Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Melihat Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin Terkini

 

Gedung-Panjang
Gedung Panjang di TIM (lokasi PDS HB. Jassin)
dok. PerpusJKT

     Demi salurkan hobi gemar membaca sejarah sastra, Blogger Eksis kunjungi Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin di Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Sebenarnya kunjunganku pada 23 Juli lalu untuk ikut lomba baca puisi Chairil Anwar di sana. Dengan bekal internet cepat di rumah, aku menemukan info lomba tersebut pada laman media sosial. Tapi, keterlambatan 10 menit membuat aku gagal daftar sebagai peserta lomba sebab kuota terbatas.

   Aku tak putus asa begitu saja. Otak mulai berputar untuk tetap menghabiskan waktu seharian di sana. Aku pun memutuskan untuk bergegas ke lantai 4 Gedung Panjang untuk menelusuri keistimewaan pusat dokumentasi dan perpustakaan sastra terlengkap se-Indonesia yang baru direvitalisasi dan dibuka kembali sejak awal Juli tahun ini. Sekaligus aku ingin salurkan gemar membaca untuk tingkatkan potensi diriku dalam bidang sastra. Apalagi, aku memang suka puisi dan teater sejak lama.

   Pengunjung bisa masuk ke dalam PDS Hans Bague (HB) Jassin dengan scan barcode pada aplikasi Peduli Lindungi terlebih dahulu. Setelah itu, pastikan kamu sudah membuat akun keanggotaan pada situs web Perpustakaan Jakarta atau melalui aplikasi JAKI. Status member ini berfungsi untuk check in and check out selama kita berada di PDS HB. Jassin. Tak perlu lagi isi buku tamu seperti masa konvensional dahulu. Bagi yang sudah check in, bisa tukar kunci loker untuk menitip barang bawaaan supaya tak terlalu banyak yang dibawa menuju lantai atas.

   Ruang tamu (lounge) PDS HB. Jassin yang berada di lantai 3 terbilang nyaman. Banyak sofa dan meja ditempatkan didalam maupun diluar ruang. Ada petugas keamanan dan resepsionis yang menyambut ramah kedatangan pengunjung. Mereka juga langsung mengarahkan para pengunjung apabila hanya sekadar ingin ikut acara di aula.

  Berhubung aku tak jadi ikut lomba baca puisi. Aku buru-buru menyelesaikan proses reservasi kunjungan on the spot menuju lantai 4. Eskalator membawaku tiba di ruang baca PDS HB. Jassin. Aku disambut hangat oleh pustakawan yang memberi petunjuk dan mengarahkan pengunjung pada hari itu.

   Aku melihat katalog digital terlebih dahulu pada layar monitor yang sudah tersaji pada meja panjang. Katalogisasi ini memudahkan pengunjung untuk cari informasi topik bahan pustaka atau posisi buku berada disebelah mana. Sebab, setiap buku telah disusun ke dalam rak sesuai klasifikasinya.

Digitalisasi-Perpustakaan
Pengunjung bisa baca buku format digital disini atau sekadar cari referensi via katalog daring
(dokpri)

  Oia, Kawula Sastra hanya bisa memilih dua buku untuk dibawa ke ruang baca. Proses membacanya pun hanya diperkenankan pada tempat yang sudah disediakan (belum bisa sewa untuk dibawa pulang). Jangan lupa untuk bawa kartu identitas supaya dua buku tersebut bisa kita ambil langsung dari ruang koleksi.

  #SedekatItu dengan ruang koleksi membuatku bingung mau ambil yang mana. Ribuan koleksi buku sastra lama dan resensi biografi tersusun rapi. Konon kliping koran, makalah, dan catatan tangan kuno para penyair, dramawan, atau sastrawan juga tersimpan di lantai 5. Tapi, pengunjung belum bisa akses ke sana sehingga harus koordinasi atau minta bantuan pada petugas yang berjaga untuk ambil referensi atau koleksi otentik yang dibutuhkan.

   Koleksi PDS HB. Jassin terbilang banyak mencapai 169.000 karya. Ada yang masih dalam bentuk buku, naskah asli, rekaman suara, atau video kaset. Beberapa judul juga tersedia untuk format digital yang sudah direstorasi. Aku jamin para pegiat sastra atau penggemar Chairil Anwar, Amir Hamzah, dan Sutarzi Calzoum Bachri pasti tertarik melihat ragam dokumentasi arsip yang ada di sana. Ah, rasanya aku mau baca semua buku itu. Maklum saja gemar membaca sudah ku pupuk sejak lama.

   Aku butuh sedikit jeda untuk memilih buku sastra yang sesuai dengan preferensi kebutuhan bacaan kala itu. Aku memutuskan untuk ambil buku puisi Chairil Anwar dan buku tentang Soe Hok Gie. Kedua buku yang mau dibawa ke ruang baca harus dilaporkan kembali pada pustakawan yang bertugas di depan ruang koleksi untuk dilakukan pencatatan.

karya-sastra
dua buku karya sastra pilihanku hari itu
                                                                      (dokpri)

Aku menuju ruang baca yang kondisinya masih sejuk dan bersih. Hembungan angin AC menembus sweaterku. Aku bergumam dalam hati “Kalau tidak pakai sweater, mungkin aku sudah kedinginan membaca di Perpustakaan ini” Semoga saja ruang baca di PDS HB. Jassin tetap awet dan terawat sehingga aktivitas gemar membaca makin nyaman dan pengunjung betah berlama-lama di sana.

Ruang-Baca
Kondisi ruang baca privat (dokpri)

    Adem ruang baca sepadan dengan ukuran yang luas. Untungnya, aku sudah tiba sejak jam 10 pagi dihari itu sehingga pengunjung belum tampak terlalu banyak memenuhi ruangan. Ada 2 ruang baca yang bisa dipilih, yaitu ruang baca umum dan ruang baca privat. Setiap ruang baca dilengkapi akses colokan dan akses internet cepat (wi-fi) yang membuat pengunjung puas. Sepertinya pakai jaringan IndiHome dari Telkom Group nih. hehehe

     

   Aku sampai sore berada di sana. Sesekali, aku turun ke bawah untuk melihat para peserta lomba baca puisi yang semestinya aku juga ikutan. Tapi, kesempatan belum berpihak padaku pada hari itu. Setidaknya aku sudah punya pengalaman mengunjungi PDS HB. Jassin yang telah berbenah merawat warisan sejarah dan budaya untuk tingkatkan kecintaan literasi sastra bagi masyarakat.

   Inilah salah satu bentuk harta karun intelektual yang tak ternilai eksposurnya. Tak hanya mampu menumbuhkan gemar membaca bagi masyarakat Jakarta, tetapi juga berguna buat bangsa Indonesia. Bahkan, banyak masyarakat asing yang butuh literatur sastra dari tempat ini. Layak bila UNESCO telah menobatkan Jakarta sebagai Kota Sastra Dunia pada tahun 2021.

   Ayo! Bergegas ke Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin. Temukan kompleksitas wisata edukasi yang bisa menumbuhkan minat baca. Bahkan, perpustakaan ini juga bisa menjadi titik temu komunitas untuk berkolaborasi. Tentu dengan keberagaman dan kesetaraan, semua elemen masyarakat bisa dirangkul untuk bebas belajar, berkarya, dan bertumbuh bersama.

   Sebelum ke sana, pakai akses internet cepat di rumahmu untuk intip media sosialnya @pds_hbjassin. Selamat mengembalikan semangat hidupmu bersama aneka karya sastra yang penuh makna. Jangan terlalu lama diterawang, lebih baik SEGERA DATANG!

gemar-membaca


28 komentar:

  1. Asik banget ya mas. Saya kalau ke perpus atau tempat kaya pds ini juga suka bingung milih buku apa, karena banyak yang bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Rasanya semua buku pengen dibaca dan betah berlama-lama di sana..

      Hapus
    2. Keren nih, jdi pusat pengembangan seni sastra.. dan sya jd pengen mengulas tentang bangunan ini dari sudut pandang seni arsitektur
      Trimakasih telah berbagi ceritanya..

      Hapus
    3. Silakan, Mas Tomy. Kalo dari sisi eksterior sudah bisa diulas. Cuma kalo dari sudut pandang interior sepertinya masih belum finishing sih proses revitalisasinya..

      Hapus
  2. Wah tempatnya keren, designnya minimalis. Buku sastranya banyak poll.. Next time pengen ke sini pas kw JKT. Kalau inget HB Jassin, inget terjemahan Max Havellar. 🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan lupa buat booklist and short itinerary sebelum ke TIM ini karena banyak spot yang bisa dikunjungi.

