Setelah Idul Fitri, umat muslim sedunia selalu merayakan Iduladha. Sebagai bentuk hari raya yang diagungkan, perayaan Iduladha selalu ditandai dengan berkurban. Hakikatnya, kurban ini menjadi ciri keislaman seseorang untuk mendapat manfaat dari aspek sosial dan ekonomi. Bahkan, makna berkurban menjadi salah satu bentuk sederhana untuk raih kebaikan dari setiap helai bulu hewan ternak yang kita kurbankan.
Dari
Zaid ibn Arqam, ia berkata: “Wahai Rasulullah SAW, Apakah kurban itu?”
Rasulullah
menjawab: “Kurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim”
Lantas,
Ia berujar: “Apa keutamaan yang kami peroleh dengan kurban?”
Rasulullah
menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”
Ditanya
kembali: “Kalau bulu-bulunya? . . .”
Rasulullah
menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga akan menjadi langkah kebaikan.”
[HR. Ahmad dan Ibn Majah]
Kurban menjadi amalan yang paling
dicintai Allah SWT. Istilah ini berasal dari bahasa arab yang artinya ada hewan
ternak yang disembelih pada perayaan Iduladha. Keutamaan dari melaksanakan
ibadah kurban yaitu sebagai wujud ungkapan syukur kepada Allah SWT atas
nikmat-Nya yang beragam.
Sebagaimana diajarkan Nabi Ibrahim AS, kecintaan terhadap anak dan harta tidak boleh menghalangi kecintaan kepada Allah SWT. Bila Tuhan telah meminta apapun yang paling dicintai dari kita, maka kita harus rela memberikannya. Seperti Nabi Ismail AS sebagai anak yang ditunggu bertahun-tahun oleh Nabi Ibrahim yang direlakan untuk disembelih demi menjalankan perintah Tuhan.
Cinta kepada Allah SWT dengan kurban menjadi bentuk ibadah yang paling utama dan sebagai wujud syiar agama Islam untuk kembali pada hakikat seorang muslim yang menjauhi sifat kebinatangan. Jika dikaitkan dengan cinta dunia yang mendominasi sekarang, kurban selayaknya akan membentuk pribadi muslim yang mengedepankan cinta terhadap Tuhannya dibanding pada alam dan isinya atau harta benda yang pasti habis dan bisa rusak.
Biasanya, pelaksanaan ibadah kurban
tahunan juga bertepatan dengan penyelenggaraan ibadah haji. Semua dilakukan
tepat pada bulan Dzulhijah. Dari dahulu sampai sekarang, kurban pun dianggap
sebagai bentuk pemerataan kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Makna kurban dalam aspek sosial
yaitu ada misi peduli terhadap sesama. Kita bisa membuat gembira kaum dhuafa
yang mungkin saja selama hidupnya belum pernah makan daging sekalipun. Dengan
berbagi, ibadah kurban juga mampu ubah pola pikir dan gaya hidup umat muslim
menjadi lebih sederhana. Pola pikir untuk lebih hemat dan menjauh dari sifat
konsumerisme bisa dimaknai dalam setiap kurban yang kita lakukan.
Secara tidak langsung, makna kurban
juga berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Tidak hanya sebatas
ritual keagamaan semata, kurban bisa disebut penggerak ekonomi masyarakat ketika
pengadaan hewan kurban melibatkan beberapa pihak. Setiap orang yang berkurban
akan memaknai seperti apa merelakan sesuatu yang juga menjadi hak bagi yang
lain.
Pada momen ulang tahun Telkom Group
tahun ini, anak perusahaannya IndiHome yang dikenal sebagai penyedia layanan
internetnya Indonesia juga punya program dalam kemeriahan Iduladha. Dengan
tajuk IndiHome
Berbagi Kurban, semua pelanggan bisa bersedekah dengan menukar 500 poin
myIndiHome dalam bentuk donasi Rp 10.000 yang akan dikonversi kembali untuk
pembelian hewan kurban secara kolektif.
Sudah begitu banyak ibadah kurban
yang juga digagas oleh brand-brand besar lain. Semoga saja hal ini bisa
membangkitkan spiritualitas muslim untuk hidup berdampingan dengan orang lain.
Dengan begitu akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW dapat terwujud pada aspek kehidupan
sosial dan ekonomi masyarakat yang kembali pada syariahnya.
Demikian sekilas makna kurban yang
tak hanya sekadar ritualitas dan pemenuhan kebutuhan gizi bagi mereka yang
kurang mampu. Hakikatnya, kurban harus menjadi strategi ekonomi dan budaya
sosial yang membangun peradaban umat Islam lebih mandiri, sejahtera, dan
berdaulat. Esensi kurban akan didapat selama kita melakukannya dengan lapang dada
dan ikhlas demi mengharap rida Allah SWT belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar