Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Dampak Positif Jadi Nasabah Bijak BRI

 

nasabah-bijak

     Sejak 2013, Blogger Eksis memutuskan untuk jadi nasabah BRI. Coba buka rekening tabungan yang sebenarnya untuk kebutuhan transfer masuk gaji. Maklum saja, aku sempat jadi pegawai kontrak dari salah satu bank BUMN ini selama 4 tahun lamanya. Meski sudah tak lagi mengabdi sebagai pegawai di sana, aku tetap setia jadi nasabah bijak BRI sampai kini.

     Ada beberapa alasan yang membuatku bertahan sebagai nasabah BRI, yaitu:

1. Lokasi BRI mudah ditemukan

Transaksi ekonomi di Indonesia yang terus berputar membuka kesadaran kita sebagai pelaku ekonomi untuk transaksi finansial melalui bank. Secara lokasi, BRI sudah menjangkau seluruh pelosok di Indonesia. Ada ribuan unit kerja dan agen BRIlink yang tersebar merata. Didukung ratusan ribu jaringan e-channel (ATM, EDC, CDM, E-Buzz, dan sebagainya) di seluruh Indonesia.  Ditambah puluhan layanan weekend banking yang semakin memudahkan nasabah mengunjungi bank saat hari libur tiba.

 2. Reputasi yang baik

Banyak permasalahan dalam industri perbankan yang disebabkan oknum-oknum nakal. Tapi, BRI justru selalu berupaya memberi pelayanan dengan setulus hati. BRI terus membangun reputasi di era digital dengan memberi edukasi kepada nasabah melalui media sosial sehingga turut memberi dampak positif juga terhadap kinerja perusahaan. Konsistensi BRI dalam membangun dan meningkatkan citra dari kacamata publik pun mampu mengajak nasabah untuk berinvestasi jangka panjang. Perusahaan perbankan ini selalu punya cara baru untuk menjaring calon nasabah dan melakukan maintenance terhadap nasabah lama (existing)

3.   Biaya administrasi tergolong rendah

Sudah jadi rahasia umum bahwa biaya administrasi selalu jadi tolak ukur seorang nasabah bijak untuk menggunakan suatu layanan dari industri perbankan. Diharapkan dengan biaya adminstrasi rendah, nasabah bisa mendapat layanan berkualitas tinggi dari setiap pekerjanya. Solusi praktis lain yang ditawarkan ke nasabah pun makin variatif sebab produk simpanan, pinjaman, investasi, dan kartu kredit BRI disesuaikan dengan kebutuhan finansial para nasabah.


     Namun dibalik 3 alasan itu, masih ada kecemasan satu hal yang mengganjal dihatiku. Kejahatan siber yang kian marak pada zaman serba digital kini menuntut kita untuk lebih berhati-hati. Menjadi nasabah bijak sangat diperlukan untuk beradaptasi menghadapi kemajuan zaman yang semakin canggih dalam industri perbankan.

Penyuluh-Digital


Upaya Menjadi Nasabah Bijak BRI 

    Eskalasi sistem perbankan dari sistem konvensional menjadi serba digital terus dilakukan BRI. Layanan perbankan seperti transaksi online via situs web sampai buka rekening via aplikasi sudah menjadi inovasi terkini dari BRI. Tinggal seperti apa kita memahami transformasi dari kanal luring ke daring ini sebagai momentum untuk mempercepat proses transaksi finansial dan non finansial. Bukan sebagai ancaman yang mempengaruhi penyebaran data-data pribadi.

   Kekuatan perlindungan keamanan siber harus tetap diperjuangkan di tengah perkembangan digitalisasi layanan perbankan. Tren kejahatan finansial berbasis teknologi makin merebak. Bentuk kejahatan siber yang dilakukan pun bermacam-macam seperti penipuan kepada nasabah (phising atau spam), penyalahgunaan transaksi yang sah (fraud), dan pembocoran data nasabah atau serangan terhadap sistem bank (attack).

       Sudah sewajarnya BRI punya tiga konstruksi penguat perlindungan keamanan siber yang selalu ditingkatkan. Hal ini diperlukan untuk mencegah tindak kejahatan perbankan lebih luas. Adapun tiga konstruksi tersebut meliputi nasabah bijak, proses, dan teknologi.

       Pertama, nasabah bijak. Menjadi nasabah bijak bisa dilakukan dengan langkah-langkah sederhana. Kehadiran internet dan media sosial untuk selancar di dunia maya tanpa batas harus diiringi dengan sikap bijak dalam penggunaannya. Para nasabah BRI dihimbau untuk tidak pernah berbagi data atau informasi rekening melalui media sosial. Terutama, hal-hal yang menyangkut pin ATM, foto kartu ATM, atau nama gadis ibu kandung sekalipun. Ketahui informasi apa saja yang bisa dibagikan kepada orang lain dan data apa saja yang seharusnya dirahasiakan.

   Kedua, proses. Biasanya nasabah perbankan yang sedang melakukan transaksi digital mudah sekali dijebak. Alih-alih ingin proses transaksi cepat, justru banyak yang sering tertipu layanan call center atau akun media sosial palsu yang mengatasnamakan bank. Untuk menghindari hal ini secara maksimal, nasabah harus lakukan filter. Pilihlah akun-aku media sosial yang lebih kredibel. Jangan sampai nomor handphone, PIN/OTP, dan data identitas pribadi mudah saja diberikan kepada penipu. Demi cegah hal ini, nasabah bijak BRI harus lakukan kroscek kembali pada akun-akun media sosial yang statusnya official resmi atau centang biru. Selain itu, perhatikan juga layanan call center yang memang sudah terverifikasi dalam situs web terpusat BRI.

    Ketiga, teknologi. Setahuku, bank pelat merah ini telah menerapkan teknologi keamanan terkini dalam setiap layanan perbankan digitalnya. Firewall, Cloud based Security, Anti Fraud Detection, dan pengamanan enkripsi data nasabah jadi benteng pertahanan yang menekan dan menahan laju kejahatan siber secara luas. Kontribusi sistem pengamanan seperti ini mampu meningkatkan kepercayaan nasabah sehingga selalu merasa aman saat menyimpan uangnya di BRI.

               Aplikasi BRIMO jadi pilihan transaksi digital yang lebih terintegrasi keamanannya

    Bila kita sudah berupaya menjadi nasabah bijak BRI, maka dampak positif yang paling bisa dirasakan yaitu perlindungan data diri. Dengan adanya Gerakan #NasabahBijak semua pihak bisa ambil peran sebagai penyuluh digital dan mensosialisasikan lebih luas kepada publik agar berhati-hati dalam setiap sebar informasi data perbankan. Bila kejahatan siber bisa diminimalisir, bukan tak mungkin aktivitas ekonomi daring punya kekuatan keamanan digital yang lebih maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar