Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Menulis untuk Bangkitkan Kepercayaan Diri

Proses menulis itu bisa bangkitkan kepercayaan diri

     Tahun 2016 jadi titik terendah dalam hidup Blogger Eksis. Aku minder karena aku belum mengenal diriku seutuhnya. Aku merasa belum hidup dengan passion yang semestinya. Seolah aku butuh suplemen untuk bertahan hidup. Di usia yang sudah lewat seperempat abad, aku mulai berpikir supaya bisa punya karya yang bermanfaat untuk banyak orang.

    Sayangnya, aku masih berstatus sebagai buruh bank. Aku mengalami kesulitan ketika harus berbagi waktu antara menyelesaikan pekerjaan dan menjalankan hobi menulis. Belum lagi, aku masih terlalu awam untuk mulai menulis secara daring. Padahal begitu banyak platform digital yang memberi ruang bagi para penulis saat itu. Akhirnya, aku pun menemukan situs blog keroyokan untuk menuangkan ide, informasi, dan gagasan yang terpendam dalam pikiran.
     Setiap tulisan yang aku tulis pada tahun itu, rata-rata meraih pembaca sekitar 100-150an. Takjub! perasaan itu yang menghampiriku pertama kali. Kadang ada saja yang mengomentari tulisanku. Ketika rasa percaya diri mulai tumbuh, disitu aku menemukan kembali hakikat diriku yang sebenarnya. Tak ada kebanggaan lain bagi para penulis saat tulisannya bisa menemui para pembaca setia.
      Akhir tahun 2016, Blogger Eksis pun ikut Workshop Menghadirkan Puisi di Hati Kita. Workshop ini merupakan rangkaian dari acara Festival Pembaca Indonesia yang diadakan di Ruang Auditorium Gedung Lama, Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah, Jakarta Pusat. Pada workshop yang digelar Goodreads Indonesia menghadirkan pembicara, Pringadi Abdi Surya. Dengan kesederhanaan dan ketulusannya, Ia memberi ilmu tentang menjadi manusia kreatif dan melatih sensitivitas terhadap puisi yang dibuat. Pantas saja kalau buku fiksiAku Cukup Menulis Puisi, Masihkah Kau Bersedih’ berhasil mendapat Anugerah Pembaca Indonesia 2015 untuk kategori Buku Puisi Terfavorit. 
    Sebagai kutu buku yang mendapat wawasan hari itu, daya kreativitasku makin menggebu. Aku ingin punya karya di dunia literasi yang sudah aku sukai sejak kecil. Selalu menyenangkan bagiku saat membaca dan menulis bisa mengisi waktu luang ditengah kesibukan. Aku ingin jadi penulis yang mumpuni.

Bangkit untuk Konsisten
     Sedikit demi sedikit keadaan berubah saat aku memutuskan keluar dari pekerjaan atau resign di akhir tahun itu. Aku memilih untuk jadi pekerja lepas sebagai narablog. Aku mengenal bahwa kegiatan menulis di blog bukan hanya sekadar menorehkan kata-kata, blog bisa dimonetisasi untuk melanjutkan hidup. Aku tak boleh stagnan dalam menulis jika tak ingin ketinggalan zaman.
      Tahun 2017 menjadi awal kebangkitanku untuk lebih aktif menulis. Aku membeli domain untuk membuat blog lebih kredibel. Selain itu, aku menulis dibeberapa media daring demi membangun networking. Ternyata kegiatan menulis terus aku nikmati sampai sekarang. Aku berharap jalan rezeki terus terbuka dan setiap karya yang aku hasilkan bisa menemui para penikmatnya.
   Dahsyat menulis seperti punya kepuasan tersendiri. Momen menulis yang diawali dengan membaca selalu berhasil membuka cakrawalaku. Aku jadi lebih banyak belajar hal-hal baru yang memberi pengalaman seru. Aku semakin yakin untuk fokus menjadi bloger. Aku berusaha memberi informasi-informasi berfaedah yang berguna bagi orang-orang yang membutuhkan. Disitu, aku merasa menulis jadi asyik.

Bila ada yang bertanya “Kenapa harus menulis?”

Aku akan lantang menjawab bahwa menulis itu untuk bangkitkan kepercayaan diri karena aku telah membuktikannya.

Blogger Eksis suka membaca dan menulis
Blogger Eksis dalam Festival Pembaca Indonesia 2016

         Lebih dari itu, banyak hal yang membuka mata dan hati saat menulis, seperti:
1.   Menulis itu cinta kasih kepada sesama
    Sebagai seorang narablog, menulis harus punya semangat berbagi atau peduli yang tinggi. Aku tak hanya merangkai kalimat untuk sebuah tulisan dengan memperhatikan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar saja. Aku juga harus berkomitmen bahwa tulisan yang dibuat punya sentuhan kasih sayang bagi pembaca. Dalam arti, tulisan tersebut punya pesan tersendiri yang ingin diungkap penulis sehingga bukan sekadar kata-kata puitis atau kalimat manis.

2.   Menulis itu cerminan diri
    Sebagai sarjana ilmu komunikasi, aku menjadikan kegiatan menulis untuk aktualisasi diri. Dengan menulis, aku menjadi pribadi yang autentik dan unik. Pola pikirku terus terasah sehingga ilmu apapun yang aku serap tak berakhir sia-sia. Aku bisa menata mental lebih sehat dengan menulis hal-hal yang disukai. Semua bisa dituangkan dalam bentuk karya.

3.   Menulis itu pelatihan
   Sebagai pembelajar, aku menempatkan kegiatan menulis untuk menguji kecermatan, ketangguhan, dan keikhlasan. Suatu kali, aku pernah mengalami writer’s block. Sebab hal itu terjadi biasanya karena banjir informasi yang aku dapatkan. Akurasi tulisan pun menemui hambatan dari ragam sudut pandang. Kecermatan dibutuhkan untuk saring informasi yang aku dapatkan sehingga kualitas tulisan tetap terjamin kenikmatannya. Ketangguhan membentuk kekuatan bagiku untuk melewati setiap tantangan dalam menulis seperti kehabisan kata-kata atau kebuntuan ide. Sebagai pelaku kreatif di industri digital, aku juga harus bersaing dengan penulis lain. Keikhlasan dibutuhkan saat magnet tulisanku tak mampu menarik pembaca. Aku hanya bisa berupaya mempertahankan orisinalitas dalam setiap konten tulisan yang dibuat agar memiliki nyawa.


Menulis dengan akal sehat untuk bangkitkan kepercayaan diri

         Bakat menulis membuat potensi diriku pantang menyerah. Aku hanya ingin menularkan virus kebaikan yang positif. Sejak kecil, aku terbiasa membaca dan menulis fiksi, terutama puisi. Waktu sekolah aku belajar menulis esai dan opini. Masa kuliah, aku menekuni tulisan-tulisan yang bersifat sinopsis, naskah, dan skenario. Sekarang, aku berkontribusi menulis konten pemasaran untuk berbagai produk. Aku juga merambah pada tulisan-tulisan yang bersifat jurnalistik. Intinya, aku akan terus memperbaiki diri untuk capai kompetensi.

    Jatuh bangun sebagai penulis telah aku nikmati dalam perjuangan hidup ini. Rasa syukur selalu aku panjatkan dalam setiap doa. Jika memang ini yang terbaik, tentu aku tak boleh vakum dari kegiatan menulis.

    Aku telah memilih jalan hidup dijalur penulis. Ini memang bukan cita-cita, tapi semua menjadi realita yang aku lalui. Impresi yang aku dapat setelah menulis tak bisa diukur dengan materi. Apapun yang aku jalani, aku merasa gembira karena menulis bisa membangkitkan kepercayaan diri.
         
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Catatan Pringadi bekerja sama dengan Tempo Institute”

14 komentar:

  1. Sangat menginspirasi. Pun bagi saya, menulis tidak sekadar mengasah nalar atau menajamkan sudut pandang semata. Menulis juga mampu menjadi jembatan yang mengantarkan kita ke mana saja dan bertemu siapa saja. Sependapat dengan "menulis membangkitkan kepercayaan diri". Malah, menulis dapat menjadi nutrisi yang menyehatkan pikiran. Kita akan dipaksa mencari referensi dan banyak bacaan untuk mematangkan tulisan. Menulis adalah pekerjaan yang menyenangkan. Semoga kita dapat terus menulis, selamanya, meski tinta kelak berganti darah.

