Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Laju Film Perahu Kertas 1 yang Serba Ajaib

Ulas Film Perahu Kertas 1

     Perahu dan air menjadi dua elemen yang tidak dapat dipisahkan ibarat perasaan dan cinta. Demi mendeskripsikan filosofi tersebut Perahu Kertas dibuat oleh Hanung Bramantyo dalam bentuk audio visual. Cerita diadaptasi dari novel laris karya Dewi Lestari.

     Perahu Kertas berkisah mengenai harga diri, kepercayaan diri, dan menjadi diri sendiri. Cerita fokus pada sosok dua pemeran utama, Kugy dan Keenan. Hanya saja plot dibuat terlalu ruwet. Masing-masing bertemu orang baru dan orang itu selalu menjadi orang ketiga diantara cinta yang tak terungkap rasa.

  Ajaibnya, jatuh cinta Kugy dan Keenan tak tervisualkan dalam adegan. Mereka hanya beberapa kali bertemu tanpa ada rasa sayang yang menggerutu. Tak ada momen obrolan romantis, pergi bersama, atau interaksi lain yang bisa meyakinkan penonton kalau memang mereka siap untuk jatuh cinta dari awal film. 

       Memang mereka saling suka karena memendam rasa cinta. Tapi, itu motif mencintai atau hanya modus untuk dicintai. Chemistry tak terbentuk diantara keduanya.

   Sejak pertemuan Kugy dan Keenan di stasiun dengan radar Neptunus, adegan berikut semakin datar. Ada kejanggalan saat Kugy dan Keenan bertemu lagi dalam satu gerbong kereta. Pertemuan itu terlihat disengaja atau secara kebetulan terlalu mengada-ada.
         
    Adegan lain mulai membentur keinginan dan realita. Hal tersebut membuat cerita lompat kesana-kemari dengan cepat sesuka hati penulisnya. Sungguh ajaib!
   Kugy sering menghilang entah kemana. Tak ada adegan yang menyiratkan Ia pulang atau ada keperluan mendesak. Kugy muncul diframe, setelah itu Ia tak hadir lagi. Misal, pada adegan ulang tahun Keenan.
   Begitu juga saat Kugy menjadi kakak asuh di Sakola Alit. Adegan itu mungkin dibuat sebagai bentuk pelarian. Selebihnya tidak gereget karena adegan bisa dihilangkan. Cerita bisa diarahkan pada Kugy yang harus menyelesaikan skripsi tepat waktu.
  Tata artistik dalam Film Perahu Kertas terlihat rapuh. Latar tempat tak mampu memberi penjelasan dimana adegan itu dilakukan. Deskripsi kota Bandung, Jakarta, dan Bali hanya menjadi transisi gambar bukan kesatuan visual yang menakjubkan.
  Ajaibnya, kamar kos Keenan tak menggambarkan bahwa Ia merupakan anak dari pengusaha di Jakarta. Apalagi Ia kuliah di jurusan ekonomi sebagai paksaan dari ayahnya. Sewajarnya Ia mendapat fasilitas kos yang tampak mapan.
    Tata busana juga terlihat belum cocok dengan latar waktu film yang berada pada rentang waktu 1999-2003. Keenan dan Kugy seolah ingin terlihat modis. Nyatanya, mereka harus mengenakan pakaian dekil. Model pakaian tergolong zaman old, tapi semua yang dikenakan lusuh terbingkai kamera.
    Film Perahu Kertas hanya kuat pada tata musik. Lagu Perahu Kertas yang dinyanyikan Maudy Ayunda merepresentasikan latar adegan yang bergelombang. Drama romantis pun terdengar manis dari sisi audionya.
    Sayang alunan musik yang mengalun indah tak dihiasi sinematografi yang memanjakan mata. Bingkai cerita hanya terpaku pada batin yang ingin mengungkapkan perasaannya, tapi apa daya tak bisa.Konflik batin yang merembet dari masing-masing karakter hanya membuat penonton gagal fokus sehingga harus menunggu film sekuelnya.

    Laju Perahu Kertas yang serba ajaib mengajak penonton berlayar untuk lihat takdirnya masing-masing. Tak ada usaha keras untuk mengantar kita pada apa yang diinginkan. Kita hanya menjadi pribadi yang seolah percaya diri bahwa kita tahu risiko dan etika ketika mencintai seseorang, tapi hatinya tak peduli. Ibaratnya menyerah dan berpikir realistis itu beda tipis.
Adegan Film Indonesia yang berjudul Perahu Kertas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar