Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri teknologi. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri teknologi. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Jelajahi Ruang Metaverse Imersif di M Bloc Space, Jakarta

 

Menuju-Metaverse

      Meta sebagai perusahaan yang menaungi raksasa media sosial besar seperti facebook dan instagram terus memperkenalkan metaverse. Ruang digital ini sengaja dibangun untuk memperlihatkan terhadap lintas generasi bahwa peradaban dunia sudah punya komunitas virtual yang saling terhubung tanpa batas. Tak hanya butuh penunjang fast internet provider dalam ruangan. Merebak tren profesi konten kreator yang selalu membagikan karya via media sosial disinyalir jadi latar belakang kemunculan Metaverse. Pengalaman imersif pun Blogger Eksis rasakan saat jelajah #MenujuMetaverse di M Bloc Space, Jakarta Selatan awal Agustus silam.

Dampak Positif Jadi Nasabah Bijak BRI

 

nasabah-bijak

     Sejak 2013, Blogger Eksis memutuskan untuk jadi nasabah BRI. Coba buka rekening tabungan yang sebenarnya untuk kebutuhan transfer masuk gaji. Maklum saja, aku sempat jadi pegawai kontrak dari salah satu bank BUMN ini selama 4 tahun lamanya. Meski sudah tak lagi mengabdi sebagai pegawai di sana, aku tetap setia jadi nasabah bijak BRI sampai kini.

HappyOne.id Menjamin Kesenangan Hidup Kita


Asuransi Astra meluncurkan produk digital happyOne.id

Sekarang kita hidup dalam abad informasi, sebuah era dimana media komunikasi menjadi titik sentral dari semua kegiatan yang kita lakukan. Teknologi komunikasi telah menembus kehidupan pribadi dan profesional kita; kelompok dan organisasi, masyarakat, bahkan komunitas dunia.
Berbagai perkembangan yang terjadi di bidang teknologi informasi dalam beberapa tahun terakhir, hendaknya ditanggapi bukan dengan sikap cemas melainkan waspada. Perkembangan tersebut justru harus dilihat dari sisi positif sambil menyiasati berbagai kemungkinan untuk ikut memetik keuntungan dari perkembangan teknologi informasi ini. Perkembangan ini bahkan melaju lebih cepat dibanding dengan perkembangan masyarakat. Mulai dari gaya hidup, kebutuhan komunikasi, hingga pandangan interaksi sudah serba digital.

Regulasi Jurnalisme Online untuk Citizen Journalism yang Kredibel

Menurut Blogger Eksis, jurnalisme online merupakan wadah praktis bagi para penyaji atau pencari berita di era new media. Lebih akurat, lebih cepat, dan lebih mudah menjadi keunggulan jurnalisme online dibanding dengan media konvensional sehingga tidak heran jika varian media modern ini marak diperbincangkan bahkan digunakan semua kalangan.
 
Permasalahan yang kemudian timbul dengan adanya jurnalisme online adalah bagaimana keakuratan atau kredibilitas pemberitaannya? Bagi aku, jurnalisme online masih terlalu lemah untuk dikatakan sebagai jurnalisme profesional yang memiliki kualitas unggul. Hal ini disebabkan karena jurnalisme online tidak memiliki idealisme dan kebebasan implementasi terlihat jelas melewati batas.

Nonton di Bioskop Semakin Asyik Pakai M-Tix

Wujud yata komitmen Cinema XXI dalam rangkul teknologi digital


   Blogger Eksis termasuk dalam golongan yang anti ribet club. So, aku selalu memanfaatkan teknologi dalam mempermudah transaksi. Terutama saat aku harus membeli tiket bioskop. Bisa dibayangkan jika film yang diputar begitu hype, tentu antrian akan mengular panjang.

 Aku lebih memilih untuk pesan tiket bioskop sambil rebahan. Leyeh-leyeh di kasur sebelum menonton jadi pilihan daripada harus berdiri antri di depan loket bioskop. Memang dasar milenial, maunya serba praktis!

Telkom Gerakkan Roda Perekonomian Pelaku UMKM Lokal

 

Telkom-Indonesia

     Era digital yang makin maju membuat roda ekonomi terus berputar. Beberapa mal yang dulu berjaya dan ramai pengunjung justru terlihat sepi. Sebagian masyarakat lebih memilih belanja online dan membeli suatu produk melalui UMKM lokal. Minat yang berubah ini tentu tak bisa lepas dari transformasi digital yang juga dilakukan Telkom. Apa peran Telkom Indonesia dalam memenuhi kebutuhan UMKM lokal?

Tidak Mudik tak Perlu Panik! Buat Silaturahmimu makin Asyik

Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak mudik dan tidak piknik

Bahagia itu sederhana.
Saat kita bersama memupuk sabar supaya dapat memetik manis pertemuan penuh kelakar.

            Iklan sirup berwarna merah sudah muncul di televisi. Blogger Eksis mulai menghitung hari karena bulan Ramadan dipastikan tiba sebentar lagi. Mulai dari munggahan sampai lebaran, kita ingin bertemu sambil bersalaman. Kata ‘maaf’ akan terlontar jadi ucapan demi mencapai kesucian hati.

Bukan Film Super Hero: Ini Film Rasis

Film Black Panther dengan jenis Film Super Hero
Film Black Panther diadaptasi dari karya komik dunia berjudul Fantastic Four #52 besutan Marvel di tahun 1966. Tokoh ini tampil sebagai peran antagonis yang diciptakan oleh Stan Lee dan Jack Kirby. Tokoh semakin kuat karena memang dideskripsikan sebagai pahlawan kulit hitam pertama yang memiliki kehebatan luar biasa.

Semangat Bangkit Bersama IndiHome dari Blogger Jadi Entrepreneur

 

Blogger-Eksis

   Blogger Eksis termasuk dalam golongan orang-orang yang meninggalkan zona nyaman bekerja kantoran. Padahal bekerja di industri perbankan berlabel BUMN banyak diminati para pencari kerja. Sejak melepas titel pekerja kantoran, aku langsung memutuskan hijrah menjadi seorang pekerja lepas, yaitu jadi narablog atau blogger. Semua ini terjadi hanya karena panggilan passion. Berikut pengalaman semangat bangkit bersama IndiHome, dari blogger menjadi entrepreneur.

Belanja Online Didukung Koneksi Wifi Cepat Dijamin Tak Terlambat

 

Wifi-Cepat

     Siapa yang tidak tergoda dengan promo belanja online? Kalau Blogger Eksis tentu paling depan cari informasi promo sebelum membeli suatu produk via e-commerce. Selain kecepatan tangan, modal koneksi wifi cepat juga dibutuhkan supaya kita sebagai konsumen tak terlambat untuk checkout keranjang belanjaan. Inilah pengalaman menarik yang aku alami saat berbelanja online.

Pakai Microsoft Office yang Orisinal untuk Modern PC Terkini

 Microsoft Office yang Orisinal

        Blogger Eksis mengenal Microsoft Office saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dari pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), aku belajar bagaimana cara mengetik dengan 10 jari. Setelah menguasai skill tersebut, aku mulai mendalami semua materi yang berhubungan dengan Microsoft Office. Sebut saja Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Microsoft Power Point. Walau masih dasar, minimal gak gaptek yak!!

Edsen Consulting Menyediakan Layanan Netsuite untuk Manajemen Bisnis


Komunikasi via japri alias jalur pribadi masuk dalam aplikasi WhatsApp Messanger milik Blogger Eksis. Dalam chat tersebut, seorang teman blogger yang juga berprofesi sebagai pekerja kantoran bertanya “Bro, besok ada acara gak? Maen donk ke kantor gua besok siang”. Dengan senang hati, aku menyetujui untuk main ke kantor tersebut meski letaknya cukup jauh dari domisiliku.

edsen consulting sebagai penyedia layanan netsuite

Tebar Kebersamaan dalam Keluarga dengan Internet tanpa Batas

 Bersama-IndiHome

    Nafas terasa sesak saat lihat catatan keuangan bulan ini. Bukan karena ada asma, tapi deretan angka buat kepala jadi pusing. Rasanya, banyak pengeluaran tak terduga. Dana darurat pun terkuras hanya karena kebutuhan digital yang bikin geleng kepala.

   Aku menghitung satu per satu. Angka demi angka dicocokkan dalam pos anggaran yang sebenarnya bisa dikendalikan. Ternyata kebutuhan kuota, berlipatnya pulsa, dan selancar internet via dunia maya membuat semuanya bengkak.

***

Resolusi Membangun Bisnis Fashion Terkini

resolusi bisnis fashion 2019


Berwira usaha atau berbisnis zaman now bisa dibilang sangat mudah. Apalagi sudah banyak ecommerce seperti marketplace dan media sosial yang mendukung bisnis online. Melalui aplikasi line, instagram, facebook, dan twitter siapa saja bisa menjual barang dan jasa yang dipunya. Tak kalah penting market place berbentuk website juga sudah menghias bisnis era digital.
Banyak bisnis online yang bisa kita coba, sebagai contoh yang ingin aku wujudkan di tahun 2019 yaitu bisnis fashion. Konon omzet yang didapat dari bisnis fashion begitu menggiurkan terutama saat kita coba berjualan secara online.

57 Tahun Telkom Group, Intip Kontribusi Terbaiknya

 

Telkom-Group

Ibarat manusia, usia 57 tahun menjadi midlife (masa paruh baya). Biasanya orang yang sudah menginjak usia ini tentu sudah punya banyak pencapaian dalam hidup. Seperti Telkom Group yang pada tahun 2022 sudah berkiprah selama 57 tahun menyediakan layanan telekomunikasi terbaik bagi masyarakat Indonesia. Bukan hanya layanan IndiHome yang sudah dikenal. Kontribusi untuk Indonesia lebih baik terus dibangun dari segi infrastruktur, pelayanan, pengembangan sumber daya manusia, sampai menyentuh akses telekomunikasi tanpa batas. Berawal dari konvensional hingga capai inovasi digital yang berkelanjutan sampai saat ini.

Blogger Eksis mengenal produk Telkom saat pakai telepon rumah dulu. Tujuh digit angka yang menjadi nomor telepon rumah selalu aku hafal. Kalau tersesat dimanapun, orangtuaku selalu bilang 'sebutkan saja nomor telepon itu supaya bisa dikontak ke rumah'.

Fenomena Simlacrum

'Simulation is characterized by a precession of the model, of all models around the merest fact the model come first. Facts no longer have any trajectory of their own, they arise at the intersection of the models; a single fact may even be engendered by all the models at once. Simulation is no longer that of a territory, a referential being or a substance. It is the generation by models of a real without origin or reality; a hyperreal. The territory no longer precedes the map, nor survives it. Henceforth, it is the map that precedes the territory precession of simulacra it is the map that engenders the territory and if we were to revive the fable today, it would be the territory whose shreds are slowly rotting across the map. It is the real, and not the map, whose vestiges subsist here and there, in the deserts which are no longer those of the Empire, but our own. The desert of the real itself' (Baudrillard, 1983:32)


         Jean Baudrillard dalam buku Simulations (1983) yang diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris mengintrodusir sebuah karakter khas kebudayaan masyarakat barat dewasa ini. Menurutnya, kebudayaan barat dewasa ini adalah sebuah representasi dari dunia simulasi, yakni dunia yang terbentuk dari hubungan berbagai tanda dan kode secara acak, tanpa referensi relasional yang jelas. Hubungan ini melibatkan tanda real (fakta) yang tercipta melalui proses produksi, serta tanda semu (citra) yang tercipta melalui proses reproduksi.
Dalam kebudayaan simulasi, kedua tanda tersebut saling menumpuk dan terjalin untuk membentuk satu kesatuan. Tidak lagi dikenali mana yang asli, yang real, dan mana yang palsu atau yang semu. Semua menjadi bagian realitas yang dijalani dan dihidupi masyarakat barat dewasa ini. Kesatuan inilah yang disebut Baudrillard sebagai simulacra atau simulacrum, sebuah dunia yang terbangun dari serangkaian nilai, fakta, tanda, citra dan kode. Realitas tak lagi punya referensi, kecuali simulacra itu sendiri. Jadi, simulacra adalah ruang dimana mekanisme simulasi berlangsung.
Simulacra tidak memiliki acuan karena merupakan bagian duplikasi dari duplikasi, sehingga perbedaan antara duplikasi dan yang asli menjadi kabur. Dalam ruang ini tidak dapat lagi dikenali, mana hasil produksi dan mana hasil reproduksi, mana objek dan mana subjek, atau mana penanda dan mana petanda.
Menurut Baudrillard[1], terdapat tiga tingkatan simulacra. Pertama, simulacra yang berlangsung semenjak era Renaisans hingga permulaan Revolusi Industri. Simulacra pada tingkatan ini merupakan representasi dari relasi alamiah berbagai unsur kehidupan. Dalam tingkatan ini, realitas dunia dipahami berdasarkan prinsip hukum alam, dengan ciri ketertiban, keselarasan, hierarki alamiah serta bersifat transenden. Alam menjadi pendukung utama sekaligus determinan kebudayaan. Tanda-tanda yang diproduksi dalam orde ini adalah tanda-tanda yang mengutamakan integrasi antara fakta dan citra secara serasi dan seimbang. Hal ini berkaitan erat dengan kehendak manusia zaman itu untuk mempertahankan struktur dunia yang alamiah. Dengan demikian, prinsip dominan yang menjadi ciri simulacra tingkat pertama adalah prinsip representasi.
Kedua, simulacra yang berlangsung seiring dengan perkembangan era industrialisasi. Pada tingkatan ini, telah terjadi pergeseran mekanisme representasi akibat dampak negatif industrialisasi. Objek kini bukan lagi tiruan yang berjarak dari objek asli, melainkan sepenuhnya sama persis seperti yang asli. Dengan kemajuan teknologi reproduksi mekanik, prinsip komoditi dan produksi massa menjadi ciri dominan era simulacra tingkat kedua.
Ketiga, simulacra yang lahir sebagai konsekuensi berkembangnya ilmu dan teknologi informasi. Simulacra pada tingkatan ini merupakan wujud tanda, citra dan kode budaya yang tidak lagi merujuk pada representasi. Selanjutnya dalam mekanisme simulasi, manusia dijebak dalam ruang realitas yang dianggap nyata, padahal sesungguhnya semu dan penuh rekayasa. Dengan contoh yang gampang Baudrillard menggambarkan dunia simulasi dengan analogi peta. Menurutnya, bila dalam ruang nyata, sebuah peta merupakan representasi dari suatu wilayah, dalam mekanisme simulasi yang terjadi adalah sebaliknya. Peta mendahului wilayah.
Realitas sosial, budaya, bahkan politik, dibangun berlandaskan model-model yang telah dibuat sebelumnya. Dalam dunia simulasi, bukan realitas yang menjadi cermin kenyataan, melainkan model-model[2]. Boneka Barbie, tokoh Rambo, selebritis syahrini, film india, telenovela, iklan televisi, Doraemon atau Mickey Mouse adalah model-model acuan nilai dan makna sosial budaya masyarakat dewasa ini. Inilah era yang disebut Baudrillard sebagai era simulasi.
Sebagai contoh, wacana simulasi yang menjadi ruang pengetahuan telah dikonstruksikan oleh iklan televisi, di mana manusia mendiami suatu ruang realitas, di mana perbedaan antara yang nyata dan fantasi, atau yang benar dengan yang palsu, menjadi sangat tipis. Manusia hidup dalam dunia maya dan khayal. Media lebih nyata dari pengetahuan sejarah dan etika, namun sama-sama membentuk sikap manusia.
Dalam era simulasi ini, realitas tak lagi memiliki eksistensi. Realitas telah melebur menjadi satu dengan tanda, citra dan model-model reproduksi. Tidak mungkin lagi kita menemukan referensi yang real, membuat pembedaan antara representasi dan realitas, citra dan kenyataan, tanda dan ide, serta yang semu dan yang nyata. Semua yang terlihat hanyalah campur aduk diantara semuanya.
            Dalam realitas simulasi seperti ini, manusia tak lebih sebagai sekumpulan massa mayoritas yang diam, yang menerima segala apa yang diberikan padanya. Dalam bukunya In The Shadow of the Silent Majorities (1982), Baudrillard menganalogikan kumpulan massa yang diam ini sebagai lubang hitam, black hole, dimana berbagai hal informasi, sejarah, kebenaran, nilai moral, nilai agama terserap ke dalamnya tanpa meninggalkan bekas apapun juga.
            Kenyataannya, sifat simulasi dalam media televisi telah mampu menyuntikkan makna yang seolah-olah ada pada kehidupan nyata, meskipun sebenarnya hanyalah sebuah fantasi atau realisme semu. Film, berita, telenovela, video clip, iklan, tayangan olahraga, talk show ataupun tayangan kesenian tradisional ditonton sebagai tontonan yang semata untuk dinikmati tanpa harus bersusah payah berpikir kritis. 
         Dalam ruang semu televisi, penonton seolah didaulat sebagai subjek otonom yang dapat memilih atau menyeleksi suguhan apa yang akan ditontonnya. Mereka dapat memindahkan dan menciptakan realitas dari tayangan yang satu ke tayangan lain tanpa adanya referensi tunggal yang saling berkaitan. Dari berita politik tentang kenaikan BBM, ke sinetron-sinetron bernuansa Bollywood, lalu berpindah lagi ke film drama Inggris yang bersetting abad ke-18 M, kemudian menonton kembali tayangan video clip Katy Perry, lalu kembali menyaksikan berita gempa bumi di Nepal dan seterusnya. Ruang dan waktu seolah terlipat dalam sebuah kotak kaca yang bernama televisi. Sifat fragmentasi dalam dunia semu televisi inilah dunia yang terpotong-potong, durasi pendek atau panjang, berubah dan berpindah yang menjadikan para penontonnya terbuai oleh mitos tentang subjek yang otonom. Padahal, menurut Baudrillard, semua ini hanyalah mistifikasi yang dijejalkan ideologi kapitalisme demi produksi dan konsumsi. Kebenaran yang sesungguhnya, bahwa pilihan dan otonomi penonton televisi sebenarnya tak lebih dari pilihan semu. Otonomi yang dibatasi dan diatur oleh pilihan yang sudah ada[3]. Penonton, dalam wacana televisi, tak lebih dari objek mengalirnya berbagai fakta, citra, impian dan fantasi, tanpa memiliki jati diri yang hakiki, sebuah terminal dari berbagai jaringan tanda-tanda.
            Dalam wacana televisi, penonton dengan demikian tak lebih dari sekumpulan mayoritas yang diam[4]. Itulah mengapa tayangan siaran langsung sepakbola tetap ditunggu dan ditonton meskipun harus menunggu hingga tengah malam. Menurut Baudrillard, hal ini karena televisi sama sekali tidak berpretensi menawarkan makna luhur atau transenden, kecuali ecstasy dan kedangkalan ritual.
Kebudayaan industri di atas menyamarkan jarak antara fakta dan informasi, antara informasi dan entertainment, antara entertainment dan ekses-ekses politik. Masyarakat tidak sadar akan pengaruh simulasi dan tanda (signs/simulacra). Hal ini membuat kita kerap kali berani dan ingin mencoba hal yang baru yang ditawarkan oleh keadaan simulasi (membeli, memilih, bekerja dan sebagainya). Teori ekonomi Marx, yang mengandung “nilai guna” digunakan oleh Baudrillard dalam menelaah teori produksi dan didasarkan pada semiotik yang menekankan pada “nilai tanda”. Jean Baudrillard membantah bahwa kebudayaan postmodern kita adalah dunia tanda-tanda yang membuat hal yang fundamental – mengacu pada kenyataan – menjadi kabur atau tidak jelas.
            Dalam bukunya Symbolic Exchange and Death (1976) Baudrillard menyatakan bahwa sejalan dengan perubahan struktur masyarakat simulasi, telah terjadi pergeseran nilai-tanda dalam masyarakat kontemporer dewasa ini yakni dari nilai guna dan nilai tukar ke nilai tanda dan nilai simbol. Ia menyatakan bahwa dalam masyarakat konsumeristik dewasa ini, nilai guna dan nilai tukar, seperti disarankan Marx, sudah tidak lagi bisa diyakini.
            Kini, menurut Baudrillard, adalah era kejayaan nilai tanda dan nilai simbol yang ditopang oleh meledaknya citra dan makna oleh media massa dan perkembangan teknologi. Jika dikaitkan dengan pernyataan Marx, terdapat dua nilai tanda dalam sejarah kebudayaan manusia yakni, nilai guna (use value) dan nilai tukar (exchange value). Nilai guna merupakan nilai asli yang secara alamiah terdapat dalam setiap objek. Berdasarkan manfaatnya, setiap objek dipandang memiliki guna bagi kepentingan manusia. Inilah nilai yang mendasari bangunan kebudayaan masyarakat awal. Selanjutnya dengan perkembangan kapitalisme, lahir nilai baru yakni nilai tukar. Nilai tukar dalam masyarakat kapitalis memiliki kedudukan penting karena dari sanalah lahir konsep komoditi. Dengan konsep komoditi, segala sesuatu dinilai berdasarkan nilai tukarnya.
            Dalam wacana simulasi, manusia mendiami ruang realitas, dimana perbedaan antara yang nyata dan fantasi, yang asli dan palsu sangat tipis. Dunia-dunia buatan semacam Disneyland, Universal Studio, China Town, Las Vegas atau Beverlly Hills, yang menjadi model realitas semu Amerika adalah representasi paling tepat untuk menggambarkan keadaan ini. Lewat televisi, film dan iklan, dunia simulasi tampil sempurna. Inilah ruang yang tak lagi peduli dengan kategori-kategori nyata, semu, benar, salah, referensi, representasi, fakta, citra, produksi atau reproduksi semuanya lebur menjadi satu dalam keterkaitan tanda[5].
            Simulasi akan menciptakan suatu kode, yaitu cara pengkombinasian tanda yang disepakati secara sosial, untuk memungkinkan satu pesan dapat disampaikan dari seseorang kepada orang yang lain[6]. Dalam dunia simulasi, identitas seseorang tidak lagi ditentukan oleh dan dari dalam dirinya sendiri. Identitas kini lebih ditentukan oleh konstruksi tanda, citra dan kode yang membentuk cermin bagaimana seorang individu memahami diri mereka dan hubungannya dengan orang lain. Lebih lanjut, realitas-realitas ekonomi, politik, sosial dan budaya diatur oleh logika simulasi ini, dimana kode dan model-model menentukan bagaimana seseorang harus bertindak dan memahami lingkungannya.
           Saat ini, hampir seluruh dimensi kehidupan masyarakat timur telah dipengaruhi oleh masyarakat barat yang dituntun oleh logika ekonomi kapitalis yang menawarkan keterbukaan, kebaruan, perubahan dan percepatan konstan. Dalam keadaan demikian, persoalan gaya hidup, mode dan penampilan menjadi nilai baru yang menggantikan nilai kebijaksanaan, kearifan dan kesederhanaan. Konsep Baudrillard mengenai simulasi adalah tentang penciptaan kenyataan melalui model konseptual atau sesuatu yang berhubungan dengan “mitos” yang tidak dapat dilihat kebenarannya dalam kenyataan. Model ini menjadi faktor penentu pandangan kita tentang kenyataan. Segala yang dapat menarik minat manusia seperti seni, rumah, kebutuhan rumah tangga dan lainnya ditayangkan melalui berbagai media dengan model-model yang ideal, disinilah batas antara simulasi dan kenyataan menjadi tercampur aduk sehingga menciptakan hyper reality dimana yang nyata dan yang tidak nyata menjadi tidak jelas.




