Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

10 Fakta Wiji Thukul sebagai Aktivis HAM

Fakta tentang Wiji Thukul

Tanggal 19 Januari 2017 silam, film 'Istirahatlah Kata-Kata' sudah pernah ditonton oleh Blogger Eksis di bioskop kesayangan.  Melihat film ini, aku teringat ketika peristiwa 1998. Memang aku masih duduk dibangku SD dan tak mengerti dengan kondisi politik, yang lebih dikenal dengan situasi krismon (dibaca: krisis moneter). 

Pastinya, aku sangat senang saat mendengar ada film yang mengangkat tentang sosok Wiji Thukul. Aku pun langsung beradaptasi dengan beberapa bacaan yang ada kaitannya dengan Wiji Thukul. Siapa dan bagaimana Wiji Thukul bisa dinyatakan hilang.

Kok bisa ya sampai sekarang belum ditemukan?...

Untuk obati kerinduan kamu, berikut hal-hal yang harus kamu ketahui tentang Wiji Thukul.

 1. Mayat Thukul tak ditemukan sampai sekarang. Setelah melalui proses pencarian sebagai orang hilang selama bertahun-tahun. Thukul tetap tidak ditemukan keberadaannya hingga saat ini. Sipon, Wahyu dan Lawu serta keluarga, sampai sekarang masih berharap Thukul hidup entah di manapun keberadaannya. Film ini akan mengingatkan penonton bahwa penyelesaian masalah hak asasi manusia belum tuntas. 

2. Wiji Thukul ditampilkan sebagai sosok penyair pelo atau cadel dengan kepolosan yang menentang kesewang-wenangan penguasa kala itu. Dalam film, Wiji ditampilkan harus mengembara dari satu kota ke kota lain, menghindari jenderal-jenderal di Jakarta yang marah dan menuding isi puisinya menghasut para aktivis untuk melawan Orde Baru (OrBa).

3.   Wiji Thukul menjadi cerita penting dalam sejarah Orba yang tak patut diabaikan. Dilahirkan dengan nama asli, Wiji Widodo. Ia lahir dari keluarga penarik becak. Ia rela tak tamat sekolah menengah untuk bekerja agar adik-adiknya bisa melanjutkan sekolah.

4. Wiji Thukul mulai belajar menulis puisi setelah seorang teman memperkenalkan kepada Cempe Lawu Warta, anggota Bengkel Teater yang diasuh penyair almarhum W.S. Rendra. Nama Thukul pun diusulkan oleh gurunya karena Thukul artinya tumbuh. Jadi, Wiji Thukul artinya biji yang tumbuh. Perawakannya memang terbilang kecil atau kurus.

5. Wiji Thukul mengawali penulisan puisi bertema religius tentang perenungan. Hingga akhirnya Ia bertemu Moelyono, perupa asal Tulung Agung. Moelyono mengalami pembubaran pameran seni intalasi patung Marsinah. Itu loh kasus aktivis dan buruh pabrik yang diculik dan terbunuh setelah melakukan demo buruh pada tahun 1993.

6. Wiji Thukul bersama Samsar Siahaan membentuk jaringan kerja seniman. Akhirnya, mereka sepakat membentuk Jaringan Kesenian Rakyat (JaKeR). Beranggotakan tidak hanya seniman, ada 4 nama anggota inti Persatuan Rakyat Demokratik, yang kemudian hari menjadi Partai Rakyat Demokratik (PRD). Sejak awal JaKeR berkomitmen tak bergerak di bidang politik. Namun seiring waktu bergulir, politik tanah air bergejolak dan Wiji Thukul menjadi alat tarik-ulur masuk ke PRD untuk menarik massa. Akhirnya, Ia ikut ke dalam politik praktis. Walaupun banyak rekan-rekannya kecewa dengan keputusan Thukul tersebut.

7. Wiji Thukul menjadi penggerak demonstrasi besar Kedungomba, Sritex. Ia selalu berada digarda terdepan dalam setiap barisan. Saat kondisi chaos, aparat pun tak ragu menyerbu para demonstran. Thukul pernah dipukuli, disiksa hingga tuli dan nyaris buta, bahkan meninggalkan cacat di mata kanannya.

8. Wiji Thukul diincar karena diduga sebagai dalang demonstrasi. Karya puisinya selalu dicurigai sebagai penggerak rakyat kecil melakukan protes. Puncaknya setelah kerusuhan 27 Juli 1996, para pemimpin PRD, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah dikejar polisi dan tentara.

9. Wiji Thukul kabur dari rumah memakai helm. Ia menyamar dan kabur. Semenjak itu, Wiji Thukul hidup dari tempat persembunyian satu ke tempat persembunyian lain hingga sampai sekarang tak ada kabar dan tak pernah pulang. Dalam persembunyian, Thukul sempat menulis sajak untuk anak-anaknya, Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah. Salah satu syair sajaknya berbunyi “Kalau teman-temanmu tanya / kenapa bapakmu dicari-cari polisi / jawab saja / karana bapakku orang berani

10. Guru Wiji Thukul pernah berpesan "Thukul, hati-hati memilih kalau sudah dipolitik praktis ada kemungkinan kamu ditangkap, dibunuh, dibuang, dan dikejar-kejar" Akhirnya, semua pesan itu terbukti.

Film 'Istirahatlah Kata-Kata' telah ditonton diberbagai festival dunia seperti Locarno, Vladivostok, Hamburg, Manila, Busan, dan terakhir Nantes. Akhirnya, film mendapat layar di negeri sendiri. 

Hanya ada satu kata: Lawan!” Itulah selarik puisi terkenal karya Wiji Thukul yang lantas disebut sebagai salah satu aktivis HAM paling berpengaruh di Indonesia.



NB: Tulisan ini pernah dimuat untuk media daring TRIVIA yang sekarang sudah hilang entah kemana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar