Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Sanitasi Aman demi Lingkungan yang Berkelanjutan

             ‘Kapan Sanitasi Aman?
          Pertanyaan itu terus bergejolak sepanjang tahun. Blogger Eksis sudah mulai memperhatikan polemik tersebut sejak tahun 2015 silam. Aku tergabung dalam Tinju Tinja Squad yang digagas oleh UNICEF. Gerakan ini merupakan aksi bersama untuk membebaskan Indonesia dari kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang mengancam kesehatan anak bangsa.
       Hingga di tahun 2017, aku semakin melihat secara kasat mata bahwa BABS menjadi isu yang sangat serius. Saat itu, aku mendapat project dari sebuah instansi pemerintahan dengan penempatan di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ketika aku mengunjungi beberapa kampung adat yang ada di sana, ternyata banyak rumah tangga yang tidak memiliki toilet. Belum lagi kondisi krisis air bersih yang membuat hati ini semakin miris melihat fenomena di bagian Indonesia Timur saat itu.


Jika toilet sehat maka sanitasi aman
        Sebagai bagian dari narablog yang peduli akan hidup sehat, aku pun mengenal sebuah wira usaha sosial yang bernama Emcekaqu di tahun 2019. Komunitas ini hadir untuk memenuhi keterbatasan akses terhadap sanitasi di wilayah Banten. Mereka bergerak untuk memberi edukasi agar tak ada lagi warga Banten yang melakukan BABS karena sudah seringkali ditemukan para warga yang terjangkit penyakit sebagai akibat dari kotoran yang terekspos udara.
       Setelah melihat fakta dari beberapa kota, aku kembali membuka mata. Ternyata, di kota besar seperti Jakarta juga masih ada warga yang belum paham betul tentang sanitasi. Kondisi demikian aku temukan saat melakukan kunjungan lapangan ke Kelurahan Tebet Barat, Jakarta Selatan.
Acara Kumpul Blogger dan Vlogger dalam Hari Toilet Sedunia 2019

      Sebelum kunjungan pada hari itu, aku ikut kumpul bersama blogger dan vlogger dalam sesi talkshow “Sanitasi Aman, Mulai Kapan?” di Comic CafĂ©, Tebet, Jakarta Selatan. Dalam diskusi yang bertepatan dengan Hari Toilet Sedunia dibahas tentang penting meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan toilet. Hadir dalam diskusi tersebut beberapa narasumber seperti Ika Fransisca (Advisor Bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku USAID IUWASH PLUS), DR. Subekti, SE, MM (Direktur Utama PD PAL JAYA), dan Zaidah Umami (Penggerak STBM Kecamatan Tebet).
            Dalam diskusi dipaparkan bahwa sulitnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk memicu muncul penyakit berbasis lingkungan seperti diare kronik dan stunting. Padahal Pemerintah sudah mencanangkan 5 pilar dalam program Sanitasi Total Berbasis Lingkungan (STBM) untuk mengurangi penyakit tersebut. 5 pilar ini terdiri dari:
1. Berhenti buang air besar sembarangan
2. Cuci tangan pakai sabun
3. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga
4. Pengelolaan sampah rumah tangga
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga.
     Kelima pilar di atas diharap mampu mewujudkan masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat yang lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Misal, tidak membuang air besar di sepanjang kali atau sungai, tidak mencemari lingkungan, memperhatikan kondisi air yang layak dikonsumsi, dan menerapkan kebiasaan hidup bersih lainnya. Tentu jika hal ini bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan mulai membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.

narasumber talkshow pada Hari Toilet Sedunia
            Dengan begitu jargon Sanitasi Aman tak hanya sebatas karangan. Sanitasi aman harus diwujudkan melalui sistem sanitasi yang memutus sumber pencemaran limbah domestik ke sumber air. Berarti, sanitasi aman bisa mencakup penampungan air limbah domestik di tangki septik berstandar SNI, penyedotan atau transportasi lumpur tinja sampai ke unit pengolahan, dan optimalisasi fungsi unit pengolahan limbah (IPLT).


Program USAID IUWASH PLUS untuk mewujudkan Sanitasi Aman

        Demi mewujudkan sanitasi aman, maka dibutuhkan kolaborasi yang dilakukan berbagai pihak. Tidak hanya dari pelaku kesehatan atau lintas sektor pemerintahan saja. United States Agency International Development (USAID)  Indonesia menjalin kemitraan bersama PD Pal Jaya sebagai perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berkompeten meningkatkan kualitas lingkungan fisik kota dari dampak pencemaran air limbah. Melalui Program USAID Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS), maka peningkatan akses air minum dan layanan sanitasi terus diperbaiki demi mewujudkan perilaku higiene bagi masyarakat miskin dan kelompok rentan di perkotaan.
            Dari durasi program yang dirancang lima setengah tahun, saat ini sudah berhasil dijalankan selama empat tahun. Program tersebut fokus pada penguatan sistem pemberian layanan terhadap segmentasi rumah tangga yang berada di RW 08,  Kelurahan Tebet Timur. Aku bersama teman-teman influencer lain bisa melihat langsung terkait komponen keberlanjutan dan inovasi lokal yang telah dilakukan.


Kunjungan lapangan ke Kelurahan Tebet Timur
           Pertama, aku melihat kondisi sanitasi di Tebet Timur mulai terurai karena beban sanitasi kota metropolitan lambat laun semakin lenyap dengan dukungan kesadaran warga untuk tidak lagi membuang air besar di sepanjang bantaran kali.  Kondisi sungai sudah tak lagi tercemar oleh bebauan tinja sehingga aku tak begitu mencium bau tak sedap selama berada di sana. Perilaku masyarakat untuk peduli kebersihan terus berubah seiring dengan pendampingan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
         Kedua, aku mengunjungi langsung Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal yang sudah menyehatkan lingkungan. Bapak Sitam sebagai Ketua RW 08 menyatakan bahwa instalasi di wilayahnya juga berhasil dibangun berkat dukungan APP SinarMas. Pipa instalasi yang terstruktur menjadi bukti inovasi konkret yang tak sekadar basa-basi. Kebersihan lingkungan akhirnya membuat warga semakin nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
          Ketiga, aku bisa bertemu dengan Bapak Wahyono yang sudah memiliki tangki septik di rumahnya. Ia menjadi orang pertama yang sadar betul bahwa sanitasi merupakan hal baik bagi kesehatan. Dengan modal awal sebesar 5 juta rupiah, Ia membuat kloset jongkok atau jamban sehat di dalam rumahnya. Ia tak ingin lingkungannya tampak menjadi kumuh atau sarang penyakit yang membahayakan tubuh jika sering membuang kotoran di bantaran kali.


Blogger Eksis berada di jembatan hits Tebet
     
    Kondisi-kondisi yang sudah aku lihat langsung membuat Sanitasi Aman menjadi harapan bagi kita semua. Dibutuhkan kolaborasi yang terus bersinergi agar lebih banyak pihak yang lebih peduli. Jika sanitasi aman, maka kita bisa mewarisi lingkungan yang lebih sehat secara berkelanjutan.

2 komentar:

  1. Wah sama dong kak..Aku juga ikutan tinju tinja tapi tahun 2018 kak. Semoga Indonesia bisa 100% sanitasi aman yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Supaya Gerakan Masyarakat untuk Aktif dan Hidup Sehat bisa bermanfaat bagi lingkungan..

      Hapus