Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Film Agak Laen yang Mempersatukan Komedi, Horor, dan Drama yang Beda

 

Agak-Laen

     Film komedi biasa dipilih penonton agar bisa rileks saat lihat setiap kisah untuk ditertawakan. Film komedi terakhir yang Blogger Eksis tonton di bioskop tahun lalu yaitu Gampang Cuan. Meski ceritanya maksa, tapi beberapa adegan gampang diingat. Masuk bulan kedua awal tahun 2024, bioskop digemparkan dengan film komedi seperti Pasutri Gaje dan Agak Lain. Dari kedua film ini, Agak Laen punya kisah jenaka yang level kelucuannya begitu dekat dengan keseharian. Latar rumah hantu di Pasar Malam menjadi tempat bagi komedi lokal ini menemui penontonnya.

     Sejak 1 Februari 2024, Film Agak Laen masih tayang di bioskop. Berarti, layarnya sudah bertahan 20 hari. Jumlah penonton terus merangkak naik untuk menembus rekor deretan film-film Indonesia terlaris. Lebih dari 6 juta penonton sudah melihat cerita dari 4 komika yang menjadi pemeran utama dalam film berdurasi 119 menit ini.

    Film Agak Laen bercerita tentang rangkaian lelucon empat orang pemuda yang bertahan hidup dengan cari cuan dari sebuah rumah hantu. Pekerjaan yang mereka lakukan yaitu menakut-nakuti pengunjung yang masuk ke situ. Tak sengaja, salah satu pengunjung justru terkena serangan jantung saat masuk ke dalam wahana. Lebih parah lagi, pengunjung yang meninggal tersebut merupakan caleg dari Partai Bergerigi yang akhirnya diberitakan hilang.

   Masalah tak hanya sampai disitu. Masing-masing pemuda punya impian untuk memenuhi hajatnya. Ada yang butuh biaya nikah, butuh buat pelunasan utang, butuh biaya pendidikan masuk ke militer, sampai butuh biaya pengobatan ibunya. Untungnya rumah hantu mereka sempat viral saat hantu caleg mulai bergentayangan.

    Disisi lain, penyelidikan polisi mulai dilakukan. Pemberitaan atas kehilangan dari sosok caleg tersebut pun menggemparkan. Empat pemuda harus menutup rahasia kematian caleg di rumah hantu supaya tidak ada yang tahu.

  Mungkinkah rahasia yang sudah tertutup rapat akan terbongkar? Seperti apa mereka cari cara untuk menutupi kematian yang tak disengaja?? Apa saja usul agak laen yang bakal mereka jalani bersama?!


    Dari judul “Agak Laen” sudah menarik perhatianku saat film ini mulai diperbincangkan dalam suatu komunitas film. Konon judulnya memang diadaptasi dari podcast Agak Laen! yang sudah dikenal sejak 2021. Empat podcasternya pun menjadi pemeran utama dalam film ini.

     Ekspektasiku makin tinggi saat melihat trailernya. Worth it to watch untuk perpaduan komedi yang dibalut horor dan drama. Setidaknya film Agak Laen bisa mengajakku tertawa daripada larut dalam drama politik yang kelucuannya tak ada akhir ceritanya.

      Sutradara dan penulis skenario film Agak Laen dipercayakan pada Muhadkly Acho yang dari tahun 2014 sudah terhubung ke industri film nasional. Film Agak Laen pun dikemas dengan cerita sederhana dan candaan seadanya melalui sisipan logat Batak serta sindiran khas yang mudah dicerna. Pertentangan akan agama sempat disinggung tanpa melewati batas yang tanggung. Semua unsur horor, komedi, dan drama dibawa santai dengan fokus pada empat tokoh yang punya peran penting dalam film ini.

Sebenarnya formula komedi yang diungkap dalam film Agak Laen bukan hal yang menyegarkan. Saat menonton film ini, aku justru teringat dengan film Dongkrak Antik yang pernah dibawakan trio legendaris Warkop DKI. Sebagai karyawan hotel, mereka waktu itu menyembunyikan salah satu tamu hotel yang diduga keracunan daging ham. Sementara Agak Laen justru menyembunyikan salah satu pengunjung rumah hantu yang meninggal karena serangan jantung. Meski ada kemiripan, masing-masing film mampu jangkau selera penonton bioskopnya tersendiri.

Selain Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, Film Agak Laen sudah tembus menjadi box office movie di Indonesia dalam peringkat 5 besar. Kemasan komedi keseharian yang diangkat ke layar lebar membuat film ini menuai sukses di tengah gempur film horor dan film drama romantis yang sering masuk jajaran film terlaris. Sampai tulisan ini terbit, film Agak Laen sudah menembus 6.003.515 penonton.

Mimik dan celotehan kuat khas orang Batak membuat film Agak Laen memang wajib ditertawakan selama nonton. Perkara masing-masing karakter dan apa yang mereka hadapi sebenarnya serius, tapi dark jokes atau celetukannya bisa bikin tertawa mampus. Ada kalimat “Totong Jegel si pengais rezeki” sampai adegan Jegel yang masih tergantung di atas langit rumah hantu saat masih berkostum pocong.

Apresiasi juga bisa diberikan untuk film Agak Laen terkait desain produksi dan sinematografi yang sederhana tapi mengena. Seperti apa film memanfaatkan cahaya warna-warni dari pasar malam untuk dukung suasana yang kelam. Kesatuan karakter yang hadir pun menghidupkan visual dengan candaan yang asyik diikuti.

Kesuksesan Agak Laen memang diperoleh dari kuartet aktor yang jadi pionir dalam membawakan cerita. Ada Bene Dion, Indra Jegel, Oki Rengga, dan Boris Bokir. Mereka mampu membangun hubungan persahabatan dan membuat rumah hantu jadi hidup akibat ulah konyolnya. Sepertinya mereka sudah lucu dalam keseharian sehingga tak perlu jadi sosok yang menakutkan dalam film Agak Laen.

Konsep lelucon kasar atau slapstick menjadi pegangan akting yang mereka wujudkan pada unsur komedi sehingga harus ada yang celaka dan teraniaya. Gaya komedi ini terasa sekali, terutama saat adegan kuartet aktor ini mengejar Obeth, si office boy yang diduga sudah mengetahui perkara kejadian naas yang terjadi didalam rumah hantu.

Beberapa dialog verbal pun dibawakan dengan intonasi keras yang mengundang kelucuan. Tricky memang konsepnya, tapi Agak Laen bisa membawa esensi-esensi drama pada kehidupan keluarga dari empat tokohnya. Ekspresi, gerak tubuh, dan interaksi mereka jadi kunci untuk membuat adegan-adegan dalam film Agak Laen bisa dinikmati sampai akhir. Meski apa yang mereka lakukan hampir sama dengan trio Warkop DKI yang juga pernah berjaya pada masanya.

Selain pemeran utama, peran pendukung yang dibawakan Bukie Basudewa Mansyur sebagai AKP Tohar Wahyudi juga terlihat menjiwai aktingnya. Meski adegan tak terlalu banyak, tapi kehadirannya dalam film Agak Laen terlihat melebur bersama karakter lain. Mantap kali lah, jokes’a di kantor polisi itu!

Bukie-Mansyur

Sejujurnya, pengalaman menonton Agak Laen justru terganggu pada pertengahan cerita. Ada repetition scene yang diulang hampir 3x setelah rumah hantu viral di media sosial. Sutradara seolah membuat cerita menjadi buru-buru untuk mencapai solusi yang dituju. Kondisi demikian pun menjadi adegan yang terlalu basa-basi padahal intinya cuma satu, “seperti apa mereka cari duit hanya modal kencing sembarangan di batu nisan”

Dalam memasukkan elemen horor, sepertinya tim produksi juga tak mengandalkan jumpscare. Mereka hanya memanfaatkan apa yang ada didalam rumah hantu. Sayangnya, mereka tak memperhatikan ragam karakter pengunjung yang biasanya masuk rumah hantu. Interaksi manusia dan hantu caleg gentayangan pun tak mampu dieksekusi. Mereka hanya fokus pada apa yang terjadi disitu dan seperti apa momen saat mereka cosplay jadi hantu, tapi takut juga diteror hantu. Horornya terlihat tak optimal.

Hal yang paling mengganggu lain yaitu penempatan sponsored post atau iklan. Bukannya jadi lucu, malah terkesan cenderung dipaksakan. Terganggu sekali saat ada adegan harus memesan belanja bulanan dari aplikasi belanja online dalam genggaman.

Lebih parah lagi, anti klimaks film Agak Laen makin dipaksakan. Kedatangan pacar Bene ke kuburan secara tiba-tiba sungguh diluar nalar. Apalagi Ia datang dengan menyebut permintaan lain untuk persiapan pernikahan. Seharusnya pacarnya tersebut bisa bilang habis ziarah dari makam ayah yang meninggal duluan sehingga sudah tak ada penghalang buat mereka lanjut ke jenjang pernikahan.

Terlalu fokus pada elemen komedi, membuat film Agak Laen terjebak pada periode atau alur waktu yang harus memaksakan unsur lain ada. Drama yang ingin menguras air mata sampai horor yang harus ditekankan dengan tergesa-gesa. Lagi-lagi Agak Laen hanya memanfaatkan kuartet aktor bak pion yang harus masuk pada tiga elemen yang sudah disesuaikan dengan naskahnya.

Film Agak Laen pun hanya menawarkan candaan liar dari kuartet pengelola rumah hantu. Ada beberapa keresahan sosial yang disisipkan seperti calo rekrutmen atau jalur ordal jadi tentara, budaya pernikahan yang fokus pada mahar, ketagihan judi, sampai kritik terhadap isu politik terkini mulai dari Opung Luhut hingga Harun Masiku. Comedy crime ini pun hanya bisa dikenang dari penampilan kuartet yang saling melengkapi satu sama lain. Mereka punya dinamika kelucuan yang tak mungkin terpisahkan.

film-komedi

Aku berharap keberhasilan film Agak Laen bisa menggeser selera penonton bioskop yang biasanya didominasi pencinta horor. Film komedi harus punya penikmatnya sendiri sehingga Agak Laen bisa menjadi pionir supaya rumah-rumah produksi berani memunculkan film-film sejenis. Industri film Indonesia butuh pembaharuan untuk ciptakan pasar bioskop yang lebih berkualitas. Film-film nasional yang tersaji pun bisa memunculkan ragam genre sehingga ada banyak pilihan agak laen buat dinikmati para pencinta film Indonesia.

2 komentar:

  1. hiks aku belum sempet nonton film ini, kata temen temenku memang lucuuu banget, lumayan buat hiburan sepulang ngantor

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak lucu banget sih jokesnya, cuma sebagai hiburan bisa dinikmati lah akting dari para komika yang natural karena sudah lucu dari sana'a. Haha

      Hapus