Ada beberapa alasan yang membuatku bertahan sebagai nasabah BRI, yaitu:
1. Lokasi BRI mudah ditemukan
Transaksi
ekonomi di Indonesia yang terus berputar membuka kesadaran kita sebagai pelaku
ekonomi untuk transaksi finansial melalui bank. Secara lokasi, BRI sudah
menjangkau seluruh pelosok di Indonesia. Ada ribuan unit kerja dan agen BRIlink
yang tersebar merata. Didukung ratusan ribu jaringan e-channel (ATM, EDC,
CDM, E-Buzz, dan sebagainya) di seluruh Indonesia. Ditambah puluhan layanan weekend banking
yang semakin memudahkan nasabah mengunjungi bank saat hari libur tiba.
Banyak permasalahan dalam industri perbankan yang disebabkan oknum-oknum nakal. Tapi, BRI justru selalu berupaya memberi pelayanan dengan setulus hati. BRI terus membangun reputasi di era digital dengan memberi edukasi kepada nasabah melalui media sosial sehingga turut memberi dampak positif juga terhadap kinerja perusahaan. Konsistensi BRI dalam membangun dan meningkatkan citra dari kacamata publik pun mampu mengajak nasabah untuk berinvestasi jangka panjang. Perusahaan perbankan ini selalu punya cara baru untuk menjaring calon nasabah dan melakukan maintenance terhadap nasabah lama (existing)
3. Biaya administrasi tergolong rendah
Sudah jadi rahasia umum bahwa biaya administrasi selalu jadi tolak ukur seorang nasabah bijak untuk menggunakan suatu layanan dari industri perbankan. Diharapkan dengan biaya adminstrasi rendah, nasabah bisa mendapat layanan berkualitas tinggi dari setiap pekerjanya. Solusi praktis lain yang ditawarkan ke nasabah pun makin variatif sebab produk simpanan, pinjaman, investasi, dan kartu kredit BRI disesuaikan dengan kebutuhan finansial para nasabah.
Namun dibalik 3 alasan itu, masih
ada kecemasan satu hal yang mengganjal dihatiku. Kejahatan siber yang kian
marak pada zaman serba digital kini menuntut kita untuk lebih berhati-hati. Menjadi
nasabah bijak sangat diperlukan untuk beradaptasi menghadapi kemajuan zaman
yang semakin canggih dalam industri perbankan.
Upaya Menjadi Nasabah Bijak BRI
Eskalasi sistem perbankan dari
sistem konvensional menjadi serba digital terus dilakukan BRI. Layanan
perbankan seperti transaksi online via situs web sampai buka rekening
via aplikasi sudah menjadi inovasi terkini dari BRI. Tinggal seperti apa kita
memahami transformasi dari kanal luring ke daring ini sebagai momentum untuk
mempercepat proses transaksi finansial dan non finansial. Bukan sebagai ancaman
yang mempengaruhi penyebaran data-data pribadi.
Kekuatan perlindungan keamanan siber
harus tetap diperjuangkan di tengah perkembangan digitalisasi layanan
perbankan. Tren kejahatan finansial berbasis teknologi makin merebak. Bentuk
kejahatan siber yang dilakukan pun bermacam-macam seperti penipuan kepada
nasabah (phising atau spam), penyalahgunaan transaksi yang sah (fraud),
dan pembocoran data nasabah atau serangan terhadap sistem bank (attack).
Sudah sewajarnya BRI punya tiga
konstruksi penguat perlindungan keamanan siber yang selalu ditingkatkan. Hal
ini diperlukan untuk mencegah tindak kejahatan perbankan lebih luas. Adapun
tiga konstruksi tersebut meliputi nasabah bijak, proses, dan teknologi.
Pertama, nasabah bijak.
Menjadi nasabah bijak bisa dilakukan dengan langkah-langkah sederhana.
Kehadiran internet dan media sosial untuk selancar di dunia maya tanpa batas harus
diiringi dengan sikap bijak dalam penggunaannya. Para nasabah BRI dihimbau
untuk tidak pernah berbagi data atau informasi rekening melalui media sosial.
Terutama, hal-hal yang menyangkut pin ATM, foto kartu ATM, atau nama gadis ibu
kandung sekalipun. Ketahui informasi apa saja yang bisa dibagikan kepada orang
lain dan data apa saja yang seharusnya dirahasiakan.
Kedua, proses. Biasanya
nasabah perbankan yang sedang melakukan transaksi digital mudah sekali dijebak.
Alih-alih ingin proses transaksi cepat, justru banyak yang sering tertipu
layanan call center atau akun media sosial palsu yang mengatasnamakan
bank. Untuk menghindari hal ini secara maksimal, nasabah harus lakukan filter.
Pilihlah akun-aku media sosial yang lebih kredibel. Jangan sampai nomor
handphone, PIN/OTP, dan data identitas pribadi mudah saja diberikan kepada
penipu. Demi cegah hal ini, nasabah bijak BRI harus lakukan kroscek kembali pada
akun-akun media sosial yang statusnya official resmi atau centang biru.
Selain itu, perhatikan juga layanan call center yang memang sudah
terverifikasi dalam situs web terpusat BRI.
Ketiga, teknologi. Setahuku,
bank pelat merah ini telah menerapkan teknologi keamanan terkini dalam setiap
layanan perbankan digitalnya. Firewall, Cloud based Security, Anti
Fraud Detection, dan pengamanan enkripsi data nasabah jadi benteng
pertahanan yang menekan dan menahan laju kejahatan siber secara luas. Kontribusi
sistem pengamanan seperti ini mampu meningkatkan kepercayaan nasabah sehingga
selalu merasa aman saat menyimpan uangnya di BRI.
Bila kita sudah berupaya menjadi nasabah bijak BRI, maka dampak positif yang paling bisa dirasakan yaitu perlindungan data diri. Dengan adanya Gerakan #NasabahBijak semua pihak bisa ambil peran sebagai penyuluh digital dan mensosialisasikan lebih luas kepada publik agar berhati-hati dalam setiap sebar informasi data perbankan. Bila kejahatan siber bisa diminimalisir, bukan tak mungkin aktivitas ekonomi daring punya kekuatan keamanan digital yang lebih maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar