Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Film Roman Picisan, Bukti Cinta tak Sebatas Kata


Aku lebih memilih malam meski kelam… .         

Aku lebih memilih luka meski sakit… .         

Dan aku lebih memilih kamu meski rindu… .

Film Roman Picisan tentang Kisah Percintaan


Hai Rompis Lovers!
Aku sebagai pencinta film Indonesia memang suka dengan cerita-cerita yang berdasar kisah nyata. Entah itu tentang kisah asmara, persahabatan, atau hal-hal menarik dalam keseharian lainnya. Meski Roman Picisan bukan disadur dari pengalaman hidup yang real time, aku terasa begitu penasaran melihat kemasan cinta ala remaja yang konon diceritakan secara tak biasa.
Yaa, Roman Picisan hanya berpindah dari tayangan layar kaca RCTI tahun lalu. Film yang kata netizen diperankan oleh jajaran aktor dan aktris yang masih unyu itu mampu menyenangkan penonton setelah keluar dari bioskop. Beberapa remaja yang sudah menonton versi sinetronnya justru terlihat mendadak BaPer karena kisah cinta yang mengajari mereka untuk berpikir lebih dewasa.

Koneksi Roman (Arbani Yasiz) dan Wulan (Adinda Azani) yang terlibat kasmaran selepas memakai seragam putih abu-abu dimulai. Asmara diantara mereka terjalin tanpa ikatan alias hubungan tanpa status (HTS). Nasib memisahkan mereka untuk lanjut kuliah di dua negara yang berbeda. Roman yang iseng mengikuti jejak sahabatnya bernama Sam (Umay Shahab) untuk kuliah di negara Belanda. Ia pun rela meninggalkan Wulan yang kuliah di Indonesia.
Hubungan jarak jauh atau yang dikenal dengan istilah Long Distance Relationship (LDR) harus mereka jalani. Komunikasi antar negara dengan kemajuan teknologi tetap terasa mengisi relung hati. Kata-kata romantis melalui instant messaging kerap dikirim Roman kepada Wulan. Beberapa kali, Wulan juga mengusir rindu melalui video call yang mendekatkan hati keduanya. #KodeKeras
Semua komunikasi yang terjalin berubah saat kemunculan Meira (Cut Beby Tsabina) si wanita ajaib yang sedang melanjutkan kuliah S2 di negeri Kincir Angin tersebut. Meira yang cantik, pintar, jago masak, dan suka membuat sketsa berbanding terbalik dengan Wulan yang manja. Meira hadir sebagai teman dekat Roman selama di Belanda yang mengancam hubungan Roman dan Wulan. Padahal, Wulan hanya butuh kejelasan sikap dari Roman hingga pujaan hatinya tersebut bisa mengatakan bahwa “aku cinta kamu”.
Kedekatan itu tercium juga. Wulan mendadak tiba di Belanda tanpa sepengetahuan Roman. Semua terkejut karena Wulan juga harus melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri saat Roman dan Meira sedang berpelukan di kampusnya. Pupus sudah harapan Wulan untuk menagih kepastian dari Roman.
“Kehilangan bukanlah akhir dari segalanya”

           Film Roman Picisan konon sudah pernah dibuat ke dalam film di tahun 1980 sebagai bentuk adaptasi novel karya Eddy D Iskandar. Kala itu, Roman Picisan disutradarai oleh Adi Soerya Abdi. Pemeran utama pria dan wanita yang memainkan Roman dan Wulan yaitu Rano Karno dan Lydia Kandau. Dipastikan aku belum lahir saat film diputar.
Ratusan purnama berlalu, kisah film RomPis kembali diangkat menjadi sinetron yang menghiasi layar kaca RCTI setiap hari. 107 episode berhasil memanjakan pemirsa televisi. Kesuksesan serial televisi membuat rumah produksi MNC Pictures menerjemahkan kembali dalam format layar lebar yang sudah tayang sejak tanggal 16 Agustus 2018.

Pemeran Roman dalam Film RomPis diperankan oleh aktor Arbani Yasiz

Tokoh Roman hadir dibentuk penuh ketidakpastian. Sebagai pria yang dicintai dua wanita sekaligus Ia berada dalam garis ambang kegamangan. Puisi-puisi bermunculan dan bisa ditunjukkan bagi siapa saja yang membacanya. Roman bisa memperkeruh emosi jika Ia tidak mampu membaca situasi.
Aktor muda berusia 23 tahun yang bernama Arbani Yasiz mampu berperan sebagai Roman si lelaki puitis. Demi melakoni karakternya, beberapa puisi Ia buat untuk kebutuhan narasi film RomPis. Pengalamannya sebagai Roman dalam tv series juga pernah diapresiasi oleh Festival Film Bandung (FFB) 2017 sebagai Pemeran Pria Terpuji Serial Televisi. Hanya back story karakter Roman dalam format layar lebar tak banyak diungkap dalam film. Penonton hanya akan mengetahui bahwa Roman termasuk dalam golongan ‘sobat miskin’ yang membuat Ia malu untuk menyatakan cinta terhadap Wulan yang beda kasta.
Sementara tokoh Wulan hadir sebagai wanita manja yang menggemaskan. Dara dari Bogor yang bernama Adinda Azani ini terlihat lebih alami dalam berekspresi. Apalagi saat Wulan merajuk dan berupaya mencuri perhatian Roman. Debutnya dalam film ini banyak mendapat apresiasi.
Tokoh Sam yang berada pada pihak netral dan hobi meluncurkan dialog-dialog lucu juga mampu menghibur penonton. Umay Shahab mendapat pujian dari netizen karena kepiawaian akting plus jokes yang menggemaskan sejak kecil. Apalagi dalam film Rompis Ia juga menyanyikan lagu “Luka Semesta” yang menjadi original soundtrack film ini.
Persahabatan mereka dilengkapi oleh tokoh Meira yang lebih dewasa dan harus menyesuaikan diri pada pemikiran ala remaja-remaja tersebut. Mereka membentuk suatu ikatan dalam pemeranan yang sering dikenal dengan istiah CHEMISTRY.

Pemeranan yang menjadi keunggulan dalam film ini nyatanya tak bisa disebut sempurna. Banyak tokoh tak mampu berperan mulus dalam film. Entah karena penjiwaan dari masing-masing aktor dan aktrisnya, pengarahan dari sutradara, atau tuntutan naskah yang memaksa mereka seperti itu. Mereka terlihat santai dalam setiap adegan, tapi tak mampu tertawa lepas sehingga membuat aku geregetan.
Roman terlihat tidak konsisten. Wulan tak jelas apa kegiatannya selepas lulus dari SMA. Dialog hanya coba menjelaskan bahwa Ia berasal dari kalangan keluarga berada. Sementara Meira memang sering disebut seperti jelangkung karena datang (in frame) seperti tak diundang dan pulang (out frame) tak dijemput. Pengembangan karakter tersebut aku sesalkan tidak memiliki paparan lengkap sejak awal cerita. Hanya Sam yang terasa sebagai scene stealer dari karakter-karakter yang telah dibentuk.
Pun cinta segita berujung pada momen bahagia pada umumnya. Sutradara Monty Tiwa mengakhiri kisah ini persis film-film sebelumnya. Sementara dua juru ketik skenario, Haqi Achmad dan Putri Hermansjah justru berusaha keras untuk membentuk karakter dan mengembangkan konflik meski terasa serba tanggung antara batas kisah cinta untuk remaja atau dewasa.

Favourite scene mungkin akan terngiang diingatan penonton saat Roman mengajak Wulan untuk foto bersama di tepi jembatan sudut kota Belanda. Saat mengajak foto, Roman berkata kepada Wulan bahwa foto yang diambilnya untuk diberikan kepada anak cucu nanti. Adegan yang solid dengan momen manis dan dialog puitis yang jarang ditemui dari film-film percintaan lain. Tak perlu banyak rayuan bahasa pujangga, tapi punya makna yang teramat dalam dengan hal apa yang ingin disampaikan dari film Roman Picisan.
Meski demikian, Blogger Eksis harus jujur mengakui bahwa kata-kata puitis yang ada di film ini terasa menyayat hati. Tak hanya mengisi kepentingan narasi, tetapi bisa memaknai apa definisi dari cinta itu sendiri. Film Rompis membuka kesadaran bahwa cinta tak hanya sebatas kata-kata, melainkan harus ada pembuktian berupa tindakan. Terima kasih MNC Pictures atas suguhan roman picisan yang mendekatkan kisah cinta dalam keseharian.
Blogger Eksis menonton film Rompis di Cinema XXI Grand Paragon Mall Jakarta Barat

Inikah bahasa cinta
Bahasa jiwa yang tak berkata

Cinta tanpa tindakan
Seperti matahari tanpa rembulan  
Seperti Roman tanpa Wulan

          Bagi Rompis Lovers yang mau belajar tentang apa itu CINTA yang tak hanya sebatas kata-kata, tapi bisa dibuktikan dengan tindakan nyata. Kuy, bisa menonton film Roman Picisan sekarang juga*

2 komentar:

  1. Ya, klo kisah nyata kayaknya lebih greget aja gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener pake banget mas Riza.

      terima kasih telah berkunjung*

      Hapus