[1] Jean Baudrillard. Simulations. New York: Telos Press. 1983 hal 54-56

[2] Jean Baudrillard. Cool Memories. New York: Telos Press. 1987 hal 17

[3] Ibid. 16

[4] Baudrillard, op.cit., 19.

[5] Baudrillard, op.cit., 33.


[6] Yasraf Amir Piliang. Sebuah Dunia yang Dilipat. Bandung: Mizan. 1998 hal 13

Modernisasi Pendidikan untuk Menjalin Kebersamaan



modernisasi pendidikan untuk menjalin kebersamaan

           Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk hidup lain. Kesempurnaan manusia terletak pada kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, yakni akal budi (cipta) untuk mencari dan mencoba sesuatu hal, hati nurani (rasa) untuk membedakan hal yang baik dan buruk, serta kehendak bebas (karsa) untuk mendorong manusia agar melakukan sesuatu yang berguna bagi kehidupan pribadi maupun sosial.

Toyota Yaris Jadi Andalan Saat Balapan


Toyota Yaris Jadi Andalan

Setiap menikmati sebuah tayangan televisi ajang adu balap, Blogger Eksis selalu memperhatikan mobil apa saja yang digunakan oleh para pembalapnya. Teknologi mesin yang memukau tentu membuat aku berdecak kagum. Mungkinkah aku bisa menaiki mobil tersebut untuk melepas kesenanganku terhadap industri otomotif yang semakin maju di Indonesia.

Realcom sebagai Sarana Kegiatan Belajar Mengajar di Era Digital

berbagi ilmu bersama Realcom


Belajar bersama
Penuh suka cita
Menuntut ilmu
Untuk masa depanku

Bertemu Pak Guru
Bertemu Bu Guru
Bersemangat untuk
Belajar bersama

         Itu adalah sepenggal lirik lagu yang pernah aku nyanyikan dalam pementasan drama musikal “Gen-X”. Saat itu, aku harus berperan sebagai seorang guru yang mengajar murid-murid dengan berbagai karakter di suatu kelas. Sebagai guru, aku dituntut untuk selalu tampil prima berdiri di depan kelas untuk mengajar. Sementara para peserta didik harus selalu siap menerima ilmu apa saja yang disampaikan oleh guru tersebut. Meski seringkali ilmu yang disampaikan justru tak masuk dalam ingatan karena kondisi kelas bisa kacau kapan saja.
            Kondisi demikian kerap kita temui dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Jika seorang guru tak mampu punya karisma atau metode belajar yang efektif, para murid sudah siap untuk mengkritisi apa yang terjadi di dalam kelas. Sementara jika murid sudah malas belajar, maka mereka akan merasa bosan dan guru tidak lagi menjadi pusat perhatian.

            Lantas, pembelajaran seperti apa yang kita butuhkan di era digital?