      Btw bahan bacaan'a berat banget yah sampe karya Multatuli mau dibaca. Hahaha

      Hapus
  3. Perpustakaan adalah tempat yg sudah lama sekali tak kukunjungi.. di masa kuliah, perpustakaan kampus adalah tempat vaforit kaum introvert seperti saya. Senang melihat perpustakaan bersuasana cozy seperti yang dipaparkan penulis ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berkunjung ke artikel ini, Mas Yayan.

      Aku gemar membaca dari kecil dan sering ke PerPus dari SMP malah. Memang perpustakaan itu worth it to visit for 'me time'

      Hapus
  4. wah jauh sekali lokasinya dari domisili saya, tapi nanti kalau ke jakarta kayanya sesekali harus mampir ke perpus ini deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba cari info lagi. Siapa tahu sudah ada PerPusDa yang berinovasi digital seperti PDS HB. Jassin ini*

      Hapus
  5. Pengen lihat perpusnya TIM yang baru belum sempat. Ternyata banyak bukunya yaa disana khususnya buku sastranya. Thanks ya ka sudah sharing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Buku sastranya ditempatkan khusus pula di PDS HB. Jassin ini..

      Aku belum sempat mampir ke Perpustakaan Jakarta yang umum'a. Katanya sih ada playground'a gitu. Sama pengen balik lagi dan lihat Galeri Buku Bengkel Deklamasi milik Jose Rizal Manua juga sih. Entah disulap jadi apa sekarang.

      Hapus
  6. Oh ini TIM yang baru saja selesai di revitalisasi yaa..
    Kini gedungnya lebih bagus dan untuk penggemar literasi terutama sastra, sangat disarankan untuk bermain ke sini yaa..
    Ada Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin juga..

    Wow banget..
    Nyaman dan bikin betah berlama-lama meski dikelilingi buku sastra yang menurutku membutuhkan tempat yang tenang untuk meresapi kata demi kata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget, Kak Lendy. Makanya ada private room di ruang baca'a.

      Aku sih betah yah kelamaan di sana. Cuma AC aja yang memang bikin kedinginan pake banget.

      Khawatir lagi baca buku sastra, malah makin ngantuk. wkwkwk

      Hapus
  7. Aku belum pernah ke TIM yang baru termasuk pusat dokumentasi sastra HB Yassin. Puas banget ya kak membaca karya legendaris. Sayangnya belum bisa disewa ya. Next time aku sempatkan waktuku untuk berkunjung kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di PerPus Jakarta sepertinya ada ruang yang bisa disewa untuk bikin konten. Cuma aku belum sempat melipir ke sana juga.

      Untuk buku-buku sastra memang belum bisa dipinjam atau dibawa pulang secara langsung..

      Hapus
  8. Selalu pengen ke tempat tempat seperti ini. Semoga nanti ada kesempatan dan waktu untuk berkunjung dan merasakan kembali ke masa sejarah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa dimana karya sastra memberi ruang kembangkan imajinasi di atas kepala. Hahaha

      Hapus
  9. pas ada teman yang posting tentang tempat ini, pengen banget ke sini, hiks..sayang jarak tidak memungkinkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Percayalah! Suatu saat nanti, ada kesempatan untuk menyelami kata-kata pujangga dari tempat ini ^^

      Hapus
  10. Jd inget dulu pas smp dan sma suka banget baca buku novel sastra. Termsuk karya beliau. Semoga nanti bs punya kesempatan berkunjung ke perpustakaan. Kayaknya ud lama banget ga ke perpustakaan padahal perpustakaan sekarang kayaknya ud dibikin nyaman bgt ya buat pengunjung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Perpustakaan sudah beradaptasi dengan teknologi digital. Jadi membuat pengunjung milenial makin betah selama berada didalam. Apalagi dikelilingi buku-buku kesukaan*

      Hapus
  11. Tampaknya perpusnya nyaman untuk berdua"an sama buku kesayangan.. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepat. Asal jangan berduaan sama si ayang2an ya.

      Ini perpustakaan, bukan tempat pacaran. Hahaha

      Hapus
  12. Sepertinya iyaya kak, bisa buat me time kesana..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Healing di Perpustakaan itu bisa buat kita lebih mencintai dan mengenali diri sendiri..

      Hapus
  13. Buat pecinta buku kayak aq, ngiler bgd pgn kesana, mudah2an ada rejekinya, Aamiinnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin paling serius. Jangan lupa untuk buat wishlist book, karya sastra apa saja yang mau dibaca :)

      Hapus