang ditunjuk menjadi duta besar Inggris membuat
kesegaran tersendiri. Ia tampil sebagai bule
sholehah yang seolah dikirim dari negara Amerika yang sudah menganut paham
syariah. Hha
Banyak lagu yang dinyanyikan oleh Band The Panas Dalam tampil
mengiringi adegan film Koboy Kampus. Para penggemar band tersebut pasti bisa
kembali ke masa lalu setelah menonton film ini. Sementara para penggemar Pidi
Baiq masa kini akan semakin mengetahui bahwa ada sisi musikalitas yang
tersimpan dibalik sosok imigran dari surga.
Karya Pidi Baiq selalu dinanti dan jadi pilihan hiburan
generasi milenial alias anak muda. Film Koboy Kampus cocok ditonton sebagai
bentuk respect terhadap pengalaman ayah
Pidi. Semoga saja, Ia selalu berkarya sampai liang kubur menganga.
Jangan lupa bagikan cerita ini dan tonton film Koboy Kampus
di bioskop untuk nostalgia*
Bhineka
tapi harus tunggal ika. Berbeda tapi tetap tunggal cinta. Jangan bertengkar
bersaling hina, jangan membenci bersaling maki. Jika benar mencintai Indonesia,
mari kita sepenuhnya, bukan cuma kepada tanah air. Bukan cuma kepada merah
putih, tapi juga kepada semua manusia yang ada didalamnya. Sebagai warga
negara, sebagai penduduknya, walau beda haluan, walau beda pilihan. Kukira kita
tetap satu jua.
......Orang tua di desa sudah menunggu. Calon istri gelisah menanti”
BalasHapusKetawa aja pas bagian itu, mas.
Jadi ini pengalaman ayah pidi Baiq sendiri, kemudian disutradarai sendiri untuk filmnya ya.
Keren sekaliii Mas ����
Iya. Aku juga terkejodh begitu tau film Koboy Kampus ini disutradarai sama ayah Pidi..
HapusAku tuh kalau lihat film ini pasti ingat masa-masa kuliah, ga jauh beda rasanya hahaaa....maklum, di fakultas teknik yang beginian sering terjadi :D
BalasHapusSelamat bernostalgia kakaknya..
HapusAnak Teknik jarang banget nih dari kaum hawa :D
penasaran sama filmnya,
BalasHapuspertanyaan kapan wisuda ini kayak nyindir diri sendiri, aku 7 tahun baru diwisuda... hahahaha
bukan karena sok sibuk ikut urusan non akademik, tapi keenakan kerja jadi malas mikir skripsi waktu itu... hehe
Memang kerja sambil kuliah itu berat..
HapusBersyukurlah kak telah menyelesaikan semuanya dengan baik*
Wihh keren kak bisa cumclaude. Bener juga sih ya kalau gak lulus-lulus itu banyak yang nungguin salah satunya ya keluarga di rumah. Keknya seru nih film ini, ada Bisma Karisma juga. Pada kompakan ya anak smash main film.
BalasHapusAlhamdulillah..
HapusFilmnya seru kok. Cuma kalau aku lebih suka dengan performa akting Jason Ranti.
Iya nih, sejak era boyband udah lewat di Indonesia, SMASH mulai pindah haluan dari musisi jadi pemain film semua*
Sbg mantan mahasiswa teknik, yang akrab dengan teman-teman yang banyak kucel (jaman kuliah dulu), bisa ngebayangi gimana perjuangan Rianto sbg mahsiswa ITB yang pemalu kmd PDKT sama mojang Bandung dari UnPad.
BalasHapusHahahaha..
HapusWaahhh... tulisan aku dikomentarin sama mantan mahasiswi-mahasiswi teknik nih*
Dulu pas masih jadi freelancer di mizan, sering nonton konser the panas dalam, suka sama buku-buku ayah pidi baiq yang seri drunken monster
BalasHapusAku justru baru tau kalau ada group band dengan nama The Panas Dalam setelah menonton film ini.
HapusSepertinya kita beda generasi kak atau aku aja yang kudet alias kurang update*
Filmnya Pidi Baiq yang satu ini, keliatannya seru dan kocak ya..
BalasHapusJadi inget masa-masa di kampus dulu
Selamat bernostalgila kakaknya. wkwkwk
HapusSeriusan deh penasaran aku mau nonton film koboy kampuss ini. Secara film nya dibuat di Bandung kota tempat aku selama 7 tahun menuntut ilmu dan bekerja.
BalasHapusKak TikSam pernah kuliah di Bandung sama kerja juga? Di daerah mana aja tuh?? Bandung kan luas*
HapusYap, pesan nasionalisme memang harus tetap disuarakan, salah satunya yang paling ampuh ya melalui film, nice one.
BalasHapusThanks atas kunjungannya mas Peri..
HapusFilm memang sudah dianggap sebagai medium penyampaian pesan atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari*
Kalau baca serial drunkenya pidibaiq, bagaimana ia waktu remaja diceritain gamblang sih.
BalasHapusMelihat pola twit pidibaiq yg sering mengulang jokesnya, kayanya isi film ini sudah dipaparkan di serial drunken itu deh.
Jadi harusnya menarik, karena karya pidi paling bisa saya nikmatin ya serial itu. Dilan? saya gak terlalu nikmatin.
Fix, beda generasi!!
HapusBisikin donk kak serial drunke'a ayah Pidi yang kaya gimana*
Cakeepp..
BalasHapusAyah Pidi selalu bisa menghadirkan kisah anak muda zaman old dengan baik.
Aku suka karya kang Pidi Baiq.
Aku juga suka sama novelnya.
HapusTapi, kalau diangkat ke dalam format film Indonesia rasanya B aja. haha
Kuliahku jg lulusnya agak nelat tapi krn aku dah kerja duluan sblm lulus xixixi :D
BalasHapusWah jd ini kisah Pidi Baiq beneran ya, diangkat bener2 real tanpa bumbu fiksi atau tambahan ada fiksi ya? Jd penasaran banget nih sama jalan cerita filmnya :D
Ohh.. kalo bumbunya aku kurang tau deh.
HapusSoalnya waktu acara press conference, aku nggak sampai habis mengikuti acara itu karena ada jadwal nobar film berikutnya :D
duh ga sempat nonton
BalasHapusudah turun layar di kota saya
tapi lumayan terhibur dengan reviewnya
nanti nunggu tayang di tv deh