    BalasHapus
  2. pengen sih kaya mimin blog ini, tapi aku harus banyak belajar demi masa depanku yang cerah :)

    BalasHapus
  3. Sangat menispirasi min. Secara, saya sendiri baru punya hobi menulis sejak 2019 tepatnya awal membuat blog saya. ternyata blogger eksis sudah sejak 2016. Thank's atas inspirasinya senpai

    BalasHapus
  4. Biasanya menulis artikel tergantung dari bidang apa artikelnya yang ditulis, seperti Hobi tentang Teknologi, tentang kerajianan tangan, tentang masak atau tentang makanan dan Olah Raga.
    Tapi jika menulis artikel ke semua bidang itu lebih bagus lagi, tapi kembali ke diri masing2, apakah bisa mengatur waktu.

    BalasHapus
  5. Menulis memang sebuah proses yang kaya akan harapan ya kak. Bagi orang-orang yang biasa menulis, kegiatan itu bisa menjadi apa saja dalam hidup kita. Kalau tidak dilakukan, rasanya akan kurang. Semangat kak.

    BalasHapus
  6. Wah keren gan pengalamannya.Dari sini saya semakin yakin lagi kalo menulis itu harus mau menjalani prosesnya dengan seksama. Semua nggak ada yang instan. Semoga kita semua terus diberikan semangat untuk mengembangkan diri kearah yang lebih baik setiap harinya

    BalasHapus
  7. Keren gan hobi nulis punya banyak pengalaman.
    Berbanding terbalik dengan saya, gak punya pengalaman nulis yg keren kayak agan..


    Tio
    iotoMagz

    BalasHapus
  8. Saya rasa istilahnya adalah quarter life crisis ya kang. Mengingat juga saya yang tahun depan akan menginjak usia 20-an. Permasalahan semakin kompleks. Namun, saya salut karena agan sudah memiliki keberanian untuk share pengalaman seperti ini.
    Salam sukses mas! Terharu saya bacanya :)

    BalasHapus
  9. Wahh udah lama juga yah aktif menulisnya. Saya baru beberapa tahun terakhir menulis di blog. Padahal kalo bikin, udah lama banget sejak tahun 2014. Sayang cuman bikin doang, gak diisi ehehe

    Saya juga suka banget menulis. Tentu menulis ekspresif tanpa tekanan. Ya katakanlah tugas dari dosen, itukan juga menulis cuman saya gak suka ahaha

    Menulis tuh asik bener, kalo lagi mumet terus nulis rasanya plong gitu. Legaa😅

    BalasHapus
  10. Makasih inspirasinya bang.. Saya juga suka menulis.. Namun, saya biasanya baru menulis untuk keseharian dan dinikmati diri sendiri aja.. Tahun ini, saya juga mencoba membuat blog untuk mengeskpresikan diri saya lebih luas lagi.. Mohon doa dan dukungannya bang

    BalasHapus
  11. Wah hebat sekali, kerja karena hobi itu menyenangkan, selagi menulis membuat bahagia dan menguntungkan, apa salahnya dijadikan pekerjaan.

    BalasHapus
  12. Lanjutkan menulis ka. Orang sukses biasanya mereka yang mencintai pekerjaan. Memang ada kepuasaan terendiri setelah menyelesaikan tulisan

    BalasHapus
  13. Cerita di dlm artikel hampir sm seperti apa yg saya rasakan, minder karena tulisan tak begitu baik, dan bertanya buat apa saya menulis. Tapi stlh baca ini saya sedikit ada pencerahan. Makasih Min

    BalasHapus
  14. Cerita admin sangat menginspirasi, ditulisan diatas saya menuju ke tulisan "Kadang ada saja yang mengomentari tulisanku." itu yang saya rasakan waktu dulu, tulisan saya dikomentari negatif oleh teman saya.

    BalasHapus